Tradisi Manu Keka Adat Kawa Dibalik Nawacita Waduk Lambo

WBN │ Anak-anak Adat Kampung Kawa, yang masih duduk di Sekolah Dasar Inpres Nebe, Kabupaten Nagekeo, Pulau Flores menari sambil mendendangkan Tradisi ‘Manu Keka’ yang dipandu oleh seorang nenek bernama Ludvika.

Tari Manu Keka merupakan salah satu tradisi Adat Kawa, untuk memeriahkan kebahagiaan sepasang mempelai, usai membelis gadis pinangan anak lelaki mereka, lalu kembali memasuki Kampung Kawa dengan membawa sang kekasih, untuk selanjutnya meneruskan bahtera hidup yang telah diikat secara adat budaya.

Manu Keka juga ditarikan pada upacara syukuran panen, yang dirayakan rata-rata pada setiap bulan Agustus setiap tahun, oleh Suku Kawa di Nagekeo Flores. Setiap panen tiba, Manu Keka ditarikan oleh Masyarakat Adat Kawa, lalu pada malam harinya mereka melakukan ritual bakar nasi bambu.

Masyarakat Adat Kawa adalah warga yang mendiami sebuah perkampungan adat, yang dikenal masih sangat asli pelestariannya hingga saat ini. Kawa adalah sebuah perkampungan adat yang terletak di daerah pegunungan wilayah Kabupaten Nagekeo, yang masih terisolasi dari dukungan infrastruktur, seperti jalan aspal yang layak pakai menuju ke perkampungan Kawa.

Pendaratan Program Strategis Pembangunan Nasional, Nawacita era Presiden Joko Widodo melalui pembangunan Waduk Lambo di Nagekeo, keberadaan keluayatan Kawa sangat menentukan, dimana hamparan titik nol tanah waduk, persis didaratkan di atas tanah budaya warisan Leluhur Masyarakat Adat Kawa Nagekeo.

Dengan pembangunan waduk Lambo, Kampung Kawa sebagai Kampung Tradisional di Kabupaten Nagekeo, diharapkan bisa mendapat perhatian serius, sebab Kampung Kawa merupakan salah satu roh penyangga keberadaan waduk program Nawacita di Bumi Nagekeo, Flores, Nusa Tenggara Timur.

WBN │Wil│Editor-Aurel

Share It.....