
WBN, SULTENG | Tolitoli – Gotong royong bukan sekadar warisan budaya, tetapi menjadi kunci membangun masa depan daerah. Pesan ini mengemuka dalam Dialog Interaktif “KITA INDONESIA” yang berlangsung di Gedung Maramba, Jalan Baru Panasan, RRI Tolitoli, Sabtu (23/8).
Tokoh muda sekaligus Ketua Pemuda Gotong Royong Tolitoli, Fauzan Adzima H. Yahya, SH., mengajak generasi muda untuk tidak apatis.
“Hidup itu harus kuat, sederhana, dan punya makna. Gotong royong adalah contoh nyata: mengangkat rumah tidak bisa seorang diri, begitu pula membangun daerah. Butuh banyak orang, butuh sinergi,” tegasnya.
Dukungan juga datang dari kalangan pelajar. Luthfia Khairunnisa, Ketua OSIS SMKN 1 Tolitoli, mengajak siswa-siswi untuk memulai budaya gotong royong dari lingkungan sekolah.
“Hal kecil seperti piket kelas atau menyapu bersama bisa menjadi awal membentuk karakter gotong royong,” ujarnya.
Mahasiswa Madako Wedia menambahkan bahwa gotong royong menjadi pondasi kepedulian sosial, termasuk dalam upaya melawan narkoba dan kekerasan yang marak di kalangan remaja. Pesan serupa datang dari aktivis LSM GIAK Sulteng, Henri Lamo, SE., yang mengingatkan darurat narkoba di Indonesia.
“Stop narkoba, stop kekerasan. Pemuda harus ambil peran positif, dan gotong royong adalah jalannya,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Ketua DPRD Tolitoli Hj. Sriyanti DG Parebba menekankan bahwa gotong royong harus dimulai dari keluarga dan diteruskan di masyarakat. Sedangkan Bupati Amran H. Yahya menyampaikan kebanggaannya terhadap kreativitas pemuda Tolitoli.
“Saya bahagia mendengar ide-ide pemuda. Pemerintah daerah akan terus mendukung, karena dari kebersamaan lahirlah orang-orang sukses. Visi kita adalah AMANAH BESAR: membangun Tolitoli dengan gotong royong,” katanya.
Dialog interaktif ini dikemas menarik dengan penampilan seni budaya dari Sanggar Seni Elat Bijata SMA Negeri 1 Tolitoli serta hiburan musik dari Akhirudin Djibu.
Turut hadir Asisten I Setda Tolitoli, Mohammad Dzikron, SH., M.Si., Kepala RRI Tolitoli Agus, SPT, dan para tokoh masyarakat.
Dialog “KITA INDONESIA” akhirnya menegaskan kembali bahwa gotong royong bukan sekadar jargon, melainkan kebutuhan nyata di tengah tantangan modernitas. Semangat ini diyakini mampu membawa Tolitoli dan Indonesia menuju masa depan yang lebih baik.
Media WBN Sulteng. Syamsu Alam