WBN │Sudah tiga bulan terakhir ini, Niko Nakung (48) sangat sibuk. Pria asal Kampung Rae Desa Rana Mbata Kecamatan Kota Komba Kabupaten Manggarai Timur, NTT ini sibuk mengurus sayur dikebunnya. Hampir setiap hari, Niko bersama sang istri, Emerensian Mamu dan anak-anaknya menghabiskan waktu dikebun sayurnya yang terletak di Wae Maung jalan trans Mbata menuju Elar Selatan.
Tak kenal lelah, Niko Nakun terus bekerja demi menghidupi keluargannya. Lahan seluas 50 kali 25 meter tersebut ia tanami berbagai jenis sayur, seperti sayur putih, picai atau kol, tomat, kacang panjang dan jenis tanaman hortikultura lainnya. Semangat untuk budidaya sayur mayur rupannya menjadi pilihan terakhir bagi Niko karena bisa mengolah lahan yang sebelum lepas begitu saja dan saat ini sudah hijau dipenuhi tanaman sayur-sayuran.
Niko mengaku tiga bulan terakhir ia berupaya keras untuk meniti pekerjaannya demi mengumpulkan keping-keping rupiah agar dapur terus berasap. Tak pantang menyerah, Niko selalu semangat. Menurut Niko, setiap pekerjaan yang dijalani harus serius sehingga mendapatkan hasil yang memuaskan. Niko melihat peluang untuk budi daya sayur mayur sangat menjanjikan karena petani sayur di desanya masih sangat kurang. Ada petani sayur namun belum dimaksimalkan karena mungkin masih banyak kendala.
Niko mengaku awalnya dia kebingungan karena lokasi sawah tadah hujan di Wae Maung tidak bisa dikerjakan karena pasokan air sudah tidak bisa masuk. Jaringan air menuju tempatnya yang saat ini diolah menjadi tempat budidaya sayur sudah digusur saat pelebaran jalan trans Mbata menuju Wukir Elar Selatan.
Niko berkisah, sebelum budidaya sayur mayur dirinya sempat merantau ke luar daerah. Karena pandemi Covid-19 ia pulang kampung. Selama beberapa bulan di kampung, Niko mulai berputar otak guna bisa mendapatkan uang. Setelah berdiskusi dengan sang istri, akhirnya Niko memutuskan untuk mengolah lahan ‘tidur’ bekas sawah tadah hujan itu untuk budidaya sayur mayur.
“Alasan saya memilih untuk tanam sayur, saya berpikir begini karena dari beberapa desa disini atau lingkungan sekitar ini untuk petani sayur hampir tidak ada,” ujar Niko Sabtu (26/9/2020).
Ia mengaku penghasilannya cukup menjanjikan dan dirinya merasa sangat puas dengan apa yang dikerjakan bisa menghasilkan sesuatu yang diharapkan.
“Hasilnya seimbang dengan usaha dan kerja keras saya. Ternyata sayur yang saya tanam bisa menghasilkan dan memuaskan bagi pribadi saya ataupun keluarga saya,” ujarnya.
Ia mengaku sayurnya menggunakan pupuk Kompos dan juga lima belas hari setelah tanam baru menggunakan pupuk Urea Pril dan NPK Pelangi.
Ia mengaku kebutuhan sayur sangat meningkat. Mengingat sayur menjadi kebutuhan yang paling mendesak.
Untuk pemasaranya di tiga wilayah didaerah itu seperti Desa Rana Mbata, Desa Mokel Morid dan Beka Lando. Sang anak laki-laki yang setiap kali panen pergi menjualnya.
Usaha yang ia rintis memang masih ada kendala, kendala yang paling dirasakan adalah soal ketersediaan air untuk kebutuhan siram tanaman.
Ia masih menggunakan selang biasa yang mengalirkan air dari sumbernya dan juga debit airnya sangat kurang.
Meskipun air kurang, ia tetap semangat untuk bekerja. Ia harus menampung air tersebut pada sebuah bak berukuran kecil guna bisa menyiram tanaman.
Warga Desa Rana Mbata, Eginia Flora, mengaku dirinya sering membeli sayur dari kebun milik Niko. Egin mengaku senang karena usaha yang tekuni oleh Niko sangat membantu menyediakan berbagai jenis sayur untuk masyarakat. Egin menyatakan masyarakat sangat bersyukur karena bisa memilih aneka jenis sayur yang ia jual.
“Keberadan usaha sayur dari bapa Niko ini sangat membantu, karena selain menyedikan aneka sayuran yang segar dari lahan sayur Niko juga kita bisa memilih jenis syuran yang sedikit berbeda dari biasnya. Sebelumnya kami hnya konsumsi jenis sayuran yang itu-itu saja. Sekarang kita bisa menikmati sayur putih misalnya, Picai, jenis kacang kacangan dan lain-lainnya,” ujar Egin.
Sementara itu, tokoh muda Desa Rana Mbata, Yohanes Ranu mengapresiasi atas usaha keras Niko Nakung mengolah lahan tidur menjadi kebun sayur. Saya nerasa senang karena selain mendukung perkembangan pertanian juga meningkatkan hasil dengan kombinasi yang berimbang,” ujar Yohanes.
Pria yang akrab disapa Jhon ini mengaku senang karena Niko juga menggunakan pupuk yang berimbang sehingga meningkatkan produksi sayur yang berdampak pada penghasilan.
“Yang tidak kala pentingnya juga bahwa mengarahkan petani untuk penggunaan pupuk berimbang,” ujar alumnus Faperta Undana Kupang ini.
Foto: Dok. Flavianus Purnama. Ket Foto Berita : Pria asal Mbata, Niko Nakung saat berada dikebunnya di Wae Maung Desa Ranambata Kecamatan Kota Komba Kabupaten Manggarai Timur, NTT, Sabtu (26/9/2020).
Tim │Flavi P│Redpel Aurel – Indra