Makassar,- Ryan Latief selaku Ketua Umum FKRI (Front Kedaulatan Rakyat Indonesia) desak Kapolda untuk bertindak tegas terhadap anggotanya yang bertugas di SPKT dan segera ungkap kasus siapa dalang terhadap pengibaran bendera merah putih berlogo palu arit di Kampus Unhas Makassar.
Ryan Latief Panglima FKRI Marah mendengar ada Oknum Polisi Gebrak Meja saat Masyarakat mau melaporkan adanya Penistaan Lambang Negara Bendera Merah Putih dengan Logo Palu Arit Komunis
“Kami mendesak Kapolda agar segera memproses Oknum Polisi Tersebut ini, karena pelanggararan besar terhadap Penghinaan simbol Negara dan penyebaran kebangkitan Komunis”,jelas Ryan kepada Awak media pada Kamis,(28/05/2020).
Saat dikonfirmasi secara terpisah, Ariadi Nur selaku
Sekretaris BMI (Brigade Muslim Indonesia),”Awalnya kami hendak melaporkan perihal pengibaran bendera merah putih berlogo palu arit yang ada di Unhas itu ke pihak polda Sulsel tetapi karena mendapati oknum polisi arogan yang infonya berpangkat AKBP berinisial BEN BUN yang seakan tidak mau menerima kehadiran kami untuk melapor bahkan memukul meja di depan anggota kami dan mengeluarkan tuduhan yang tidak pantas kepada anggota kami “#kenapa kalian ma melapor ,kalian mau terkenal ya? mau cari panggung ya,? nanti saya carikan panggung # “,karena menurut kami bahasa ini kurang baik sehingga kami memustuskan pulang dan akhirnya membuat laporan resminya di polsek Tamalanrea”,jelasnya.
Lebih lanjut ia menambahkan,”padahal sebelumnya pihak skt polda dan pihak sekta polsek tamalanrea sudah berkoordinasi dan tidak mempermasalahkan jika kami melapor di polda,, tetapi sudahlah saya anggap ini lika liku perjuangan teman teman tetapi saya berharap pihak Kapolda bisa memberi sedikit wejangan kepada beliau agar bisa lebih sabar menghadapi warganya, apalagi warganya yang melapor saat ada indikasi simbol Negaranya dihina. Jadi setelah saya koordinasi dengan ketua BMI soal insiden ini akhirnya beliau katakan sudahlah kalian pulang biar saya sendiri sebagai KADER PEMUDA PANCASILA SUL SEL, SEBAGAI KETUA BRIGADE MUSLIM INDONESIA dan sebagai warga negara yang merasa keberatan untuk berkoornidasi ulang dengan kanit res tamalanrea untuk membuat laporan dan akhirnya kami dan ketua di terima dengan baik dan membuat laporan resmi disana.
Perlu diketahui bahwa kami membuat laporan resmi ini karena kami menilai bahwa birokraksi Unhas terkesan acuh terhadap masalah ini, mereka hanya menyerahkan barang bukti tetapi seakan tidak keberatan sehingga tidak membuat laporan resmi kepada kepolisian apalagi saat ketua kami berkomunikasi dengan Prof arsunan wr 3 unhas, pihak wr 3 malah mengatakan saat itu mahasiswa hanya main main saja dan kain yang ditemukan hanya kain biasa”,kunci Ariadi Nur.
Reporter Herman