WBN, TASIKMALAYA – Coretan indah mantan Kapolda Jawa Barat Irjen. Pol. Purn. DR. Anton Charlyan, MPKN yang dihubungi via phone oleh Tim Media WBN Biro Tasikmalaya. (17/10).
Setelah Sumpah Pemuda kita telah berikrar Berbangsa Satu Bangsa Indonesia, kemudian setelah Proklamasi 17 Agustus kitapun telah berikrar pula membentuk satu Negara yakni NKRI. dalam arti tidak lagi mengedepankan Ego- ego Kedaerahan. Tanpa mengurangi kebesaran dan Eksistensi keberagaman berbagai Suku suku yang ada di Bumi Nusantara ini. makanya Semboyan kita Bhineka Tunggal Ika Berbeda beda tetapi tetap satu. Hal tersebut salah satunya diwujudkan dalam pembentukan Awal nama nama Propinsi yg ada di Wilayah NKRI .
Telah disepakati para fuonding father kita; Tidak berdasarkan atas nama sebuah Suku atau Etnis tapi berdasarkan Nama Pulau Pulau Besar. Karena bila Berdasarkan Suku ; di Nusantara ini ada sekitar 700 suku. Berarti harus ada 700 Propinsi. Karena jika tidak , Hal tersebut akan menjadikan Kecemburuan bagi Suku lain yg tidak jadi nama Propinsi. Maka lahirnya Propinsi diambil dari Nama Pulau Besar misal : Pulau Sumatera menjadi Sumatera Utara tidak bernama Provinsi Batak, Sumatra Barat tidak jadi provinsi Minang. Sumatea selatan tidak jadi Provinsi Palembang. Begitu juga dengan Kalimantan yang sukunya bermacam-macam, ada Dayak, Banjar, Melayu, Tionghoa, dan lain-lain. jika nama Provinsi atas dasar nama Suku mana kira2 yg akan dijadikan Provinsi Dayak, Melayu atau Banjar. Karena di tiap Wilayah suku-suku tersebut Tersebar hampir merata, sehingga sudah jadi wilayah yang dihuni oleh Suku yang Multi Etnis.
Demikian halnya dengan Jawa Barat yang walaupun dominan suku Sunda tidak otomatis harus jadi Provinsi Sunda. Karena di Jawa barat itu juga sejak dulu sudah jadi wilayah yg Multi Etnik. Ada Sunda, jawa, Melayu , Cirebon dan lain lain. Penamaan dengan kata Jawa bukan Berarti sebagai simbol suatu Suku atau Etnik tertentu.Tapi lebih kepada Nama Pulau tsb, yakni : “Pulau Jawa” Masa nanti ada Nama Provinsi jawa Timur tapi tidak ada Jawa bagian Baratnya ???. Jakartapun tidak jadi Provinsi Betawi. Maluku tdk jadi Provinsi Ambon.dan seterusnya. Bali juga jadi Provinsi Bali bukan karena nama Etnisnya tapi karena nama Pulaunya.” Bali ” .
Demikian juga dengan Riau, Babel.dan seterusnya. termasuk Aceh. Lampung, Banten bukan atas nama Etnis atau Suku, tapi atas dasar nama Daerah atau Wilayah tersebut yg memang Bernama itu . Sekarang saya Tanya ??? ; Provinsi mana di Indonesia ini yang dinamai atas nama Etnis atau Suku Tertentu… saya rasa TIDAK ADA.
Karena bila hal tersebut digunakan akan Rawan Munculnya Egocentris Kesukuan yang Berlebihan. Dan saya yakin nanti Indonesia Berpotensi akan jadi 700 Provinsi. Sudahlah jangan Mempermasalahkan suatu masalah yg Bukan Masalah. Masih banyak hal lain yang lebih Bermanfaat selain hanya mempermasalahkan atau keinginan utk Ganti Nama. Masalah Covid. Masalah Kemiskinan, Pengangguran dan seribu masalah yg lain, Justru dengan Nama baru berdasarkan Nama Etnis tersebut akan Memunculkan Masalah baru yang tidak sederhana Yang akan mengancam rasa Persatuan dan Kesatuan, menjadi rasa Persatean dan Kesukuan.
Yang akan menjadikan NKRI makin terpecah pecah. Makin tersekat sekat terjebak dengan semangat Kesukuan menuju kearah stereotif Etnik Negatif.
Saya juga sepakat dengan pendapat para pakar yg lain sebelumnya, bahwa berbicara Sunda bukan hanya sekedar sebuah suku, bahasa atau Etnik tertentu. Tapi lebih besar dari itu..Sunda merupakan sebuah Sejarah yg masih menjadi misteri, Sunda merupakan sebuah Ajaran, bahkan Sunda merupakan sebuah Peradaban besar dimasa lalu.. makanya ada nama Sunda land, Sunda besar; Sunda Kecil. Selat Sunda. Gunung Sunda Purba dan lain lain. Bahkan nama Sunda ada tersebar di berbagai Negara di belahan Dunia ini. Sunda bukan hanya sekedar sebuah Teritori atau nama wilayah saja. Tapi Nama Sunda jauh lebih Besar dari itu… jangan kerdilkan nama Sunda ini dengan hanya sekedar menjadi nama sebuah Provinsi…Nanti malah Kualat deh.
Iwan Hendriawan, S.Ip. | redpel ndra