
WBN. JAKARTA – Pimpinan Media Warisan Budaya Nusantara (WBN) Neni. T asli Wong Cirebon, angkat bicara dari pertama saya bertemuan dengan Heru di Menara Era Jakarta dan Kubah Emas Depok, saat giat budaya saya sudah meragukan tentangnya Alias Pangeran Kuda Putih ingin meluruskan Sejarah Cirebon Peteng dalam hal ini adalah Sakral dan Pamali untuk dibuka dimuka umum dan menobatkan dirinya sebagai Sultan Sepuh Jaenudin II Arianatareja.
Cirebon adalah Kota Wali dan Kota Berintan, yang selalu menjaga tatanan pakem adat istiadat kearifan lokal.
Dengan bermunculan yang mengaku sebagai sultan-sultan yang ada di keraton kasepuhan, merupakan hal yang patut diperhatikan dan ditindak lanjuti dengan ketegasan dari pihak keraton dan pemerintah setempat.
“Keraton-keraton yang ada di Cirebon merupakan ikon kota wali yang harus dijaga, dilestarikan dan dikembangkan dengan melihat nilai-nilai peninggalan sejarah.” Tegas Rossa yang akrab dipanggil.
Adanya Pangeran kuda putih yang mengaku sultan sepuh dan bahkan bikin malu kerabat serta keraton-keraton yang ada di Cirebon kota Wali, ini merupa kan tindakan yang sangat merusak tatanan, petata petiti, adat istiadat dan nilai sejarah kota Cirebon harus ditindak tegas.
Berita Terkait
-
Raden Heru Bukan Lagi Sebagai Sultan Sepuh Jaenudin II Arianatareja
-
Abah Anton Charliyan: pangeran kuda putih, memang dari awal bukan sultan ini perlu diluruskan
Agar keraton kasepuhan Cirebon kembali terlihat Marwahnya dan kembali bisa berkembang dengan semestinya seperti amanah Kanjeng Sinuhun Sunan Gunung Djati dan diteruskan sampai Sultan Sepuh Alm. Maulana Pakuningrat (Sultan Sepuh XIII), Sultan Sepuh XIV PRA. Alm. Arief Natadiningrat. SE dan Sultan penerusnya yang diakui melalui proses Adat Keraton yang berlaku.
“Jaga keraton dan Marwah keraton “. Pesan Sultan Sepuh XIV PRA. Alm. Arief Natadiningrat. SE
‘Ingsun Titip Tajug lan Fakir Miskin’ merupakan sebuah amanat Sunan Gunung DJati bagi generasi penerusnya dan umat Islam pada umumnya. (HS)