WBN, INDRAMAYU – Indramayu merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat yang letaknya di sudut pesisir pantai utara laut Jawa. Indramayu sendiri dikenal sebagai penghasil buah mangga.
Selain itu Indramayu juga kaya akan ragam kulinernya yang dapat menggugah selera. Salahsatunya makanan tradisional yang kini masih dijajakan warga desa Sukasari. Makanan jaman dulu (jadul) ini masih tetap bertahan yang merupakan warisan nenek moyang.
Makanan jadul yang kini masih bertahan tentu bagi anda belum berkesan kiranya kalau tidak mencicipi kue ini. Di kota mangga ini kue tersebut memiliki nama unik. Geblog, klepon, ketan dan urug-urug merupakan kue atau jajanan tradisional khas Indramayu.
“Jadi namanya memang kue yang memiliki nama aneh, juga unik. Diambil dari filosofi yang merupakan nama lokal,” ujar Tarinah (45), pedagang kue geblog saat ditemui di jalan, Kamis (24/11/2022).
Kue Blengep/geblog begitu sangat melegenda di Indramayu. Tarinah yang merupakan warga Desa Sukasari, Kecamatan Arahan, Kabupaten Indramayu, mengungkapkan kue ini warisan turun-temurun leluhur, sehingga menjadi jajanan tradisional khas.
Tarinah telah menekuni usaha ini sejak puluhan tahun lalu. Ia belajar membuat kue itu dari orangtuanya saat masih kecil.
Namun demikian, kue-kue tradisional tersebut sudah jarang ditemui pasalnya sudah banyaknya kue modern yang merajai kuliner di berbagai daerah. Misalnya saja, di Kabupaten Indramayu, Kue geblog kue tradisional ini sudah jarang sekali ditemui.
“Awalnya ikut bantu-bantu orangtua, kemudian jadi menekuni usaha ini,” jelasnya.
Tarinah mengakui jika kue tradisional ini mempunyai nama yang aneh dan unik. Namun, dirinya tidak mengetahui siapa yang pertama kali mencetuskan nama tersebut. Ia hanya diceritakan saja dari orangtuanya.
Menurutnya kue ini tidak mudah ditemukan, baik itu di pasar tradisional maupun toko kue lainnya.
Selama puluhan tahun ini, Tarinah tetap bertahan dengan usaha Kue geblog ini. Walaupun banyak bermunculan kue-kue modern, dia tetap menekuni usaha pembuatan geblog. Hal ini dikarenakan kue tersebut merupakan warisan orangtua yang harus tetap dipertahankan. “Apalagi mempunyai nilai filosofis yang menggambarkan lokalitas,” ujarnya. (Anton K)