P3I Gelar Gala Dinner, Bahas Rangkaian Acara Waisak Nasional
Jaket Putih Ketua P3I Bapak Ferry

Sore harinya, suasana berubah menjadi syahdu dengan pertunjukan budaya senja, dan ditutup dengan larung pelita di Sungai Elo. Ratusan pelita akan dihanyutkan, membawa doa-doa dari warga, pelaku budaya, dan wisatawan, menciptakan panorama malam yang memukau.

Tak lupa, Pak Sugianto pun menyampaikan sambutannya: “Kami dari pemerintahan sangat mendukung langkah P3I ini. Festival ini memperkuat identitas budaya Borobudur, mendukung pengembangan pariwisata yang lestari dan berkelanjutan, sekaligus membantu pengembangan potensi masyarakat kami.”

Tak lupa juga, semua hadirin mendengarakan paparan yang sungguh menarik tentang perjalanan 3 tokoh muda, dari khasanah lokal menjadi global, mendunia, antara lain Mbak Meela yang cantik dari Salatiga, tetapi rela mengembara jauh sampai ke Borobudur demi mengembangkan kariernya dibidang per-EO-an, pak Eko, yang susah payah, berkeringat darah membangun dunia tarinya sampai mendunia dengan nama Kinara Kinari, dan tak kelah menterengnadalah Pak Muslih, yang jatuh bangun mengembangkan kerajinan payung, dari bahan kertas sampai bahan satin yang jauh lebih awet sehingga mendunia.

Luar biasa! Karya lokal dengan potensi dunia.

Di mana lagi kalau bukan di Borobudur. Ternyata tidak hanya Borobudur yang mendunia, anak-anak mudanya, anak milenial, juga telah membuktikan diri mereka bukan anak lembek yang lemah gemulai tanpa prestasi, tetapi anak.muda yang penuh harapan di masa depan.

Suasana diskusi malam itu sunggu dipenuhi ide dan semangat kolaborasi. P3I, yang dikenal sebagai komunitas yang peduli terhadap pengembangan pariwisata Indonesia secara nasional maupun internasional, menyampaikan visinya untuk menjadikan festival ini sebagai contoh pengembangan berkelanjutan yang mengangkat budaya lokal, alam, dan SDM setempat.

Luar biasa P3I, sungguh luar dari biasa!

“Ini bukan sekedar festival,” kata Bunda Lisa, sesepuh P3I yang masih luar biasa semangatnya. “Ini gerakan! Ini kekuatan kolaborasi.”

Seperti apa besok?

Tunggu tanggal mainnya, besok! Dan di sinilah besok benih kebersamaan ditanam, dan kedamaian serta kesejahteraan mulai ditenun.

Pertemuan diakhiri dengan secangkir wedang empon-empon hangat, jenang yang enak, dan foto bersama. Anggota P3I saling bersalaman, saling bercanda, dan saling berjanji bahwa besok adalah saatnya membuktikan bahwa Borobudur Peace and Prosperity Festival 2025 bukan hanya milik P3I ataun pemda setempat, tetapi milik semua insan yang mencintai kedamaian dan budaya, milik dunia.

Dari Omah Mbudur malam ini, sebuah peristiwa kecil telah menyalakan cahaya besar. Cahaya yang akan bersinar di Candi Pawon, di Sungai Elo, di Candi Borobudur, dan di dalam hati semua orang yang mencintai Indonesia.(Red)

Share It.....