Foto Exlusive Faisol Berbaju Hijau memakai masker (Anton K biro Indramayu)
WBN, Indramayu -Faisol ( 40 ) warga Desa dadap Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat, naluri bisnis cukup jeli membaca peluang pasar yang menjajikan di sektor perikanan.
Tanpa ragu-ragu, Faisol terjun ke bisnis perikanan dengan menyediakan beragam ikan yang telah dikemas, usaha yang Ia geluti sejak tahun 2016 dan lelang ikan laut itu dirintisnya kecil-kecilan dengan lelang.
“Saya pada 2016 yang menyediakan beragam ikan segar ikan laut, awalnya ikan dicuci diledek rebus lalu jemur dan facking masukan kekardus,” ujar Faisol.
Menurutnya, modal awal hanya mampu membeli ikan 40 keranjang ketempat Pelelangan Ikan ( TPI ).
menurutnya Pemasaran produk tersebut dilakukan secara sistem kirim keluar kota salahsatunya kemedan, Jambi, Palembang, Lampung, Bandung juga Jakarta.
“Saat ini penjualan kami Alhamdulillah telah mencapai puluhan ton ikan per bulan.
Untuk melayani konsumen, telah memiliki agen tersebar di sejumlah daerah
Konsumen dapat membeli beragam ikan kemasannya, guna mengembangkan usahanya kini telah memiliki 30 karyawan dan usahanya dinamakan Berkah Jaya ( BJ ).
Guna mengembangkan usaha, lanjutnya, berencana mencari modal melalui venture capital karena akses permodalan tidak terbatas dibandingkan bank.
“Kami tidak ingin pinjam modal di bank, tapi ingin mencari investor yang memiliki kesamaan visi,” ujar Faisol.
Usahanya kini masih ngontrak atau sewa dari Dinas Perikanan.
Dirinya kulakan ikan hasil tangkap nelayan didesanya dan daerah lain di Indramayu. Ikan berbagai jenis itu kemudian dijemur lalu direbus dan dikemas dalam wadah karton kemudian dijual.
“Saya hanya memproses ikan segar menjadi ikan kering, gitu saja,“ ujarnya kepada WBN Selasa (12/1/2021).
Walau terlihat biasa-biasa saja, setiap harinya Faisol mengaku mendatangkan ikan rata-rata 25 ton ikan. Pasokan ikan diperoleh dari TPI
Selama menekuni usaha sejak tahun 2016, Faisol mengaku pantang mengunakan cara pengawetan dengan formalin. Cara yang digunakan konvensional yaitu dengan penggaraman dan pembekuan dengan es batu balok.
Setelah tahap pengawetan, ikan-ikan tersebut disortir oleh karyawannya dan dikemas dalam kemasan karton.
Rata-rata Faisol melakukan pengiriman ikan kering tersebut seriap hari. Dirinya menggunakan jasa pengiriman khusus untuk mengirimkan produksinya.
Selama ini kendala yang selalu dihadapi adalah cuaca yaitu saat musim penghujan menyulitkan proses penjemuran. Selain itu jika cuaca ektrem sulit mendapatkan pasokan ikan.
Dia tambahkan, usaha pengawetan ikan tidak membutuhkan bahan bakar seperti premium atau solar, namun cukup menggunakan tenaga alami yaitu cahaya matahari.
Faisol berharap kepada pemerintah Dinas terakit untuk di fasilitasi dan di perhatikan usahanya,” pungkasnya.
(Anton K)