WBN, INDRAMAYU – Cuaca panas dan intensitas hujan di wilayah Kabupaten Indramayu akhir-akhir ini mulai berkurang. Hal tersebut membawa berkah tersendiri bagi Simon (55) petani garam asal Desa Ranjeng, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Tentunya, cuaca cerah berdampak baik bagi produksi garam.
Simon mengaku, Ia bersama istri Rasidah, dapat tersenyum senang saat cuaca yang cerah membuat produksi garam meningkat jika dibandingkan saat musim penghujan.
Saat ini, lanjut dia, kristalisasi garam hanya membutuhkan waktu tiga hari. Dalam waktu tiga hari, ia dan petani lainnya sudah bisa memanen garam di tambak.
“Kalau cuaca bersahabat seperti sekarang ini per tiga hari sampai empat hari sudah bisa panen mas, kalau cuaca buruk itu panen garam butuh 10 hingga 11 hari,” kata Simon, Selasa (22/11/2022).
Simon menjelaskan, dalam sekali panen ia bisa menghasilkan garam cukup lumayan membaik. Di sisi lain harga garam saat ini menurutnya, nomal perkarung sekitar Rp 120.000 ribu rupiah Alhamdulillah perkwintal bisa raup keuntungan Rp 240,000 ribu rupiah.
“Banyaknya hasil panen juga tergantung luas lahan mas, karena lahan saya termasuk lahan sewa tapi Alhamdulillah, masih bisa bersyukur sekarang harganya lumayan bagus,” ujar Simon.
“Saya mewakili petani garam dengan cuaca seperti ini sangat senang pastinya. Jika tiga bulan kedepan masih seperti ini cuacanya, petani garam penghasilannya lebih menguntungkan,” imbuhnya.
Yang jelas Jelang akhir tahun 2022, harga garam melambung tinggi. Kondisi ini membuat petani sumringah.
Harga garam yang tinggi mendatangkan keuntungan bagi petani. Tetapi di sisi lain, muncul kekhawatiran.
Simon berharap tingginya harga garam ini semoga bisa bertahan lama sampai musim produksi selesai.
“Mudah-mudahan harga garam stabil supaya petani sejahtera,” tegasnya.
“Mahalnya garam ini juga dipengaruhi oleh cuaca yang tidak menentu. Sebab, produksi garam rakyat minim yang tidak bisa memenuhi pasar, makanya mahal,” tandasnya. (Anton K)
