Peneliti, Pegiat Lingkungan dan Perempuan hingga Seniman Ajak Kenali Akar Muasal
Lodimeda Kini (Peneliti, Founder Museum Ammu dan Ketua Komunitas Mira Hari)

WBN- Kupang, NTT- Pohon yang kokoh ditopang oleh akar yang kuat, dalam dan berjalinan. Jika sebuah masyarakat, atau katakanlah sebuah (suku) bangsa sedang berhadapan pada angin dan arus kuat, tumbang adalah kemungkinan yang tak terelakkan ketika tumbuh dari akar yang tumbuh di permukaan, tak berjalinan apalagi memaku ke dalam.

Akar Muasal berangkat dari keresahan tentang arus kuat yang setiap hari memaksa kita menjadi terpisah dan terasing, bahkan terhadap diri kita sendiri.

Masalah keterasingan ini, ditambah riuh redam ajakan untuk maju, berlari, dan berkejar-kejaran dengan titik tujuan yang selalu berpindah, menghasilkan krisis. Dan krisis ekologi adalah yang terbesar!

Hubungan saling kebergantungan manusia dan alam kian digaungkan, tapi kenyataannya manusia selalu menguasai. Pada akhirnya, mereka yang hidup bergantung dari alam, menjadi golongan terpinggirkan karena alat dan wawasan hidupnya tak menemukan tempat pada jalur-jalur manipulasi sumber daya ala industri.

Akar Muasal adalah diseminasi kreatif temuan penelitian-penelitian –sebagian besar di Pulau Sabu- yang menelusuri ekologi manusia dari waktu ke waktu.

Dalam Akar Muasal, berbagai observasi, hasil interpretasi, dan refleksi berupa karya disajikan melalui pameran selama dua hari, Kamis dan Jumat tanggal 26-27 Oktober 2023, bertempat di Rooftop Ruko F-square, Jl Shopping Centre Oebobo, Kota Kupang.

Pembukaan pameran Akar Muasal pada hari Kamis (26/10) akan diikuti dengan sesi “Di balik mata” yang mengajak para pengunjung pameran berbagi tentang keresahan, ide dan pemikiran di balik mata para seniman dan kontributor terlibat.

Pada hari Jumat (27/10) Bincang Akar Muasal akan mengajak pengunjung bertukar pikiran dan berefleksi tentang upaya-upaya menelusuri akar muasal dan urgensinya pada hari ini.

Lodimeda Kini seorang peneliti muda bidang ekologi manusisa dan pemodelan air sebagai penyelenggara, Linda Tagie yang merupakan seniman sekaligus pegiat lingkungan dan perempuan juga akan membahas perlunya dekolonisasi pengetahuan terutama agar masyarakat adat khususnya perempuan tidak semakin terpinggirkan.

Selain dua perempuan hebat asal kabupaten Sabu Raijua diatas, ada juga Dios Beding atau Lezart, seniman yang banyak berefleksi tentang hubungan manusia-alam pada kehidupan masyarakat Lamalera juga akan membagikan upaya-upaya pencariannya hingga proses penciptaan karyanya.

Akar Muasal adalah inisiatif Museum Ammu Hawu dan merupakan bagian dari Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah 16, didukung oleh SkolMus, F-Square, Rexiart.

Ayo masyarakat Kota kupang dan sekitarnya !!!!

Mari hadir dan bertukar pikiran di Akar Muasal !!

Mari saling bercerita tentang upaya perjalanan menemukan batu-batu pijakan, upaya mengenal bagian-bagian yang terlekat dengan kita, dan kenyataan yang kian hari kian asing !!

Setidaknya kita sempat mengenal sebelum melupakan.

Setidaknya kita sempat mendengar sebelum meninggalkan.

Bagi yang ingin mengakses hasil diskusi tersebut bisa mengakses Chanel YouTube Museum Ammu Hawu.

Harapannya, sebuah jalan dari sisi pandang yang lain bisa melengkapi pencarian cara melintasi krisis yang kian mencengkeram. (WBN Tim)

Share It.....