Pementasan Teater Dan Pameran Photo Pertunjukan, Memperingati Hari Teater Sedunia (HATEDU) 2024

INDRAMAYU, WBN – Sejarah diperingati Hari Teater Sedunia (HATEDU) diprakarsai oleh Institut Teater Internasional (ITI) serta menyusul usulan Presiden Arvi Kivimaa pada bulan Juni 1961 pada Kongres Dunia ITI ke-9 di Wina, Austria. Pada saat peringatan Hari Teater Sedunia, para insan teater / pemain teater dipilih untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat sekaligus membagikan kesan mereka tentang seni teater dan masa depan teater.

Sejarah dan spirit tersebut kemudian menjadi landasan memperingati HATEDU para insan teater sampai saat ini. Studio Teater 50, Indramayu pimpinan Candra N Pangeran bekerja sama dengan Dewan Kesenian Indramayu (Komite Media Baru) Adli P Nugraha menyelenggarakan helatan Peringatan HATEDU dengan menyuguhkan pertunjukan teater berjudul “Pinangan” karya Anton P Chekov dan pameran poto pertunjukan oleh Adli P Nugraha yang dilaksanakan pada tanggal 25-28 Maret 2024 di Selasar Sekretariat Dewan Kesenian Indramayu.

Pertunjukan teater naskah judul Pinangan karya Chekov ini digarap sangat apik oleh sutradara Candra N Pangeran dengan membawanya pada pendekatan lokalitas daerah Indramayu. Para pemain Suparto Agustinus sebagai Kaji Kodir, Helmy Yahya sebagai Agus Tubagus, Ratih Indriani sebagai Ratmi, para pemusik (artistic) dan tentunya pimpinan produksi Halpyansah Leo Wijaya mampu mewujudkan konsep sang sutradara sehingga pertunjukan Pinangan tampak menjadi lebih segar dan memukau serta mampu menyampaikan pesan yang sangat relevan dan mampu dirasakan oleh penonton.

Selanjutnya, barangkali sedikit mucul pertanyaan mengapa pameran poto juga menjadi bagian dalam memperingati HATEDU? Ternyata pameran poto ini memiliki tajuk khusus yang berkaitan erat dengan pertunjukan teater. Yaitu pameran poto pertunjukan yang seluruhnya adalah pertunjukan teater.

Pameran poto pertunjukan ini tampaknya hal baru dan pertama kali ada di Indramayu seperti yang diungkapkan oleh potografer senior Indramayu sekaligus sebagai kurator pameran karya poto pertunjukan Adli yang dipamerkan saat ini yaitu Dhedez Anggara mengungkapkan:
“Pameran foto ini patut diapresiasi karena ini pertama kali di Indramayu digelar pameran foto tunggal yang menampilkan fotografi panggung, karya foto Adli merupakan karya yang menampilkan beragam karakter, baik dari pertunjukkannya maupun dari komposisi pengambilan fotonya, dan sekali lagi Adli percaya diri untuk menampilkan karya foto yang berbeda dan harus tetap belajar lagi dengan fotografinya.”
Selain sesuatu yang baru dan rasa kepercayaan diri yang kuat tentu Adli mempunyai landasan atau kosep pemikiran lain sehingga ia memilih membidikkan kameranya pada peristiwa pertunjukan khususnya pertunjukan teater. Dalam kesempatan khusus Adli menuturkan konsep-konsep dan landasannya memilih poto pertunjukan dan pameran pertunjukkan ini ia lakukan:
“Memiliki ketertarikan di lingkup seni pertunjukan terlebih muatan dan gagasan yang terkandung didalamnya, baik dari unsur visual, tekstual, dan kontekstual menjadi landasan bagaimana fotografi panggung saya jadikan sarana untuk berinteraksi dengan dunia berkesenian”.
“Dalam pameran tunggal ini, saya berupaya untuk tidak mengurangi sedikitpun apa yang tampak dari situasi saya saat ini sebagai seorang apresiator di panggung pementasan yang kebetulan juga menjadikan fotografi sebagai medium alternatif untuk mengapresiasi sekaligus menjadi perbendaharaan arsip visual yang kerap saya sebut Artery archive”.
“Pameran bernuansa getir sekaligus congkak bagi saya ini didominasi karya-karya yang memuat adegan pada puncak konflik pementasan yang akan selalu menarik bagi sudut pandang saya secara personal. Saya akan selalu menaruh perhatian lebih ketika memasuki repertoar pertunjukan dengan nuansa kemarahan, kesedihan, dan ketakutan. Berlandaskan sudut pandang itu, karya-karya fotografi ini, atau yang mendominasi perbendaharaan visual yang saya rawat akan sangat berkaitan erat dengan objek yang memuat suasana panggung yang nyaris tidak pernah ceria”.

“Pada beberapa display, saya menyiasati partisi kovensional dan menggatinya dengan elemen-elemen istalasi yang berkesinambungan dengan setiap karya dengan tujuan agar dapat menunjang dan memperkuat suasana yang terkandung dalam beberapa foto yang saya anggap memiliki penafsiran yang cukup kompleks”.
“Fotografi paggung (Stage photography) pada ekosistem dan eksistensinya di lingkup fotografi didominasi dengan karya-karya yang memuat objek pertunjukkan live musik. Image yang terbangun dalam masyarakat saat ini adalah bahwa fotografi panggung adalah sebuah karya fotografi yang memuat foto dengan objek konser musik, yang akhirnya melemahkan peran dan kehadiran stage photographer yang intens dan konsen di panggung pertunjukkan teater, tari, pantomim, atau bahkan tradisi, sehingga karya-karya fotografi panggung yang intens di lingkup tersebut dinilai tidak lebih dari sekedar karya foto jurnalistik, hingga sekedar arsip dokumentasi pementasan. Saya berharap dengan diadakannya pameran panggung pertunjukkan ini dapat sedikit mengenalkan, atau meluruskan apa yang terjadi di lingkup stage photography saat ini”.

“Saya ucapkan terima kasih, atas terselenggaranya pameran yang memeriahkan momentum hari teater dunia 2024 yang terlaksana berkat dukungan moral, material, dan spiritual terutama kepada istri saya Qorry Ashifa, Studio Teater 50, Rumah Teater Sawo Kecik, Dewan Kesenian Indramayu, Sanggar Sekala Bhumi, Om Dedez Anggara selaku kurator yang layak saya jadikan panutan, Para senior fotografi dan lintas disiplin yang telah memberikan restu, kawan-kawan yang membantu terlaksananya acara ini, dan instansi terkait yang menjadi bagian khusus dalam melatih kesabaran dalam mendewasaan diri. Terima kasih juga sebesar-besarnya kepada segelintir donatur yang turut berkontribusi atas terlaksananya pameran ini.”

Ray Mengku Sutentra (Ketua Dewan Kesenian Indramayu) dalam kesempatan yang sama menyampaikan: “Keyakinan, kekuatan jiwa, konsisten eksistensi pada jalur kesenian adalah bukan hal sepele dan remeh-temeh. Memahami seni bukan sekedar seremonial tetapi pembangunan, pembentukan karakter manusia yang mampu memiliki kesadaran sebagai manusia yang memandang manusia, semesta adalah sebagai wujud ciptaan Tuhan untuk saling mengasihi, bukan saling menyengsarakan dengan dalih dan kepentingan-kepentingan opurtunis, jiwa seniman itu tidak bisa dijual sebab dia bersentuhan dengan rasa, nurani, kalbu yang kedudukannya sangat dekat dengan kesadaran Illahiah jadi mari pertahankan kesenimanan kita dan letakkan pada tempat semestinya. Selamat kepada Studio Teater 50, Candra N Pangeran, dan segenap keproduksian pimpinan Halpyansah Leo Wijaya, Adli P Nugraha, atas peristiwa yang luar biasa ini. Selamat Hari Teater Dunia 2024”
(Bang Ay)

Share It.....