
WBN- Sabu Raijua, NTT – Yayasan Sheep Indonesia (YSI) menggandeng Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan ( FPIK) Universitas Kristen Artha Wacana Kupang (UKAW) Kembangkan Teknik Budidaya Rumput Laut Anaconda di Sabu Raijua.
Teknik anaconda ini merupakan sala satu teknik untuk melindungi rumput laut dari berbagai macam penyakit serta sarangan ikan maupun penyu yang dapat merusak bibit rumput laut serta memperhambat proses pertumbuhan .
Salain itu, dengan teknik ini, akan meminimalisir kerusakan rumput laut yang terjadi akibat arus dan gelombang pada musim barat.
Demikian dikatakan oleh Maneger Yayasan SHEEP Indonesia (YSI) area Sabu Raijua, Sarif Hidayat kepada WBN , Selasa ( 24/10/2023).
“Mencegah terjadinya kerusakan yang disebabkan oleh hama, ikan, penyu maupun gelombang pada musim barat kami mencoba berkoborasi dengan FPIK UKAW Kupang menerapkan teknik Budidaya Rumput Laut Anaconda di Sabu Raijua ” ungkap Sarif melalui pesan WhatsApp
Teknik anakonda, menurut Sarif memanfaatkan pembentukan waring yang menyerupai ular anaconda, bulat dan memanjang dengan menggunakan ring dari paralon maupun rotan untuk membentuk ruang tanam.
“Teknik anakonda memanfaatkan pembentukan waring yang menyerupai ular anaconda, bulat dan memanjang dengan memanfaatkan ring dari paralon maupun rotan untuk membentuk ruang tanam” Katanya
Dikatakannya, untuk sementara Teknik anaconda difokuskan pada organisasi Masyarakat Basis (OBM) Wuke Rohedui di Kecamatan Sabu Tengah.
Sarif menjelaskan dengan tenknik ini setidaknya bisa mengatasi Permasalahan kelangkaan bibit yang hampir setiap tahun dialami oleh para petani rumput laut di Sabu Raijua.
Pada umumnya, Menurut sarif Hidayat kelangkaan terjadi pada bulan desember sampai april atau selepas musim barat sehingga menyebabkan tingginya harga bibit maka modal awal bagi petani rumput laut sangat besar, angka kenaikan harga bisa sampai 5 kali lipat dari harga normal.
“Kita hadirkan teknik anakonda ini agar bisa meminimalisir kelangkaan bibit rumput laut yang hampir setiap tahun dialami oleh para petani rumput laut di daerah ini . kelangkaan terjadi pada bulan desember sampai april atau selepas musim barat sehingga menyebabkan tingginya harga bibit maka modal awal bagi petani rumput laut sangat besar, angka kenaikan harga bisa sampai 5 kali lipat dari harga normal ” jelasnya
Guna keberlanjutan, kata sarif, YSI mendorong mitra, baik kelompok petani rumput laut, pemerintah desa dan juga dinas terkait turun bersama mempelajari teknik yang diharapkan menjadi solusi ketersediaan dan kelangkaan bibit yang sudah menahun selama ini.
“Melalui Program Sekolah Lapang YSI mengajak kita semua memiliki pola petani pembelajar sehingga munculnya inovasi yang dapat menjawab masalah, dan juga sinergitas yang sanggat penting agar pemberdayaan bagi masyarakat dapat dikuatkan dan berkelanjutan” terangnya
Sementara, Bertha leba, ketua OMB Wuke Rohedui mengatakan Permasalahan kelangkaan bibit terjadi setiap tahun, karena selepas musim barat hampir sebagian besar rumput laut hilang terkena ombak, dan saat mau mulai kembali harga sangat tinggi bahkan 1 tali dengan panjang 30 Meter sampai harga 1,2 juta dibanding saat normal sekitar 250 – 300 ribu”.
Menur Berta, Harga yang tinggi tersebut membuat para petani mengeluarkan modal besar setiap awal musim tanam baru, keprihatinan inilah yang kemudian menjadi pekerjaan rumah bagi kelompok untuk mencari solusi bersama.
Dirinya menyampaikan terima kasih kapada Yayasan Sheep Indonesia dan FPIK UKAW Kupang yang telah membantu memberikan palatihan dan bantuan kapada OMB untuk pengembangan teknik anakonda.
“Kami menyampaikan terima kasih kepada Yayasan Sheep Indonesia dan FPIK UKAW Kupang yang telah membantu dan melatih kami untuk kembangkan teknik anakonda” ucap berta
Terpisah, Imanuel J. Emola, S.Pi, M.Si selaku Dosen mewakili FPIK UKAW Kupang menyampaikan bahwa pihaknya menghadirkan teknik budidaya anaconda setelah mendapatkan penyampaian keluhan yang di sampaikan oleh Yayasan SHEEP Indonesia dan Anggota OMB Wuke Rohedui mengenai bagaimana mempertahankan bibit rumput laut.
Menurutnya teknik ini juga bukan hanya untuk sekedar rmempertahankan bibit namun juga produksi, hanya memang membutuhkan material yang cukup dan tidak semua masyarakat dapat membelinya.
Menurutnya, Dalam proses pelatihan dan ujicoba teknik anaconda, pihaknya mensupport 8 Unit waring anaconda.
“Kami support 8 unit waring anaconda” ujarnya
Dirinya menjelaskan bahwa untuk 1 unit anaconda dengan panjang 10 meter bisa menghabiskan biaya 350 – 500 ribu.
Sementara untuk kendala sendiri, katanya adalah ketersediaan waring yang harus pesan dari jawa.
“Keandala yang kita alami ini terkait dengan ketersediaan waring yang harus pesan dari jawa” pungkasnya .
(WBN Tim)