WBN, SULSEL – Ammone Raki’ Raki’ salah satu rangkaian acara Gaukang Karaeng Galesong. Sebuah Ritual yang sangat kental dengan nilai-nilai kehidupan, seperti apa yang ada dalam rombongan Raki’ -Raki’ yaitu berupa berbagai jenis Makanan Khas Orang-Orang terdahulu seperti Songkolo, kaluku lolo, unti, Bundu’-Bundu’, Jangan Panggang, Bayao, tokdok-tokdok, Rarongke dan lain-lain. Yang kemudian di bawa kepemukiaman disekitar Balla Lompo Ri Galesong, kebudayaan yang telah berlansung selama kurang lebih 259 Tahun ini masih terlaksana dengan baik tanpa mengurai nilai-nilai yang ada sejak dulu meskipun ada banyak sekali pengaruh budaya luar yang datang dari berbagai penjuru. (Red-Wbn)

Sejarah Singkat Karaeng Galesong

Karaeng Galesong, yang bernama lengkap I Maninrori I Kare Tojeng Karaeng Galesong (lahir di Bonto Majannang, Sinoa, BantaengSulawesi Selatan29 Maret 1655 – meninggal di Ngantang, MalangJawa Timur21 November 1679 pada umur 24 tahun) adalah seorang laksamana angkatan laut Kerajaan Gowa yang terus melakukan peperangan di laut melawan VOC bahkan setelah Perjanjian Bongaya ditandatangani Sultan Hasanuddin.

Dipercaya bahwa Karaeng Galesong adalah pangeran putra dari Sultan Hasanudin itu sendiri dari permaisurinya yang ke 4.

Setelah kekalahan Kerajaan Gowa dari VOC yang bersekutu dengan Kerajaan Bone, Setelah perjanjian Bongaya, dalam dokumem lontara Karaeng Galesong berpendapat,”Yang menyerah hanya Raja Gowa, itu tidak berarti peperangan harus berakhir”. Jadi Karaeng Galesong bersama rekannya Karaeng Bontomarannu masih terus berperang dilaut terutama sekitar perairan Pulau Jawa dengan membantu perlawanan Trunojoyo dan Sultan Ageng Tirtayasa.

Karaeng Galesong meninggal karena sakit di Ngantang Malang 21 November 1679, sebelum Trunojoyo menyerah. Dan kuburannya terdapat di Ngantang. (Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Karaeng_Galesong)

Share It.....