WBN NTT │Pemerintah Desa Tebuk, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka, Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur mulai melakukan penyemprotan disinfektan di rumah-rumah warga dan tempat keramaian umum, mulai tanggal 3 April 2020, dengan melibatkan kelompok relawan lokal.
Pantauan Tim WBN NTT (3/4/2020) di Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka, upaya cegah guna memutus mata rantai penyebaran covid-19 coronavirus oleh Pemdes Tebuk bersama Aparat Kepolisian juga dengan mengkondisikan sejumlah pos jaga dalam area lintasan antar wilayah, bahkan dengan upaya ritual budaya Adat Lela Gelak sebagai ritual membentengi Warga Desa dari berbagai angin jahat dan virus sekalipun.
Rangkaian kegiatan di Desa Tebuk dibuka dengan pemberkatan daun kelapa muda oleh Pastor Paroki Rd.Stefanus Lebuan, dilanjutkan dengan proses inkultrasi budaya lokal oleh Isfandi Botu (54th) melaksanakan ritual budaya.
Menurut Fandi, ritual Adat Lela Gelak sudah ratusan tahun tidak pernah di lakukan lagi. Namun saat ini kembali dihidupkan sebagai warisan leluhur yang mempunyai bantuan nilai keramat jika ada aura angin jahat melanda wilayah.
Rangkuman Tim WBN NTT, konon warga Tebuk tidak ada mengenal yang namanya obat – obatan. Isfandi Botu mengungkpkan bahwa setelah dirinya berkonsultasi dengan para petua atau tertua yang berumur lebih dari 80 tahun, diakui bahwa Adat Lela Gelak sudah tidak lagi dilaksanakan dalam kurun waktu mendekati satu abad.
“Oleh karena itu kita berani mengambil tindakan, karena covid ini sangat berbahaya. Saya sendiri beranikan diri untuk menolak dengan melibatkan cara ritual yang sudah kami buka sejak tanggal 23 Maret 2020 dan dilangsungkan dengan Do’a Novena selama 5 malam dengan tujuan menolak covid – 19. Kami melibatkan para pihak dan tokoh agama, tokoh adat Pemerintah Desa, pihak keamanan dan pihak kesehatan”, urai Isfandi Botu yang juga sebagai relawan cegah Covid-19 Desa Tebuk.
Kepada Wartawan WBN, Penjabat Desa Tebuk, Petrus Bruno Bajo memberikan apresiasi tinggi atas berbagai upaya gotong royong seluruh warga serta para pihak dalam penanganan Corona di wilayah setempat.
“Walaupun saya baru dipercaya menjabat di Desa Tebuk, dengan munculnya Covid-19, gotong royong penanganan benar-benar lahir dari kesadaran bersama dan sangat membanggakan. Warga masyarakat juga melaksanakan seluruh intruksi Pemerintah pusat dan Pemda Sika. Masyarakat sudah menjalani sesuai aturan berlaku, tahap demi tahap dilalui dengan baik dengan melalui diskusi bersama atau dalam Bahasa Kabupaten Sikka disebut kula babong lintas tokoh masyarat, tokoh agama, keamanan, pihak kesehatan, BPD bersama seluruh Aparatur Desa”, ungkap Pejabat Desa Tebuk, Petrus Bruno Bajo .
Petrus Bruno Bajo mengakui bahwa selama kegiatan tidak ada dana sama sekali, namun demi kenyamanan dan mengindahkan kewajiban pelayanan, Pemdes bersama warga bergandengan tangan melawan penyebaran Covid -19.
Hal senada diungkapkan juga oleh Ketua BPD setempat, Paskalis Paulus Siwa Bura. E.Sos. Dia mengakui kegiatan berjalan dalam budaya gotong royong dan berjalan sangat bagus walaupun mereka bergerak dalam berbagai keterbatasan termasuk keterbatasan peralatan.
Semantaraitu, juga dilakukan upaya penyemprotan disinfektan medis ke seluruh rumah warga yang disertai sosialisasi cegah Covid-19 dalam komando Petugas Kesehatan Desa setempat.
Menurut ketua RW.002/RT 003, Desa Tebuk, Yoselfus Constanti Nopel, warga sangat sangat mentaati seluruh peraturan mulai dari peraturan Pemerintah pusat, Pemda Sikka, pihak Kecamatan sampai dengan Peraturan Desa setempat dalam waspada Covid-19. Lebih baik mencegah dari pada mengobati”, tandasnya.
Hal ini diakui oleh warga setempat. Warga Desa Tebuk, Leonardus Gregorius sangat memberikan apresiasi kepada berbagai jenjang Pemerintah dalam melakukan upaya cegah dan tangkal Corona.
Warga Desa Tebuk juga meminta DPRD Sikka mau mengalihkan semua Dana Pokok Pikiran atau Dana Pokir dialihkan untuk kebutuhan medis.
Suara gotong-royong juga disampikan oleh Andreas Viany Dede selaku Ketua Lingkungan St. Thomas Aquino Tebuk 1 bersama Kelompok Doa St.Yohakim yang memiliki 25 Anggota yang telah turut bergerak bersama Pemerintah Desa dalam rangka pencegahan Covid 19.
Ancaman Corona memang mencemaskan warga Tebuk Kabupaten Sikka, namun warga memastikan selalu mengikuti aturan.
Warga juga mengaku cemas jika terjadi kehabisan persediaan makanan di saat mereka hanya hidup di dalam rumah-rumah saja.
“Jujur, kami selaku Petani yang setiap hari seharusnya kami ke kebun, tetapi dengan adanya Corona ini, kami memilih berada dalam rumah saja. Panenan hasil kebun kami pasti tidak bisa diharapkan lagi. Itu yang membuat kami bingung saat ini. Kami juga mempunyai pinjamam mingguan yang harus kami bayar wajib semingu sekali bayar. Belum lagi penagihan dari Koperasi mingguan yang sama sekali tidak mau tau, mereka berkeliaran bebas walau ada badai Corona dan mereka kemana-mana untuk menagih. Kami akui itu sudah menjadi kewajiban kami untuk bayar karena uang yang kami pinjam itu pada umumnya pinjaman usaha bisnis, tetapi kalau situasi seperti ini membuat kami tidak bisa bergerak, petugas Koperasi pun tidak merasa bahwa mereka bisa menularkan virus kepada kami warga”, ungkap kaum Ibu Desa Tebuk Kabupaten Sikka.
Warga berharap mendapat kebijakan jalan keluar dengan berbagai sentuhan keringanan bagi mereka di tengah ancaman nyawa oleh wabah Covid-19 Coronavirus*.
Tim WBN NTT│Noven │Aurel Do’o│redpel-Indra