
WBN │ Sebagai ekpresi dukungan mereka terhadap Program Nawacita Pembangunan Waduk Lambo, Pemuda Rendu, Lambo dan Ndora atau disingkat Gapura, mengajak Aman untuk berdiskusi terbuka di titik Nol Waduk Lambo, Kabupaten Nagekeo, Flores, NTT.
Dikutip rilis Gapura kepada redaksi berita media ini, (18/5).
Diuraikan, Gapura mempertanyakan kehadiran PPMAN di Kabupaten Nagekeo daam kaitan dengan pembangunan waduk. Mereka juga mengatakan merasa gerah atas sikap Aman dan PPMAN yang dianggap meresahkan warga di Malapoma, sebab saat ini semua warga Rendu sudah melaksanakan deklarasi bersama mendukung Waduk Lambo/Mbay dan tidak lagi melakukan upaya hukum pasca penangkapan ke 24 Warga Malapoma yang menghadang ritual adat.
Terpisah, salah satu fungsionaris Gapura, Asis, yang dilakukan oleh Aman dan PPMAN dianggap merusak tatanan budaya masyarakat lokal Rendu, karena itu dia juga menantang Aman dan PPMAN melakukan dialog terbuka dilokasi titik Nol Waduk Lambo.
Hal yang sama dikatakan juga oleh Sekretaris Gapura, Didimus Gili, SH.
Didimus juga menyampaikan rasa geram atas pernyataan di medsos oleh pihak Aman yang menurutnya cenderung selalu menyerang pihak Kepolisian Resort Nagekeo.
Didi menilai Kepolisian Resort Nagekeo selama ini sudah melaksanakan Kamtibmas sesuai SOP.
“Berkaitan dengan penangkapan 24 Warga Malapoma, hal tersebut telah selesai dilakukan mediasi dan tidak melakukan proses hukum terhadap mereka. Sebagai orang Nagekeo kita mendukung penuh langkah Kepolisian Resort Nagekeo terhadap insiden penghadangan Warga Adat Rendu, Isa dan Gaja yang melakukan ritual adat”, ungkap Didimus.
Didi juga mentagakan bahwa dirinya merasa aneh dengan sikap Ormas Aman yang diketahui sangat mendukung masyarakat adat namun dalam peristiwa penghadangan ritual adat, tidak menilai sebagai sebuah peristiwa yang melanggar ketentuan dan hak-hak masyarakat adat.
“Aneh, Aman kan sebuah ormas yang mendukung penuh Masyarakat adat dalam melaksanakan kegiatan berkaitan dengan adat dan budaya, tapi herannya pemangku adat melakukan ritual adat koq dihadang? Ada apa ni”, tambahnya.
Gapura menilai Nagekeo sebagai salah satu wilayah yang juga terkenal dengan budaya dan adat istiadat, namun saat ini mulai tergerus oleh doktrinisasi pihak Aman.
“Sebagai salah satu contoh, selama ini orang Nagekeo ketika menyiapkan pendapat atau demo tidak pernah melakukan tindakan porno-aksi seperti yang dilakukan di Malapoma dengan cara membuka baju. Ini kan konyol”, ujar Didimus.
Gapura juga mendesak Polres Nagekeo melakukan pemeriksa kepada sejumlah orang yang dianggap melanggar hukum dengan pasal porno-aksi dan menyebar video dengan mencermati UU IT.
Ditempat terpisah, Ketua Pemuda Lambo, Krispin Rada juga menegaskan sangat mendukung kegiatan diskusi terbuka dengan Ormas Aman dan PPMAN bertempat di Titik Nol Waduk Lambo, demi mencari solusi dan untuk mengetahui kemauan Aman di bumi Nagekeo.
“Kalaupun dialog tidak mau, kami minta Aman dan PPMAN keluar dari Nagekeo. Jika berdalil melakukan pendampingan kepada Masyarakat Adat berkaitan dengan pemenuhan atas hak-hak masyarakat seperti berkaitan ganti rugi waduk Lambo, itu kami sangat dukung dan siap bekerja sama”, tutup Krispin Rada.
WBN │Wil-Tim│Editor-Aurel