Oleh : Ambu Rita Laraswati
Perempuan dalam kehidupan dunia memiliki peran penting dalam kehidupan. Perempuan memiliki peran penting di dalam kelangsungan kehidupan baik di bidang agama, sosial, budaya, ekonomi dan politik.
Makna Perempuan dapat kita ketahui dalam sudut pandang agama dan budaya. Perempuan dalam agama Islam adalah perhiasan dunia, dan sangat di muliakan. Sifat perempuan sangat penyayang dari pada laki laki.
Dalam islam perempuan adalah karunia terindah, bidadari dunia dan surga. Islam memperbolehkan wanita berkarya, tidak melarang perempuan berkerja. ” Katakanlah wahai Muhamad, berkerjalah kalian! Maka Allah, rasulnya dan para mukminin akan melihat perkerjaan mu ( QS.At Tobat 105 ).
Dalam sejarah Islam perempuan terbaik, istimewa, cerdas dan mulia diantaranya yaitu Maryam, Aisyah, khodijah dan Fatimah. Siti Khadijah istri Rasulullah SWT adalah saudagar kaya raya sukses dalam perdagangan.
Zainab bin Abdullah sebagai tulang punggung keluarga, menafkahi suami, anak-anak yatim. Zainab memiliki industri rumahan. Asy Syifa binti Abdulah sebagai perawat, ummu Ra, lah sebagai perias wajah. Aisyah istri Rasullah SWT merupakan perempuan cerdas, kaya akan ilmu pengetahuan. Aisyah seorang penulis dan meriwayatkan hadis.
Perempuan Islam zaman Nabi sudah sangat paham tugas sebagai perempuan, peran perempuan saat itu adalah sangat penting dan mereka adalah guru, yang melakukan kegiatan belajar mengajar dan komunikasi sosial dan interaksi sosial.
Perempuan dalam kitab Injil di artikan orang/manusia yang dapat haid ( mastrurasi ), mengandung ( hamil ), melahirkan anak, menyusui. Perempuan di ciptakan dari tulang rusuk laki-laki, perempuan merupakan rahim kehidupan.
Artinya tampa perempuan tidak ada kelangsungan kehidupan. Perempuan menurut Injil adalah setara dan saling melengkapi. Perempuan sebagai pendamping suami dan anak anaknya.
Perempuan menurut pengetahuan Buddha adalah Sang Buddha menyampaikan bahwa perempuan dan laki-laki adalah sama derajatnya. Dalam ajaran Buddha menilai seorang bukan dari alat kelaminnya tetapi dari perbuatan dan perlakuan dan mampu menebar kedamaian. Buddha memberi nasehat : “Seorang anak perempuan, oh Sri Baginda, akan menjadi keturunan yang baik dari pria, sebab ia akan melahirkan jiwa yang dapat memerintah dan membimbing manusia, bahagialah Baginda”
Artinya perempuan itu merupakan mahluk manusia yang akan membimbing keturunan baik anak laki- laki dan perempuan untuk hidup dalam ahlak lebih baik. Dalam ajaran Buddha perempuan dan laki-laki adalah sebanding dan harus seimbang.
Laki-laki dan perempuan harus memiliki keyakinan yang sebanding, saddha yang sebanding, memiliki tata susila yang sebanding, memiliki kemurnian hati yang sebanding.
Dalam ajaran Buddha di katakan ” Laki-laki dan perempuan akan menjadi hilang indetitasnya, semua akan hilang dalam Dhamma, artinya tinggi rendah seseorang di lihat dalam menjalankan Dhamma ( darma ) dan berbuat baik pada sesama tidak melihat jenis kelamin dan kaya miskin.
Peran perempuan tidak membedakan status sosial dan peran perempuan sangat penting dalam masyarakat sosial. Dalam ajaran Buddha perempuan dalam masyarakat sosial di sebut ” Ibu Rakyat” ( Matugauna ).
Buddha sangat menjunjung tinggi dan menghargai perempuan. Perempuan berperan penting dalam mengurus umat. Banyak perempuan Buddha yang menjadi Bhikku bertugas di vihara, cetiya, melakukan pembinaan untuk perempuan dalam kerohanian.
Tokoh perempuan terkenal Budhha yaitu Praja Pati Gautami, yang mengabdikan dirinya kepada Dhamma, dia adalah tokoh perempuan yang menjadi Bhikkuni ( resi, ulama ).
Dalam sastra Buddha di sebutkan para Bhikkuni adalah perempuan teladan yang tertulis dalam kitab Buddha yang menjalankan kehidupan suci dan mencapai kehidupan dengan spritual tertinggi.
Dalam ajaran Buddha, sebagai umat Buddha harus menjalankan 10 sila atau janji yaitu: tidak membunuh, tidak mencuri, tidak melakukan perbuatan seksual yang tidak senonoh, tidak berdusta, berfikir dan bicara fitnah, mengadu domba yang tidak baik, minuman keras, tidak makan di luar waktu yang tidak di tentukan, tidak menyanyi dan menari, tidak mengunakan alat- alat kosmetik, tidak tidur di tempat tidur yang nyaman, tidak menerima pemberian emas dan perak.
Hal di atas adalah ajaran Buddha untuk dapat kita teladani, dan pelajaran menjadi perempuan dalam ajaran Budhha banyak yang harus di patuhi dan dijauhi, perempuan Budhha adalah perempuan mulia dan suci, oleh karena itu Budhha sangat memuliakan perempuan.
Perempuan Bhikkuni adalah perempuan yang penuh nilai budi pengerti tinggi. Perempuan Buddha jauh dari sifat prilaku jahiliyah. Ajaran Buddha tentang perempuan sejajar dengan ajaran Islam dan Kristen bahwa perempuan adalah manusia yang dimuliakan dan memiliki peran sebagai pendamping dan setara yang sangat penting dalam kehidupan agama, sosial, budaya, ekonomi, politik.
Perempuan dalam ajaran Hindu ibarat bumi/pertiwi yaitu tanah, sedangkan laki-laki seperti benih biji-bijian. Bumi tampa benih atau bibit tidak dapat menumbuhkan tanaman apapun, benih tampa bumi tidak bisa memunculkan akar, dahan, ranting, daun dan buah.
Perempuan dalam ajaran Hindu sama dengan ajaran Islam, Budhha, Kristen yaitu melengkapi dan pendamping, berkedudukan dan peran sama dalam kehidupan dunia. Pemeluk agama Hindu sangat memuja tokoh tokoh Dewi dalam kitab agama mereka, seperti Dewi Sri, Dewi Saraswati, Dewi Uma parwati. Dewi-Dewi ini sangat di hormati dan di puja, mereka adalah tokoh perempuan yang memiliki sifat kebijaksanaan, cinta kasih yang tinggi dan di yakini roh suci mereka dapat membantu kehidupan manusia di dunia. Kedudukan perempuan merupakan benteng moralitas, bila moralitas perempuan merosot maka merosot pula moral keturunnya.
Perempuan merupakan tolak ukur kebahagian dalam keluarga, masyarakat, negara dan bangsa yaitu terletak pada tinggi nilai moralitas dan teguh ahlak perempuan. Sering kita dengar ” Hancur dan runtuh suatu bangsa karena runtuh tiang negaranya, siapa tiang negara itu? Adalah “Perempuan”.
Dalam ajaran Hindu perempuan harus di hormati, tertera dalam kitab Manawa Dharma Sastra lll /55 yaitu: ” Pittrbhir bhratrbhis, caitah patibhir devaraistatha, pujya bhusyita vyasca bahu kalyanmipsubhih” Artinya: Perempuan harus di hormati dan di sayangi oleh ayahnya, kakak-kakaknya, suaminya dan iparnya yang menghendaki kesejahteraan sendiri. Makna kitab di atas bahwa perempuan dalam keluarga harus di hormati agar tercapai kesejahteraan semua.
Begitu juga, dalam lingkungan masyarakat dan bernegara. Dalam ajaran Hindu perempuan ibarat Bumi, tempat berpijak dan tempat tinggal semua mahluk bumi. Bumi menumbuhkan semua jenis tanaman dan menghasilkan tumbuhan yang berbuah, umbi, daun, biji yang dapat di makan, artinya perempuan memiliki peran penting dalam kelangsungan hidup. Dalam dunia pertanian perempuan lebih pandai dan mahir mengelola tanah, mengatur, menjaga.
Jiwa kemandirian dalam diri perempuan lebih besar dibandingkan laki- laki. Perempuan adalah kecemerlangan, kemakmuran, kesuburan, dan kesejahteraan. Dunia tampa perempuan kehidupan akan terhenti, karena perempuan sebagai pemberi makan suami, anak- anak, mereka butuh tumbuh kembangan yang baik dari seorang ibu.
Dalam kitab agama Hindu veda di sebutkan: ” Muda asi rad dhuha asi. Baruna dhartri asi darani. Ayusa twa var case tva kestu tva kse maya tva. Artinya: Perempuan engkau adalah perintis kecemerlang, pendukung yang memberi makan yang menjalankan aturan seperti bumi.
Kami memiliki engkau di dalam keluarga untuk usia panjang, kecemerlangan, kemakmuran, kesuburan dan kesejahteraan.
Mengapa di sebut Perempuan?
Dalam bahasa jawa kuno perempuan berasal dari kata ” Empu” Lalu menjadi perempuan, yang artinya tuan yang mulia, terhormat.
Perempuan menurut ajaran Sunda atau pengetahuan budaya Sunda disebut ” Sunan “. Sunan adalah yang di tinggikan atau suatu benda yang disimpan di atas kepala, atau di suhun, diposisikan dalam tempat yang paling tinggi, artinya tidak pantas disimpan di bawah.
Perempuan dalam budaya Sunda di sebut ” Indung “. Sebutan indung artinya tempat berlindung. Perempuan tidak hanya melahirkan, menyusui, membesarkan tapi lebih berfungsi sebagai tempat berlindung. Dalam ajaran Sunda buhun berlindung pada indung dalam pengertian berlindung pada Sunan Ambu.
Sunan Ambu dalam kepercayaan Sunda buhun adalah suatu kekuatan ibu ilahiah. Ambu artinya ibu. Sunan Ambu dipercaya ada dalam kehidupan kahyangan yaitu dunia atas. Sunan Ambu sebagai penguasa roh- roh dari phoaci yang berupa pujanga dan penjaga di dunia atas.
Dalam budaya Sunda sangat menyakini bahwa selain ibu kandung yang melahirkan kita, kita juga ada ibu batin yang tidak kelihatan. Sunan Ambu adalah ibu dunia lain yang memiliki sifat kasih sayang yang besar dan cinta kasih.
Sifat-sifat ini akan menitis dalam diri perempuan yang tinggal di bumi. Dalam cerita babad Munding Layadikusuma, Sunan Ambu adalah perempuan goib dan ibu alam yang memiliki tempat yang suci.
Dalam cerita babad Lutung kasarung Sunan Ambu adalah ibu ilmu pengetahuan, Dewi kehidupan, pemelihara yang memiliki kekuasaan dan kekuatan, perintah Sunan Ambu akan di laksanakan oleh para Nyi Phoaci sebagai pelaksana di kehidupan alam atas dan alam bawah ( Dunia).
Dalam budaya Sunda Indung ada beberapa peran dan fungsi yaitu: Indung nu maturan, indung nu ngelahirkeun, Indung anu nangtukeun artinya: Indung yang selama-lamanya menjadi istri dan ibu anak-anak kita, indung yang selalu menemani. Ibu yang melahirkan ke dunia, meneteskan darah dan pertama yang mencurahkan kasih sayang.
Indung juga yang menentukan, karena gen ibu yang berperan dalam aliran darah kita, gen ibu sangat kuat dan nasehat, doa, maupun sumpah ibu sangat manjur dan ucapannya, sangat nyata.
Tabiat anak sangat tergantung pada indung/ibu. Ada beberapa daerah dalam adab dan budaya garis keturunan ibu adalah yang menjadi dasar dalam tatanan dan aturan kehidupan.
Di Nusantara kita sangat mengenal bahasa ” Pertiwi” Yaitu ibu bumi. Bahasa itu ada, karena ada landasan nya adalah bunyi dari kitab veda. Perempuan adalah Dewi atau malaikat nyata dalam dunia. Merekalah tempatnya Surga.
Dalam Islam kita mengenal ” Surga di bawah telapak kaki ibu” Oleh karena itu ajaran antara beda agama, jika kita teliti, pelajari dan cari persamaan maka tidaklah berbeda, selaras sejajar, sepajajaran. Suara Tuhan, sabda Tuhan, kitab Tuhan tidak pernah berubah, hanya zaman dan bahasa yang berbeda, tujuan dari sabda itu adalah sama untuk memberi tahu mahlukNya.
Makna, arti dan peran perempuan salah satu tulisan yang dapat menjadi inspirasi kita bersama bahwa pemahaman dan peran perempuan dalam kehidupan dunia baik peran dalam rumah tangga, masyarakat, berbangsa dan bernegara adalah sangat penting dan mempunyai peran yang dapat menciptakan kebaikan, kebahagian, kedamaian, ketentraman. Makna dan nilai ajaran agama Islam, Kristen, Hindu, Budha, maupun ajaran spritual budaya Sunda meletakan perempuan dalam kedudukan yang luhung, tinggi dan mulia.
Bangkitlah wahai perempuan……!!!! Bangunlah jiwamu….!!!! Lihat dirimu, dirimu adalah istimewa, sempurna, indah, cerdas, tekun, tertib, penyayang, sabar……!!!!
Perempuan adalah “Empu” Pemimpin, pencatat, penghitung, pengerak, pembicara, pengayom, pemomong, yang baik…. Tuhan menciptakan mu sebagai mahluk Dewi fortuna, Dewi penolong, Dewi ilmu pengetahuan, Dewi kesejahteraan. Wahai perempuan…. Angkatlah derajatmu.. Kembali pada jati dirimu… Anak- anak kita harus cerdas, pandai, baik, berbudi luhur. Engkau adalah Guru sejati, guru lahir dan batin anak- anak dunia.
Bersatulah wahai perempuan dari agama, dari budaya daerah dan bangsa manapun… !!! Agama hanya indentitas diri, tapi indentitas sejati kita adalah kita mahluk Tuhan yang satu, Tuhan kita tunggal, tanamkan dalam diri sejatinya aku adalah asal dari Tuhan yang satu.
Tuhan bersabda tidak pernah berbeda, sabda Tuhan adalah ketetapan awal dan ahir untuk semua mahluknya.
Sekian tulisan ini saya persembahkan untuk semua perempuan Nusantara dan perempuan dunia.
Perempuan harus dapat kembali pada kodrat nya yaitu” Pembawa Rahmat lil alamin”, sebagai tiang Negara, cegahlah kerusakan moral ( jahiliah), menjadi dewi- dewi penyelamat, Ibu-ibu rakyat, menjadi Bhikkuni yang menjaga kesucian diri. Perempuan cerdas Nusantara dan Dunia.
Garut 13 Mei 2022 Wassalam Sampurasun Salam Perempuan Beragama dan Berbudaya..
Penulis : Ambu Rita Laraswati