
WBN, INDRAMAYU – Kuwu yang diiringi Perangkat desa berjalan sambil membawa air dalam bambu saat ritual Mapag Tamba di Desa Lelea Kec. Lelea, Indramayu, Jawa Barat, Rabu (16/2/2022).
Tradisi Mapag Tamba merupakan ritual tahunan masyarakat petani di desa Lelea, berupa penyiraman air suci ke area persawahan milik warga guna menghindari serangan hama dan menjadikan hasil panen yang maksimal.
Petani di desa Lelea masih setia menggelar upacara ritual “Mapag Tamba” yang merupakan warisan budaya leluhur sejak ratusan tahun lalu.
Upacara “Mapag Tamba” yang dimaksudkan sebagai ritual untuk meminta keberkahan supaya pertaniannya subur, juga memohon keselamatan atas kehidupan warga dan penghormatan atas leluhurnya.
Kuwu Desa Lelea Raidi mengatakan, upacara ritual itu merupakan rasa syukur dan memohon doa supaya hasil panen padi petani di desanya berhasil, acara ritual tersebut sudah berlangsung sejak ratusan tahun yang lalu.
Dia menambahkan, setiap tahun kami selalu menggelar ritual “Mapag Tamba” dengan tujuan agar desanya terhindar dari bencana juga segala hama penyakit padi.
Dijelaskannya, acara puncak ritual itu adalah mengarak air yang dibawa dari 7 (tujuh) sumber mata air terdekat.
“Ritual ini adalah warisan leluhur yang harus dijaga dan dilestarikan,” terangnya.
Semoga dengan ritual atau tulak bala ini terhindar dari berbagai hama dan berkah sehingga penghasilan petani bertambah.
“Tradisi ini sudah puluhan tahun yang silam dan telah dilestarikan hingga sekarang,”ujar warga.
Mapag Tamba salahsatu tradisi untuk mengusir penyakit. Tradisi ini merupakan ritual selama 40 hari setelah masa tanam padi. Di daerah lain, Mapag Tamba ini sering disebut Tolak Bala. Pada prosesi Mapag Tamba ini dilakukan dengan cara membawa air tambak ke dalam batang bambu yang berasal dari sesepuh setempat. Tradisi ini sampai sekarang masih bertahan.
Air dalam batang bambu itu dibawa oleh pamong desa yang dibagi beberapa kelompok. Tugas pamong desa ini menguncurkan air suci sepanjang garis perbatasan desa. Para pamong ini biasanya mengenakan pakaian serba hitam, dan tidak boleh bicara apapun selama prosesi ritual berlangsung. Tujuan Mapag Tamba ini sebenarnya menyangkut hajat orang banyak dan selain itu juga masyarakat membawa tumpeng berisi lauk pauk yaitu ucapan syukur, sekaligus memohon doa keselamatan bagi warga, termasuk untuk tanaman padi para petani jauh dari hama dan bencana, supaya pertaniannya berhasil.
Tradisi ini secara turun-temurun dari dulu hingga sekarang masih dilaksanakan. Dan warga desa Lelea menjaga kelestariannya.
Usai melaksanakan ritual berdoa bersama kepada Allah SWT.
Pantauan WBN, Mapag Tamba adalah salahsatu bagian dari rangkaian budaya agrari pada kalender tani di desa-desa khususnya Indramayu, dimulai dari sedekah bumi, Mapag Tamba dan ditutup dengan Mapag Sri yang sudah ada sejak jaman dulu.
Tradisi Mapag Tamba merupakan ritual yang dilakukan setelah tanaman padi berumur 40 hari setelah masa tanam. Dan Mapag Tamba juga bisa disebut tolak bala, pada prosesi Mapag Tamba yang dilakukan, setiap perangkat desa membawa bilah bambu yang diisi air dari 9 mata air. pada umumnya masyarakat menyebutnya dengan air suci, yang sebelumnya diambil dari sumur tua termasuk air laut.
(Anton K)