
WBN, INDRAMAYU – Masyarakat Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu setia menjaga dan melestarikan Adat Ngarot sebagai peninggalan leluhur.
Prosesi adat ngarot diawali dengan diaraknya Bujang (Jejaka) dan Cuene (Red: Gadis Ngarot) dari kediaman Kepala Desa/Kuwu Lelea, Raidi menuju Halaman Kantor Desa Lelea untuk melaksanakan Upacara Adat Ngarot, Rabu (13/12/2023).
Kuwu Carkana Kepala Desa Cempeh yang hadir pada prosesi Upacara Adat Ngarot mengapresiasi masyarakat Desa Lelea yang masih tetap setia menjaga dan melestarikan adat ngarot yang telah diwariskan para pendahulu desa setempat.
“Alhamdulillah warisan seni dan budaya yang sudah ada secara turun temurun ini tetap terjaga hingga sekarang,” kata Carkana.
Adat Ngarot yang telah turun temurun ini kata dia telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) pada Tahun 2010. Selain itu Pemdes Lelea terus berupaya melestarikan seni dan budaya.
“Alhamdulillah Adat Ngarot telah ditetapkan sebagai WBTB pada Tahun 2010, dari pemerintah pusat” terang Carkana penuh haru.
Ngarot juga mempunyai makna mendalam mengenai gender dikalangan generasi muda. Tak heran Bupati Indramayu Hj. Nina Agustina juga telah mengalokasikan pembangunan Rumah Adat Desa Lelea yang telah dinanti-nantikan sebelumnya melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
Kuwu Carkana dalam kehadirannya di acara Ngarot sangat mengapresiasi momen terlaksananya Adat Ngarot ini para bujang cuene dan warga Desa Lelea yang selalu mendukung penuh jalannya program Pemerintah Desa Lelea dan visi Indramayu Bermartabat untuk kemajuan desa dan untuk kebaikan masyarakat setempat.
Untuk bujang dan cuene Desa Lelea senantiasa setia mengikuti adat istiadat desa tanpa terkecuali. Karena menurutnya, untuk melestarikan seni dan budaya bukan hanya tanggung jawab pemerintah desa melainkan segenap masyarakat Desa Lelea.
“Bujang dan cuene yang mengikuti Adat Ngarot ini, selain menjaga seni dan budaya warisan leluhur juga terus melestarikan bahasa Sunda Lelea,” ucap Carkana.
Sebagaimana diketahui masyarakat Lelea diselenggarakannya Adat Ngarot sebagai tanda menyambut Musim Tanam (MT) Rendeng/penghujan.
Pada upacara Adat Ngarot secara simbolis diserahkan sarana pertanian mulai dari bibit padi, air kahirupan (air kehidupan), sarana pertanian berupa cangkul, pedang dan topi caping dan juga dedaunan yang terdiri dari daun klaras (daun pisang kering), bambu kuning, daun andong dan lainnya. (Anton K)