Warga Sabu Raijua Rayakan Hari Pahlawan Di Makam Julian Hendrik  

WBN – Sabu Raijua, NTT – Puluhan Masyarakat Sabu Raijua, terlebih kusus masyarakat Kecamatan Sabu Tengah merayakan hari Pahlawan dimakam pahlawan perintis kemerdekaan, Julian Hendrik atau Bangngu Ludji He yang terletak di kampung Kerupu, Desa Eimau, Kecamatan Sabu Tengah, Kabupaten Sabu Raijua, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Kamis malam (10/11/2022)

Pantaun WBN, perayaan hari pahlawan di makam Julian Hendrik atau Bangngu Ludji He dikemas dengan thema malam refleksi atau perenungan Hari Pahlawan

Turut hadir dalam kegiatan tersebut Sekertaris Panitia Pembangunan Makam pahlawan Perintis kemerdekaan Julian Hendrik , Pelipus Libu Heo, Kepala Desa Eimau, Keluarga Besar almarhum Julian Hendrik dan masyarakat Sekitar

Acara berlangsung sederhana dan begitu bermakna . Acara perenungan diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia raya dan mengheningkan cipta , dilanjutkan dengan isi hati keluarga, sambutan pemerintah Desa serta pembacaan sejarah ditemukannya makam Bangngu Ludi He serta pembakaran lilin.

Epaferditus He yang mewakili keluarga besar Ludji He dalam menyampaikan isi hati keluarga mangungkapkan bahwa Tahun 2022 adalah tahun kelima keluarga , panitia dan masyarakat sekitar merayakan hari Pahlawan di makam pahlawan perintis kemerdekaan Julian Hendrik atau Bangngu Ludji He

Sebagai bagian dari keluarga, Epaferditus banggga karena dari kampung kecil dan keluarga sederhana, sala satu anggota keluarga mereka, telah menjadi bagian dari ratusan orang pahlawan perintis kemerdekaan yang berjuang memendekkan bangsa Indonesia

“Ini adalah kali kelima kita rayakan hari pahlawan di sini ( makam Julian Hendrik) , sebagai keluarga sederhana dari kampung ini,  tentu kami berbangga karena almarhum Julian Hendrik atau Bangngu Ludji He menjadi bagian dari ratusan orang pahlawan perintis kemerdekaan yang telah berjuang memerdekakan bangsa ini” ungkapnya

Menurutnya , kebanggaan yang diperoleh keluarga secara khusus dan masyarakat Sabu Raijua secara umum, tidak terlepas dari perjuangan sejarawan dan wartawan senior almarhum Peter Apollonius Rohi yang telah berjuang menemukan makam Julian Hendrik serta sebagai inisiator pembangunan makam Julian Hendrik atau Bangngu Ludji He .Oleh karena itu, Pria yang juga berprofesi sebagai guru ini, menyampaikan terima kasih kepada Alamrhum Opa peter dan keluarga

” Kami berterima kasih kpeada Almarhum opa peter yang telah berjuang menemukan serta menjadi inisiator pembangunan makam ini. Di masa tuanya opa rela bolak balik sabu ,kupang dan jakarta hanya untuk mencari informasi tentang keberadaan makam Almarhum bapa, opa, oyang terkasih kami Julian Hendrik atau Bangngu Ludji He ” ucap Epaferditus

Dirinya juga menyempaikan terima kasih kepada panitia pembangunan makam pahlawan perintis kemerdekaan, Julian Hendrik atau Bangngu Ludji He yang telah berjuang menggalang bantuan sehingga pekerjaan makam bisa terealisasi walaupun sampai saat ini belom selesai

“Atas nama keluarga besar almarhum Julian Hendrik atau Bangngu Ludji He kami juga berterima kasih kepada teman-teman panitia yang telah berjuang sehingga pembangunan bisa terealisasi walaupun sampai saat ini belom 100 persen” katanya

Dirinya berharap kedepan malam perenungan dimakam julian Hendrik atau Bangngu Ludji He lebih meriah lagi serta ada orang yang hatinya tergerak untuk membantu panitia dalam menyelesaikan makam tersebut

“Kami berharap kedepan ,kita akan reyakan malam perenungan seperti ini dengan lebih meriah serta ada orang yang tergerak hatinya untuk membantu panitia menyelesaikan pekerjaan makam ini “pungkas Epaferditus

Sementara, Sekertaris Panitia Pembangunan Makam Julian Hendrik atau Bangngu Ludji He, Pelipus Libu Heo kepada media ini menyampaikan bahwa pembangunan makam saat ini sudah mencapai 60 persen.

Menurutnya ada beberapa Item yang belom dikerjakan seperti Dinding Relief, prasasti Narasi dan pagar pelindung

” Pembangunannya sudah 60 persen karena ada beberapa Item yang kami belom kerjakan misalnya dinding Relief, prasasti Narasi dan pagar pelindung ” ungkap Pemred Media online pelopor9.com itu

Dirinya berharap agar pemerintah bisa mengambil bagian dalam menyelesaikan monument bersejarah tersebut.

Terlebih kusus pemerintah propinsi, karena menurutnya satu-satunya Gubernur yang telah datang untuk bersiarah ke makam julian Hendrik atau Bangngu Ludji He adalah Viktor bungtilu Laskodat

” Kita berharap pemerintah bisa mengambil bagian dalam penyelesaian makam ini, terlebih kusus pemerintah propinsi Nusa Tenggara Timur , karena seingat saya satu-satunya Gubernur yang pernah bersiah ke tempat ini ( makam Julian Hendrik) adalah pak Viktor Laskodat ” harap mantan Ketua Perhimpunan Mahasiswa Asal Sabu (Permasa) itu

Dikutip WBN, Libu Heo menguraikan Perjuangan almarhum opa Peter Apollonius Rohi Menemukan makam Julian Hendrik atau Bangngu Ludji He sebagai berikut :

 

Banyak orang NTT yang berjasa dalam perjuangan merebut kemerdekaan, salah satunya adalah putra Sabu Raijua, Julian Hendrik atau Bangngu Ludji He yang memimpin pemberontakan di atas Kapal Perang Belanda De Zeven Provincien atau Kapal 7 pada tanggal 10 Februari 1933.

Untuk menemukan fakta sejarah tentang pahlawan Perintis Kemerdekaan ini, wartawan senior yang juga sejarawan Indonesia, Opa Peter Apollonius Rohi (alm) melakukan pelacakan dengan membaca semua arsip Nasional.

Untuk menemukan ini membutuhkan waktu yang panjang karena opa harus bolak balik ke perpustaakaan untuk membaca satu persatu arsip.

Opa Peter membaca arsip sidang Landraad Surabaya, terungkap bahwa para anggota Marine sudah terasuk nasionalisme, ketika Bung Karno berpidato di alun-alun kota Surabaya 1932.

Sejak itu suasana memanas. Belanda membredel koran Soeara Oemoem milik Dr Soetomo, pemimpin redaksinya Joenoes Siyaranamual ditahan.

Anggota Marine sangat bangga dengan emblem Soekarno berlatar merah putih. Mereka melakukan demo – demo dan melagukan lagu Indonesia Raya. Hal begitu tentu saja sangat haram bagi kolonial Belanda, apalagi terjadi dalam tubuh Angkatan Perang mereka.

Banyak pelaut yang ditangkap dengan bantuan KNIL dari Rampal Malang (Soeharto pernah jadi anggota KNIL di situ). Di sini pula Kawilarang dan Julian Hendrik di penjara.

Ketika merdeka, para pelaut eks pemberontak dipanggil kembali. Tetapi kebanyakan mereka sudah tidak dikenal alamatnya. Bung Karno memerintahkan memindahkan kerangka Martijn Paradja dan teman-temannya yang dikuburkan secara massal di Pulau Kerkhof (Pulau Kelor) di gugusan Kepulauan Seribu ke Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Kawilarang sendiri meninggal di Tanjung Pinang dan dimakamkan di pemakaman Kristen di koa itu. Lalu di mana Julian Hendrik? Setelah dengan susah payah opa menelusuri jejak Hendrik akhirnya ditemukan di Pulau Sabu.

Pada tahun 2011, Opa bersama anaknya yang nomor 4, Joaquim Lede Valentino Rohi atau Inyo turun ke Sabu Raijua untuk memastikan di mana kuburan Julian Hendrik. Dalam arsip nasional yang bertuliskan dalam bahasa Belanda itu hanya mencantumkan Julian Hendirik kelahiran Eimau.

Opa jurnalis dan sejarawan yang tangguh dan tidak ingin merepotkan orang banyak, atas petunjuk nama kelahiran Julian Hendrik, opa bersama anaknya Inyo berjalan kaki dari Hotel Rai Hawu menuju Eimau desa yang diyakini merupakan tempat kelahiran Julian Hendrik.

Karena mempunyai tujuan yang mulia, Tuhan menunjukan jalan dan dipertemukan langsung dengan cucu dari Julian Hendrik sendiri.

Pada bulan November 2015, opa kembali ke Sabu Raijua bertemu keluarga dari Julian Hendirik, merencanakan renovasi dan membangun monumen Julian Hendrik.

Selain itu opa mengajak pemerintah dan masyarakat mengadakan acara perenungan di makam seorang pahlawan yang “hilang”, Julian Hendrik alias Bangngu Ludji He.

Pada kesempatan itu dilakukan peletakkan batu pertama renovasi makam Ludji He. Sebuah tiang bambu runcing berujung merah terikat bendera merah putih di ujungnya tertancap di pusara, menjadi saksi pengakuan kami bahwa Julian Hendrik adalah seorang perintis kemerdekaan yang kini “ditemukan” kembali.

Peletakan Batu Pertama dilakukan oleh Ketuan Dewan Pembina Veteran NTT MayJen Pol Purn. Drs Jacki Uly MSi datang sendiri untuk bersama Wakil Bupati, Ketua DPRD dan wakilnya.

Pada tahun 2016 tepatnya bulan November dilakukan renovasi monumen dan dalam pekerjaan ini opa yang memantau langsung pekerjaan dan melakukan komunikasi dengan pemerintah dan beberapa tokoh lainnya untuk bisa membantu melancarkan pekerjaan.

Seperti Jacki Uly, mantan Kadis PU Lay Rohi serta DPC PDIP Sabu Raijua membantu dengan bahan dan material untuk pembangunan monumen. Dukungan penuh dari keluarga dan sahabat kenalan.

Meletakkan batu pertama renovasi makam Julian Hendrik. Ia bernama asli Bangngu Ludji He. Makam direnovasi menyerupai makam raja Sabu, yang diinspirasi dari bentuk makam di belakang Gereja Yeruel Seba Kota, Opa sendiri yang menentukan model makam karena dikubur secara kepercayaan Jingitiu.

Tentu saja Keluarga besar Ludji He sangat berbangga karena ternyata seorang anggota keluarga mereka dari generasi lampau adalah seorang perintis kemerdekaan sebagaimana keputusan Mensos Sapardjo saat itu.

Tahun 2017

Sayangnya pihak kelurga sama sekali tidak mengerti, bahkan tidak tahu bahwa Julian adalah seorang pahlawan. Yang mereka tahu, keluar dari penjara Julian Hendrik pulang membawa surat merah (surat pemecatan) dan dalam keadaan sakit. Tak lama kemudian ia meninggal di tengah keluarganya, bukan sebagai siapa -siapa, sebab bagi masyarakat dia hanya seorang Ludji He, tak lebih!.

Bagai sabut kelapa, Pulau Sabu terapung di bibir samudera Hindia. Jauh ke selatan tidak tersentuh lagi daratan apa pun sampai menohok Antartika. Gersang dan kering seperti apa yang dilukiskan James Cook ketika “terdampar” di sini 1770.

Walau begitu, seperti pengakuan para penjelajah pulau ini begitu eksotik dan tampak indah. Lagi pula menyimpan misteri perjuangan bangsa.

Julian adalah orang pertama yang tatkala berusia 24 tahun, pada 3 Februari 1933 mengajak teman -teman marine kru kapal perang De Zeven Provincien untuk merebut kapal milik penjajah itu. “Revolusi sekarang juga!”, ajaknya pada teman2nya dalam sebuah pertemuan di Gedung bioskop Ulele, Kutaradja (kini Banda Aceh).

Maka keesokan harinya para pelaut pribumi menawan para perwira Belanda, menguasai dan melarikan kapal itu. Pers asing mempermalukan Belanda, karena peristiwa begitu adalah pertama kali di dunia.

Tak tahan dipermalukan, apalagi kapal – kapal perang lain yang mengejar diancam akan ditembak oleh Martijn Paradja, Gubernur General Belanda De Jonge memerintahkan pesawat terbang Dornier membom kapal perangnya sendiri.

Bom seberat 50 kg yang jatuh di atas geladak menewaskan Martijn Paradja, Gossal, Rumambi serta 23 prajurit marine, sedang Julian Hendrik dan Jermias Kawilarang bersama lebih seratus teman -temannya ditangkap dan dipenjarakan di penjara militer di Sukolilo, Madura.

Demikian Riwayat Perjuangan Bangu Ludji He, mari kita kenang dan amalkan dalam kehidupan sehari – hari.

Selamat Memperingati Hari Pahlawan.Pahlawan Ku Teladan Ku. (WBN Tim)

Share It.....