Media Warisan Budaya Nusantara
Demi memastikan setiap individu dapat memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses pendidikan yang berkualitas, Komite SD Inpres Ngedubhaga, Desa Borani, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, menerapkan langkah bijak dengan prinsip keadilan sosial dalam pembiayaan pendidikan dasar.
Dalam rapat komite yang digelar pada Jumat (7/11/2025), pengurus dan perwakilan orang tua murid bersepakat mempertahankan sistem iuran berbasis kemampuan ekonomi keluarga, yang telah diterapkan dengan konsisten sejak tahun 2015.
Langkah bijak berkeadilan sosial ini menuai tanggapan positif maupun dukungan dari masyarakat.
Menurut Wakil Ketua Komite SD Inpres Ngedubhaga, Florianus Lengu, kebijakan tersebut lahir dari semangat solidaritas dan kepedulian antarwarga sekolah.
Sistem iuran dibuat, tandasnya, agar tidak ada satu pun anak yang tertinggal dalam pendidikan dasar, hanya karena faktor ekonomi.
“Kami ingin pendidikan di Ngedubhaga tetap berpihak pada semua anak, terutama mereka yang kurang mampu. Sekolah adalah rumah bersama, dan setiap anak berhak tumbuh di dalamnya,” ungkap Florianus Lengu, (7/11).
Rangkuman media, Komite Sekolah menerapkan skema iuran yang adil dan manusiawi. Besaran iiuran dibagi berdasarkan klasifikasi pendapatan keluarga, yakni anak yatim piatu dibebaskan dari iuran, atau sekolah gratis.
Selanjutnya, anak yatim atau piatu, hanya membayar setengah dari total iuran.
Sementara itu untuk keluarga petani dan buruh berpenghasilan rendah, Rp 275.000 per anak.
Sedangkan keluarga berpendapatan antara Rp. 2 juta sampai dengan Rp. 10 juta, biaya Rp 375.000 – Rp 450.000 per anak.
Masyarakat menilai kebijakan ini sangat efektif, sebab mencerminkan nilai-nilai gotong royong dan keadilan sosial.
“Kebijakan ini sangat positif bagi masyarakat. Keluarga dengan kemampuan ekonomi yang lebih baik, secara tidak langsung membantu meringankan beban keluarga yang kurang mampu. Hasilnya semua anak mendapat hak yang sama untuk belajar”, ungkap warga setempat.
Apresiasi Kepala Sekolah
Kepala Sekolah SD Inpres Ngedubhaga, Theodorus Legho, S.Pd, menyampaikan apresiasi tinggi kepada segenap pengurus komite dan orang tua murid, atas komitmen bersama dalam menjaga keseimbangan tanggung jawab dan kemampuan ekonomi keluarga.
“Kami sangat bangga memiliki komite sekolah yang peka dan peduli terhadap kondisi masyarakat. Inisiatif seperti ini mencerminkan semangat kasih, persaudaraan, dan gotong royong yang menjadi kekuatan utama masyarakat kita,” ujar Theodorus Legho, S.Pd.
Ia memastikan sekolah akan terus bekerja sama dengan komite dan masyarakat setempat, guna memastikan setiap kebijakan bernafaskan keberpihakan terhadap kepentingan anak-anak, serta mendukung mutu pendidikan SD Inpres Ngedubhaga.
Apresiasi yang sama juga datang dari Kepala Desa Borani dan Kepala Desa Bomari, pemerintah desa terdekat wilayah sekitar sekolah.
Kepala Desa (Kades) Borani, Emanuel Turu, memberikan penghargaan atas langkah bijak komite yang dinilainya mampu memperkuat semangat kebersamaan di tengah grafik ekonomi masyarakat yang beragam.
“Kami sangat mendukung kebijakan Komite SD Inpres Ngedubhaga. Ini merupakan contoh kebijakan yang berkeadilan dan bernafaskan kepedulian sosial. Dengan kebijakan seperti ini kita sedang memastikan tidak ada anak-anak yang tertinggal, hanya karena keadaan ekonomi,” ujar Kades Emanuel Turu.
Nada dukungan dan apresiasi juga datang dari Kepala Desa Bomari, Pius Liu Paru.
Pius Liu menyampaikan apresiasi atas kebijakan tersebut dan menilai sebagai langkah yang sangat tepat, mengingat sebagian warga Desa Bomari juga bersekolah di SD Inpres Ngedubhaga.
“Kami sangat bangga, karena kebijakan ini menunjukkan semangat gotong royong yang sesungguhnya. Ini contoh bagaimana masyarakat dan sekolah bisa bekerja sama demi masa depan anak-anak kita,” tegasnya.
Inspirasi untuk Lembaga Pendidikan
Terobosan positif dan progresif yang dilakukan oleh SD Inpres Ngedubhaga Ngada, diharapkan dapat menjadi inspirasi untuk lembaga pendidikan lain di daerah.
Model kebijakan ini membuktikan nilai-nilai keadilan dan sosial hidup dalam dunia pendidikan, tanpa menunggu bantuan dari luar, sebaliknya lahir dan tumbuh dari masyarakat itu sendiri.
“Kami berharap semangat ini bisa menular ke sekolah-sekolah lain. Karena kita sepakat bahwa pendidikan bukan hanya tanggung jawab sekolah, tetapi tanggung jawab bersama, tanggung jawab hati nurani semua orang,” tutup Wakil Ketua Komite SD Inpres Ngedubhaga, Florianus Lengu.
Dengan gotong royong dan cinta kasih antarwarga, SD Inpres Ngedubhaga Ngada telah menegaskan keadilan dalam pendidikan bukan lagi sekadar slogan, tetapi menjadi tindakan nyata, menyentuh hati dan mengubah masa depan anak-anak.
WBN
