WBN, INDRAMAYU – Gamelan yang berada dihalaman Pemkab Indramayu kerap ditabuh untuk menyambut tamu dari luar daerah maaupun kegiatan-kegiatan yang bersifat seremonial. Namun seiring perkembangan zaman, gamelan tersebut hanya ditabuh dua kali dalam seminggu, yakni pada setiap Selasa dan Jumat.

 

“Dulu waktu Maestro Tari Topeng Mimi Rasinah masih hidup, gamelan ini sering ditabuh untuk latihan tari-tari tradisional,” ujar cagar budaya dan permuseuman disdikbud Kabupaten Indramayu, Suparto Agustinus, SIP., Senin (21/2/2022).

disdikbud Kabupaten Indramayu, Suparto Agustinus, SIP.

Di era tahun 1970-an di masa kepemimpinan Bupati Indramayu Jahari, kata dia, Maestro Tari Topeng terkenal asal Indramayu, (almh) Mimi Rasinah kerap latihan tari serimpi dan tari topeng di halaman Pendopo diiringi gamelan laras atau model perawa dan pelog yang saat ini menghiasi di muka Pendopo Indramayu.

 

Sejak pemugaran Gedung Pendopo masa kepemimpinan Bupati Ope Mustofa di sekitar tahun 1990, kedua jenis gamelan itu disebut-sebut hilang dan sejak saat itu di halaman Pendopo Indramayu tidak terlihat gamelan yang menjadi ciri khas muka Pendopo. “Gamelan-gamelan yang ada saat ini, merupakan duplikat dari gamelan terdahulu,” terangnya.

 

Menurut dia, mulai masa kepemimpinan Bupati H. Irianto MS Syafiuddin (Yance, Alm) di era tahun 2000, kedua gamelan tersebut dihadirkan kembali di tempat semula sebagai ciri khas dan pelengkap halaman Pendopo meski bukan asli. “Tidak ada yang sakral maksud dari penabuhan gamelan di hari Selasa maupun Jumat, melainkan hanya sekadar mengecek kondisi gamelan,” ujarnya.

 

Adapun gamelan yang berada disebelah timur yaitu gamelan pelog sedangkan sebelah barat adalah gamelan selendo (Perawa, pen), tahun 2020 gamelan pemeliharaan diserahkan disporabupar mengingat kondisinya tidak terawat sehingga berinovasi memeliharanya supaya terawat,” ungkapnya.

 

” Alhamdulillah kini perawatannya terjaga dengan baik,” jelasnya.

 

Kini gamelan mulai aktif dibersihkan para penabuh gamelan atau nayaga. Tujuannya agar perangkat gamelan tersebut dapat terawat kebersihannya.

 

“Sebenarnya sudah berjalan lama para nayaga ini membersihkan dua perangkat gamelan yang ada, hal itu untuk menjaga kebersihan gamelan serta suaranya agar tidak pecah,” kata Pengelola Cagar Budaya dan Permuseuman Disdikbud Kab. Indramayu, Suparto Agustinus.

 

“Dua perangkat gamelan ini, merupakan duplikat dari gamelan terdahulu. Sesuai dengan UU Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Cagar Budaya, ke-dua perangkat gamelan tersebut belum masuk benda cagar budaya karena usianya belum memasuk 50 tahun,” jelasnya.

 

Masih kata Tinus (udeng), mengingat jenis gamelan ini terbuat dari bahan perunggu maka cara membersihkannya harus benar-benar teliti, adapun bahan pembersih yang dipakai para nayaga adalah bensin dan amplas.

 

Berharap, ke depan kesejahteraan para nayaga bisa terjamin dan gamelan terpelihara dengan baik. “Untuk melindungi kebersihan gamelan, pihaknya berkeinginan ke depan ke-dua perangkat gamelan ini agar ditutup demi menjaga kebersihannya” pungkasnya.

 

(Anton K)

Share It.....