Terkait Uang Operasional Timses Dituding Money Politik, Bawaslu Nagekeo Ingatkan Jangan Framing Melebar

Pers Warisan Budaya Nusantara

Ketua Bawaslu Nagekeo NTT, Johanes Emanuel Nane atau yang akrab disapa Joe, mengingatkan seluruh warga Nagekeo agar tidak salah menyebar luaskan informasi tentang adanya laporan awal yang masuk di meja Bawaslu setempat.

Bawaslu juga mengingatkan agar tidak melakukan framing melebar ke hal-hal lain, sebab terkait laporan yang masuk itu tidak tentang pasangan calon tertentu tetapi person atau orang per orangan.

Hal tersebut ditegaskan Ketua Bawaslu Nagekeo, Johanes Emanuel Nane menjawab konfirmasi WBN Pers per telepon, pada Jumat (22/11).

 

“Kami telah menerima laporan dari tiga (3) orang Warga Desa Maropokot yang datang melapor dan Terlapor juga warga Maropokot. Perlu masyarakat Nagekeo ketahui bahwa laporan yang masuk itu bukan atas nama paket tertentu, melainkan person orang yang melakukan hal tersebut. Harap hal ini bisa dipahami dan jangan di framing ke hal lain. Semua laporan ke Bawaslu tidak bisa langsung di proses saat itu juga. Tentunya ada proses serta kajian awal untuk keterpenuhan syarat formil dan materil. Bawaslu akan melaksanakan rapat pleno, membuat laporan agar layak diregistrasi, ditindaklanjuti atau tidak proses penanganannya”, jelas Ketua Bawaslu Nagekeo, Johanes Emanuel Nane, Jumat (22/11).

“Dalam prosesnya kami tidak berjalan sendirian, kami melibatkan 3 lembaga mengundang serta gakumdu untuk melihat langkah selanjutnya. Kami akan panggil para pihak baik terlapor, pelapor dan saksi untuk klarifikasinya”, tambahnya.

Sebelumnya dikabarkan media ini, Nagekeo NTT : Uang operasional tim sukses diduga diframing sebagai perbuatan money politik.

Diuraikan, November 2024 publik Kabupaten Nagekeo NTT dihebohkan dengan tudingan politik uang atau  money politik dilakukan oleh salah satu Paket Calon Bupati dan Wakil Bupati Pemilukada 2024.

Ramai beredar rekaman voice note pengakuan politik uang serta kabar berita media lokal. Jumat ( 22/11)

Penelusuran WBN Pers, pada  Jumat (22/11), bersama sejumlah jurnalis media ke Desa Marapokot yang disebut-sebut sebagai tempat kejadian perkara, berhasil menemukan sejumlah fakta menarik, pengakuan dari pihak-pihak yang terlibat dalam persoalan.

Ditemui media ini, Terlapor MAK  didampingi adiknya MM mengaku, tindakan yang dilakukannya bukan money politik, melainkan biaya akomodasi transportasi dan makan minum untuk tim kerja dalam kegiatan kampanye akbar Paket Yes jilid 2.

“Saya tidak habis pikir dengan apa yang mereka tuduhkan sebagai politik uang. Uang operasional timses diframing money politik. Sebab jelas dan terang benderang uang yang saya beri itu adalah ongkos untuk operasional tim kerja. Mereka sebagai penerima adalah tim kerja yang ada dalam daftar tim dan relawan Paket Yes. Itu uang diberikan untuk keperluan beli bensin dan konsumsi saat mengikuti kampanye. Status penerima adalah tim kerja yang berhak mendapat perhatian operasional walau tidak seberapa jumlahnya. Mereka itu saya yang rekrut  sudah sejak sebulan yang lalu. Untuk nama-nama mereka pun mereka sendiri yang isi sendiri di buku. Buku yang bertulis tangan nama-nama mereka. Bukunya masih ada tersimpan”, terang.  MAK dengan nada kesal.

“Uang juga hanya seratus ribu untuk beli bensin dan makan minum saja. Uang itu untuk ongkos operasional mereka yang statusnya adalah tim kerja.  Sebelum memberi uang, saya sampaikan bahwa bukan uang untuk apa-apa, tetapi benar-benar hanya untuk sedikit transportasi dan makan minum”, tambahnya.

Dia menilai ada semacam kepanikan muncul setelah melihat massa Paket Yes saat kampanye akbar di lapangan Berdikari.

“Harusnya fair dalam berpolitik. Masa uang operasional internal untuk tim kerja yang angkanya pun hanya seratus ribu, itu diframing sebagai money politik. Tolong jangan framing uang operasional tim kerja adalah money politik yang sifatnya seperti mau transaksi suara”, kata MAK.

Dia meminta untuk menanyakan langsung kepada tim kerja yang menerima uang operasional tersebut. Apakah ada paksaan atau tidak disaat dirinya merekrut mereka.

“Saat saya merekrut mereka, saya bilang dari hati kepada mereka, kalau mau bergabung ya silakan, kalau tidak juga jangan dipaksa. Mereka semua 5 orang nenjawab kami mau om. Dan jujur saja sebelum persoalan ini, si N itu sering telpon saya, tanya bagaimana kerja-kerja kita. Kadang telepon sampai jam 10 malam. Sampai-sampai isteri juga kadang muka bengkak dengan kita, pengaruh telpon tanya terus. Jujur saja saya kaget kalau ada berita bilang money politik”, urainya.

Wawancara terpisah N menjelaskan hal senada dengan MAK, bahwa uang yang diberikan hanya untuk transportasi dan uang makan minum.

“Pas malam jam 7, om MAK datang di rumah saya menyerahkan uang 5 ratus ribu dan baju tulisan Yes 5 lembar, terus saya tanya ini uang apa om, jangan sampai uang sogok begitu, kami takut om. Tapi om MAK bilang bukan, ini uang transportasi tim dan makan minum besok untuk kampanye. Kamu bagi ke teman-teman kamu juga yang 4 orang yang masuk dalam tim. Sumpah demi Allah, memang tidak ada paksaan dari om MAK untuk tusuk paket ini atau itu, benar-benar hanya bilang uang transportasi dan makan minum untuk kampanye besok. Tidak tahu yang lain, tapi kalau saya uang itu pas kampanye sudah habis saya pakai. Hanya karena takut bilang sudah viral akhirnya uang itu saya ganti kembali”, jelas N.

Untuk informasi disela wawancara, si N ditelpon oleh seseorang, dengan nada kesal N meminta orang itu untuk datang dan menjelaskan langsung.

Selanjutnya N menjelaskan sampai ketahuan uang tersebut, karena rekaman voice note AM dengan kawannya, akhirnya mereka dibawa bawa juga.

“Mereka cari tahu semua mungkin ada hal lain selain uang, mungkin terima baju atau yang lain. Dari situ adik AM beritahu semua kami 5 orang terima uang dan baju seperti itu. Sehingga malam itu kami semua dijemput oleh C orang baru, yang katanya polisi intel”, ujar N.

“Selanjutnya kami dibawa ke rumahnya VP, disitu sudah banyak orang, setelah itu kami di bawah ke Bawaslu”, kata N.

Tidak lama berselang N ditelpon lagi, namun karena kesal N mengaktifkan speaker hand phonenya. Dari situ terkutip dua suara pembicaraan (dok. Red). Suara wanita kepada N berkata, “kaka, kalau itu wartawan tanya bilang saja Bawaslu suruh kami tidak boleh bicara lagi. Berikutnya suara laki-laki secara samar menambahkan, silakan mereka kejar bawaslu.

Dilanjutkan lagi terdengar suara wanita berkata, Ini ada om Intel dan om satu lagi ini, bilang jangan kasi keluar bahasa satupun, biar mereka paksa bagaimanapun. Kemudian ada suara laki-laki muncul lagi, “Coba minta pengamanan, koordinasi dengan om R”.
Suara wanita terdengar tertatih-tatih dan berat, “kalau begitu, saya takut om”. Pembicaraan terhenti, sambungan seluler terputus.

Setelah mendengar percakapan via hand phone tersebut, wajah N tampak berubah, awalnya semangat dan ceria berubah sedikit gugup. Namun tetap menginformasikan kepada awak media untuk langsung ke rumah AM agar mendapatkan informasi lainnya, sedangkan untuk ketiga temannya yang disebut terlibat, sedang tidak berada di rumah.

Berbeda dengan MAK dan N, AM saat ditemui di kediamannya menunjukan gestur sedikit ragu-ragu dan gugup, namun kendati demikian tetap mempersilakan awak media masuk ke rumahnya serta menjelaskan perihal aliran uang dan baju tersebut seperti yang diuraikan MAK dan N.

“Saya tidak berkomentar banyak, saya sudah sampaikan semuanya ke Bawaslu. Saya takut saya menyampaikan berbeda nanti saya yang kena. Disini juga hanya saya dan mama, mama juga lagi sakit lumpuh. Kalau sampai saya ada apa-apa, siapa yang mau urus mama? “, ungkap AM dengan mata berkaca-kaca.

Sementara itu Ketua Bawaslu Nagekeo saat dikonfirmasi apakah ada larangan dari Bawaslu Nagekeo kepada para Terlapor untuk menyampaikan informasi ke publik, Ketua Bawaslu Nagekeo Johanes Emanuel Nane membenarkan memang benar ada larangan dari pihak Bawaslu untuk menjaga ketertiban dan keamanan di masa pilkada.

Namun larangan itu, kata dia, hanya penyampaian biasa, tidak ada intimidasi apapun.

“Takutnya mereka dimanfaatkan dalam persoalan ini untuk kepentingan tertentu. Kalau ada intimidasi lain untuk bungkam berarti itu bukan dari kami Anggota Bawaslu”, ungkap Joe.

“Bukan larangan tetapi menghimbau agar tidak menyampaikan informasi ke pada orang baru, takutnya di framing lagi akhirnya terjadi keributan dan kita tentu tidak mau hal ini terjadi. Seperti ada beberapa media lokal yang pelintir pernyataan saya sehingga menambah kegaduhan. makanya harus bisa membatasi ini, sambil menunggu proses dengan laporan yang telah masuk”, tutupnya”.

 

WBN News [Wilibrodus] – Red Aurel

 

 

Share It.....