
Oleh : Lidwina Dhiu, Ngada-Flores-Nusa Tenggara Timur.
Catatan Perjalanan, Dua Puluh Satu Tahun Dipasung
Tanggal 27 April 2022, TP PKK Kabupaten Ngada, Ibu Asty dari Dinkes Kabupaten Ngada, Kapus Inerie, Dokter Markel, Pak Wili selaku Perawat Jiwa Puskesmas Inerie, melakukan home visit beberapa Pasien yang dikenal dengan sebutan ODGJB atau Orang Dengan Gangguan Jiwa Berat, yang tersebar di beberapa Desa wilayah Kecamatan Inerie.
Selama ini perawatan pada ODGJ dilakukan dengan cara homecare oleh Perawat Jiwa. Hal ini karena di daerah belum ada Rumah Sakit Jiwa
Homecare pada ODGJB merupakan bentuk perhatian Pemerintah bagi penderita ODGJB, agar mereka menjadi sehat dan beraktivitas kembali seperti sedia kala.
Homecare disambut baik oleh Keluarga Pasien ODGJB. Hal ini memudahkan Perawat Jiwa melakukan tugas, mempercepat pemulihan kondisi Pasien, sehingga Pasien boleh dibebaskan dari pasungan.
Hati sungguh trenyuh melihat kondisi salah satu Pasien yang dipasung selama 21 tahun, yang kini sudah mulai membaik dan bisa dilepas pasungnya.
Pasien tersebut beberapa minggu ini menunjukkan perilaku tenang, yang sebelumnya beringas dan agresif sehingga harus dipasung.
Tempat pasung dibangun seperti sebuah pondok sederhana disamping rumah induk, terbuat dari bambu dan dikunci. Akibat dipasung selama 21 tahun, Pasien sempat lumpuh lalu kakinya nampak mengecil.
Saat ini Pasien sudah dilepas dari pasungan, belajar jalan dan mulai bisa melakukan kontak mata dan tesenyum.
Melihat senyum tersungging di wajah Pasien ODGJB, hati terasa dipenuhi semangat dan harapan. Kita tidak bisa menyalahkan keluarga yang mengambil tindakan memasung Pasien, karena mereka tidak mempunyai pilihan lain ketika Pasien menunjukkan gejala mengancam dan membahayakan lingkungan.
Namun setelah ada intevensi dan pendampingan dari puskesmas setempat, akhirnya keluarga bisa bekerja sama untuk membantu merawat dan mendampingi pasien. Sehingga beberapa pasien sudah bisa dibebaskan dari pasungan.
Dalam kesempatan ini, kami mengunjungi 6 Pasien ODGJ.
Kondisi beberapa pasien nampak mulai membaik, ada yang bisa diajak bercanda, ada yang bisa mengutarakan keinginan untuk membuka usaha, melanjutkan sekolah.
Ada kontak mata, ada ekspresi wajah yang normal dan bersahabat yang membuat kami ikut optimis. Kemajuan para ODGJB ini tentu tidak lepas dari kerja keras Kapus dan segenap jajarannya di Puskesmas Inerie yang hari ini kami kunjungi.
Untuk itu kami perlu mengapresiasi segenap kerja keras dan perhatian yang sudah diberikan kepada para ODGJ dan keluarganya.
Semoga tetap semangat dalam melakukan upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Dari perjalanan ini, saya tergerak untuk berbagi beberapa catatan tentang seluk beluk masalah gangguan kesehatan jiwa.
Mungkin ada di lingkungan anda atau keluarga anda yang menunjukkan gejala gangguan mental, gangguan mental yang tidak ditangani segera bisa mengarah pada gangguan jiwa.
Sehat bukan hanya tentang kebugaran fisik semata namun juga berkaitan dengan kesehatan jiwa. Saya rasa kita semua sepakat tentang hal ini, bukan? Kita semua pasti pernah jatuh sakit. Jika fisik kita yang sakit, kebanyakan kita tahu cara merawat dan menjaga kesehatan fisik kita. Jika kita sakit, ada dokter umum dan dokter spesialis tertentu yang bisa membantu kita pulih.
Namun bagaimana jika kita atau keluarga kita mengalami sakit/ gangguan jiwa? Mungkin banyak dari kita malah bingung menghadapi gejala-gejala sakit jiwa yang tidak umum kita ketahui.
Pengetahuan kita yang minim tentang kesehatan jiwa juga karena kita jarang mendapat sosialisasi tentang apa dan bagaimana merawat kesehatan jiwa.
Jadi jika ada anggota keluarga yang mengalami gejala gangguan jiwa, keluarga biasanya membawa pasien berobat ke dukun karena dipikir kena guna-guna atau santet, sampai akhirnya jika tidak ada perubahan, keluarga cenderung membiarkan dan pasrah dengan keadaan pasien yang makin sukit dikontrol.
Kita tentu tidak asing melihat penderita gangguan jiwa berkeliaran dalam keadaan kotor, tidak terawat, menjadi objek untuk diganggu anak-anak dan bila penderita menunjukkan perilaku agresif dan mengancam jalan yang ditempuh keluarga adalah memasung penderita.
Umumnya gejala gangguan jiwa dimulai dari gangguan jiwa ringan, jika tidak ditangani secara intensif gangguan ini bisa meningkat menjadi gangguan jiwa sedang dan terus menjadi berat. Orang dengan gangguan jiwa berat /ODGJB membutuhkan oenanganan serius dan intensif.
Banyak keluarga yang kewalahan menghadapi anggota keluarga yang mengalami perubahan perilaku seperti menjadi beringas dan mengancam lingkungan sehingga penderita harus terpaksa dipasung.
Kondisi pasien dengan gangguan jiwa berat membutuhkan penanganan yang serius dan intensif dalam pantauan dokter jiwa. Tidak semua rumah sakit di daerah memiliki bangsal kesehatan jiwa dan dokter jiwa, padahal penderita gangguan jiwa ada hampir di semua daerah.
Untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi penderita gangguan jiwa, pemerintah sudah menyiapkan perawat jiwa di setiap puskesmas. Perawat jiwa dalam tugasnya melakukan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative.
Dalam melakukan pelayanan kepada ODGJB, keluarga adalah support system terbaik bagi pasien. Oleh karena itu keberhasilan program ini juga sangat dipengaruhi oleh dukungan keluarga dan masyarakat.
Sakit jiwa bukan aib atau kutukan, jadi jika ada anggota keluarga kita yang mengalami gejala sakit jiwa, kita perlu segera mencari bantuan medis. Untuk itu kita perlu megenal apa itu sakit jiwa dan gejalanya.
Ada banyak jenis sakit jiwa, yang paling umum dikenal adalah gangguan jiwa jenis Skizoprenia. Skizoprenia ditandai dengan adanya halusinasi atau gangguan pada pancaindera, seperti mendengar bisikan atau melihat bayangan yang tidak ada sumbernya.
Selain itu ada delusi/waham yaitu keyakinan yang salah, tidak realistis atau logis, terjadi gangguan pada pikiran, pembicaraan, perilaku serta emosi yang tidak sesuai. Sekali lagi saya ingin menegaskan bahwa, sakit jiwa itu bukan aib dan kutukan, tidak perlu malu dan ragu membawa keluarga kita berobat jika mulai nampak gejala seperti perubahan mood, perubahan perilaku atau perubahan sikap yang tidak biasa, segera berkonsultasi dengan perawat jiwa di puskesmas setempat.
Makin cepat mengenal gejala dan mengatasinya makin mudah penanganan pada pasien. Perawat jiwa yang bertugas di Puskesmas akan melakukan konsultasi dengan dokter jiwa yang telah menjalin kerjasama dengan puskesmas. Dokter akan memberikan obat-obatan yang meliputi obat-obatan antipsikotik, antidepresi, dan anticemas. Resep dokter akan disesuaikan degan jenis gangguan dan tingkat keparahan pasien.
Pasien juga akan dijelaskan tentang efek obat yang diminum. Selama dirawat, pasien akan berada dalam pantauan perawat jiwa. Kondisi pasien akan diobservasi secara periodik. Kesembuhan pasien tergantung pada banyak faktor, umumnya kesembuhan terjadi secara bertahap.
Namun karena gangguan jiwa bersumber pada kerusakan pada syaraf otak tertentu maka biasanya pasien mengkonsumsi obat dalam jangka panjang atau bahkan seumur hidup.
Jika pasien berhenti minum obat, gejala akan muncul lagi, jadi untuk itu pasien dan keluarga yang mendampingi perlu diingatkan agar rutin minum obat. Tentu saja kita tidak perlu cemas karena obat yang harus diminum dalam jangka waktu lama atau seumur hidup biasanya sudah dibuat agar tidak membahayakan ginjal atau organ penting lain pasien.
Di samping perawatan secara medis, dukungan keluarga dan kondisi lingkungan yang nyaman juga menjadi faktor penentu kesembuhan penderita sakit jiwa agar dapat kembali beraktivitas normal.
Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan perawat jiwa atau dokter jika Anda atau keluarga Anda memiliki tanda-tanda gangguan kesehatan mental yang berisiko berkembang menjadi kondisi sakit jiwa.
Dengan begitu, Dokter dapat melakukan pemeriksaan dan memberikan penanganan yang sesuai.
Salam Sehat.