Pondok Pesantren Al-Huda,  Haulan Akbar Ke-46 memperingati Syekhuna Almuqarom KH. Abuya Hanafiah

WBN | Cianjur – Pondok Pesantren Al-Huda Haulan Akbar  Ke-46 memperingati Syekhuna Almuqarom KH. Abuya Hanafiah bin KH. Abdulrojak sebagai pendiri Pondok Pesantren Al-Huda Bojong Gintung Cibeber Cianjur. Sekaligus Memperingati Maulid Nabi Besar Muhammad SAW. Suasana sangat khidmat dan damai. (31/10/22)

Para alim ulama, tokoh masyarakat, tokoh pemerintahan, santri/santriah juga para tamu undangan dan masyarakat secara umum datang menghadiri acara Haulan tersebut.
Haul merupakan tradisi budaya spiritual untuk memperingati atas wafatnya seseorang yang diadakan setahun sekali dengan tujuan mendoakan agar semua amal ibadah yang dilakukan semasa hidupnya didunia diterima oleh Sang Maha Pencipta sekaligus mengenang keteladanan sebagai contoh yang baik dari tokoh yang diperingati tersebut.

Acara Haulan merupakan ajang silaturahim umat beragama islam sebagai penguatan mental secara spiritual agar tiap generasi santri/santriah ini mengakses informasi mendapatkan edukasi tentang bagaimana para pendahulunya menjalani kehidupan sebagai umat yang beragama islam dalam mensyiarkan menda’wahkan membawa misi kebenaran dan kebaikan di tengah masyarakat, tentu hal ini memerlukan kesiapan mental secara spiritual lahir maupun batin.
Dalam acara Haulan tersebut pihak panitia penyelenggara mengundang penceramah Da’i khusus yaitu Pimpinan Pondok Pesantren JamharrulQowi. Habib Ahmad Alhadad dari Ciranjang-Cianjur. Saling mengundang dalam hal ceramah adalah bagian dari sifat saling menghargai, menghormati di tiap pondok pesantren ketika mengadakan acara haulan atau acara ke agamaan lainnya agar terjalin kerukunan dan ikatan yang kuat sesama pondok pesantren tersebut.

Peringatan haul sangat dipengaruhi oleh ajaran tasawuf yang menempatkan guru sebagai panutan atas dedikasi pengajaran ilmu terhadap masyarakat umum dan murid-muridnya, sehingga kewafatan mereka sangat layak diperingati oleh keluarga dan murid-muridnya untuk mengenang keteladanan dan keutamaan keutamaan tertentu yang tak dimiliki sembarang orang.
Acara haul akan terasa lebih besar bila tokoh tersebut terkenal sebagai ulama besar atau pendiri sebuah pondok pesantren.

Seperti salah satu Santri yang kami wawancarai menjelaskan” bahwa budaya Haul ini bagi kami sebagai santri/santriah sangat di tunggu tunggu meski di adakan setahun sekali karena dampaknya sangat bagus buat perekonomian dimasyarakat sekitar juga sangat bermanfaat sebagai bagian daripada wisata spiritual juga hal lainnya bagi kami bisa bersilaturahim dengan masyarakat secara umum, juga bisa saling mengenal dengan para alumni yang sudah bermukim dan memiliki pondok pesantren, kami bisa menimba ilmu dan pengalaman dari para senior kami yang dulu sama-sama mondok di pesantren Al-Huda ini. Semoga Ulama ulama yang telah lebih dahulu meninggalkan kita di terima Iman Islam nya, ilmu yg di ajarkannya bermanfaat, bermaslahat juga berkah bagi kami dan mereka ditempatkan di tempat yang layak disisi Allah SWT. Aammiinn Yaa Robbal alamin.

Kata Haul berasal dari bahasa Arab (الحول) yaitu setahun, meski demikian tradisi budaya spiritual Haul tak mesti diselenggarakan tepat satu tahun pada tanggal tertentu sebagaimana orang merayakan hari kelahiran, bahkan pelaksanaannya akan sangat bergantung pada ketentuan dan pertimbangan panitia atau keluarga sebagai pihak penyelenggara.
Acara haul juga menjadi pembeda antara ulama dan Rasulullah. Bila Rasulullah Muhammad SAW diperingati hari kelahirannya melalui maulid maka para ulama diperingati hari kewafatannya melalui tradisi budaya spiritual Haulan.

Di era jaman sain dan tekhnologi yang sudah serba canggih seperti sekarang ini tak meluputkan untuk meninggalkan tradisi budaya spiritual seperti acara Haulan, bahkan lebih khidmat dan memudahkan dalam menyebarkan informasi yang positif untuk keberlangsungan acara tersebut yang tidak tahu menjadi tahu.
Penceramah atau da’i yang di tugaskan dalam acara Haulan tersebut biasanya selain memberikan ceramah akan aspek nilai sejarah akan perkembangan Agama Islam juga menyampaikan aspek tentang mental spiritual dalam menghadapi tantangan jaman diera globalisasi ini, para santri/santriah harus lebih istiqomah dalam menjalankan amar makruf nahi munkar, berlomba lomba dalam kebaikan menjadi fundamentalis dan extrimis dalam hal berkasih sayang, dalam hal berbuat kebaikan, dalam hal kejujuran, membangun manfaat dan kemaslahatan di tengah tengah masyarakat secara umum.

Rept. M. Y. Cianjur

 

Share It.....