Tata Kelola Pasar Malanuza Ngada Memprihatinkan

Pers Warisan Budaya Nusantara

Tata Kelola Pasar Rakyat Malanuza di Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada NTT masih sangat memprihatinkan.

Berdasarkan hasil monitoring bersama yang melibatkan Kepala Desa Malanuza, Gregorius Suwa, Camat Golewa Moses Janga, Anggota DPRD Ngada periode 2024-2029 dari Partai Demokrat, Benediktus Lagho serta Vikep Bajawa RD. Gabriel Idrus, pada Sabtu (15/2/2025), mengungkapkan tata kelola Pasar Malanuza masih sangat memprihatinkan.

Aspek tata kelola pasar yang baik demi keberlangsungan pasar, meningkatkan daya saing dan kesejahteraan pedagang, maupun untuk peningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat, masih jauh dari harapan.

Hal tersebut disampaikan oleh para pihak usai meninjau langsung kondisi Pasar Malanuza, pada Sabtu (15/2/2025),

“Mulai dari urusan penanganan sampah, ambu radul parkiran kendaraan, masalah pengaturan lapak, ketiadaan aliran listrik PLN, bahkan sampai dengan urusan pilar tanah lokasi Pasar Malanuza pun tidak begitu diperhatikan. Demikian juga terkait akses jalan masuk menuju Pasar Malanuza yang begitu memprihatinkan”, kata Kepala Desa Malanuza, Gregorius Suwa, Sabtu (15/2/2025).

Kades Gregorius menjelaskan, pihaknya selama ini menerima pengeluhan dari masyarakat tentang sampah dan limbah kotoran dari pasar yang buntu di area permukiman warga.

“Urusan sampah tidak ditangani dengan benar, malah berserakan morat-marit di belakang lapak pasar serta di beberapa titik lainnya dalam kawasan pasar. Kondisi pasar akhirnya menjadi sangat kumuh, ditambah dengan kondisi saluran air pembuangan dari pasar juga buntu di belakang rumah permukiman warga, sehingga warga menderita karena permukiman menjadi tempat berkumpulnya sampah bawaan dari pasar”, ujar Kades Gregorius.

Berikutnya kata Kades Gregorius, Pasar Malanuza seolah tampak sempit, bukan karena sempit lokasi pasar, tetapi karena tata kelola parkiran kendaraan tidak beraturan.

“Parkirannya sangat tidak beraturan sehingga seolah-olah pasar sempit. Dinas Perhubungan selama ini datang hanya untuk menerima retribusi pasar, retribusi parkir, sedangkan kendaraannya dibiarkan ambu radul seperti yang disaksikan sendiri  masyarakat luas yang berkunjung ke Pasar Malanuza. Tempat parkirnya ada, yang tidak ada yaitu pengaturannya. Para pedagang yang datang dengan kendaraan setelah habis bongkar barang langsung berjualan disitu dan parkir di tempat itu sampai selesai pasar.  Kami dari pihak desa sudah memberikan masukan sampai dengan pengeluhan, tetapi tidak ada tanggapan dan tidak ada perubahan”, tambah Kades Malanuza, Gregorius Suwa.

Sedangkan tentang pengaturan, Kades Malanuza Gregorius menyampaikan bahwa pengaturan lapak sangat tidak tertib.

“Lapak-lapak itu malah diatur sendiri oleh para penjual dengan semangat mereka, ukurannya juga sesuai mau mereka, maka jangan heran jika nampak semrawut hingga pasar kelihatan sempit. Kami berharap kondisi ini ditangani secara serius. Jika diperkenankan, kami dari pemerintah desa siap bekerja sama mengerjakan atau menyediakan lapak-lapak secara lebih tertib, tetapi khusus untuk lapak yang kami sediakan dan kami awasi, penarikan retribusinya kami yang tarik untuk membantu pendapatan Desa Malanuza. Ini permintaan dari kami”, tandas Kades Malanuza, Gregorius.

Dia juga menyoroti tempat untuk berjualan hewan di Pasar Malanuza yang dalam prakteknya malah dijadikan tempat untuk memelihara hewan, mengikat hewan.

“Tempat yang disediakan untuk menjual hewan, justeru fungsinya menjadi tempat untuk memelihara hewan dan mengikat hewan disitu, contohnya ternak babi. Gedung yang disediakan malah terjadi salah guna. Setelah menjual babi, selanjutnya babi-babi yang tidak dijual justeru diikat disitu, jadi tempat untuk memelihara babi. Maka tempat itu menjadi kotor dan kumuh, sehingga lantainya menjadi rusak”, terangnya.

“Yang terakhir sebagai kepala desa saya mau informasikan bahwa harus segera melakukan penataan kembali tapal batas tanah pasar. Untuk hal ini kami sudah pernah bersurat ke BPN juga dinas terkait, tetapi sampai sekarang belum ada tanggapan. Sekarang sudah ada bangunan milik masyarakat yang masuk ke tanah milik pasar, sebaliknya ada yang dari aset pasar yang bangunannya masuk ke tanah milik masyarakat. Kami berharap tidak terjadi konflik kedepan”, tutup Kades Malanuza, Gregorius Suwa, Sabtu (15/2/2025).

 

Uji Petik Anggota DPRD Ngada 

 

Sorotan terhadap tata kelola Pasar Malanuza dengan kondisi memprihatinkan, juga disampaikan oleh Anggota DPRD Ngada, Daerah Pemilihan Golewa raya, periode 2024-2029 dari Partai Demokrat, Benediktus Lagho.

“Sebagai Anggota DRPD Ngada yang baru, sesungguhnya ini untuk ketiga kalinya saya turun menjemput aspirasi di Pasar Malanuza. Pasar ini juga masuk kategori sebagai salah satu sumber pendapatan terbesar daerah Kabupaten Ngada, dengan jumlah fantastis. Kalau kita petakan sejumlah persoalan yang terjadi, ada sejumlah dinas yang bersentuhan langsung dengan topik-topik permasalahan pasar, yakni Dinas Perindustrian Perdagangan, Perhubungan, Peternakan, PUPR, Koperasi, Bagian Aset Daerah, Dinas Pendapatan maupun Lingkungan Hidup. Saya pikir lintas sektor tersebut harus memiliki skema kolaboratif yang terukur dan terarah, guna menjawab sekian banyak pekerjaan rumah serius yang ada di Pasar Malanuza. Saya harus katakan bahwa tata kelola Pasar Malanuza layak disebut memprihatinkan. Persoalan yang terjadi bukan lagi sebatas keluhan biasa, melainkan persoalan serius yang harus direspon dengan sigap dan menghadirkan solusi-solusi nyata. Saya mengatakan ini tidak hanya sebatas disini, tetapi sebagai wakil rakyat saya juga menyalurkannya melalui suara kedewanan di lembaga dewan, melalui forum rapat kerja serta pemandangan umum. Selain itu saya juga membangun koordinasi komunikasi dengan lintas dinas terkait, agar berbagai catatan yang ditemui ini mendapat penanganan serius ataupun secara bertahap. Tidak boleh hanya sebatas omon-omon”, ungkap Anggota DPRD Ngada, Benediktus Lagho, SP.d, bertempat di Pasar Malanuza, Sabtu (15/2/2025).

Dia menyebut, Ngada sedang dalam masa transisi kepemimpinan menuju pemimpin daerah yang baru dan juga mengalami pemangkasan DAU mencapai Rp.64 Milyar, namun meski demikian, ruang gagasan dan diskusi untuk pemecahan berbagai masalah di depan mata, tidak boleh padam, termasuk bagaimana meramu langkah kerja penanganan masalah yang memang serius untuk diselenggarakan.

Anggota DPRD Ngada, Benediktus Lagho menyoroti akses jalan masuk menuju Pasar Rakyat Malanuza, yang kondisinya cukup memprihatinkan.

“Sorotan terhadap kondisi jalan masuk menuju Pasar Malanuza juga sudah kita suarakan dan sepengetahuan saya hal tersebut sudah masuk dalam dokumen daerah. Berikutnya, saya pikir kita semua harus terus mendorong agar penertiban dan penataan aset daerah, selain dilakukan terhadap aset yang ada di kota, skala prioritas penataan dan penertiban terhadap aset – aset yang ada di kecamatan dan desa, harus mendapat porsi lebih, minimal sejajar atau seimbang, tidak hanya di kota saja”, ungkap Anggota DPRD Ngada, Partai Demokrat, Benediktus Lagho, SP.d.

Dia juga menyoroti masalah penerangan lampu jalan dan perawatannya, mulai dari ruas jalan negara Mangulewa sampai ke Malanuza atau radius kampus, sebab lebih cenderung tidak berfungsi sebagaimana harapan dan peruntukannya.

“Sorotan terhadap masalah lampu jalan juga tidak sebatas omon-omon disini, namun saya sudah menyampaikan hal tersebut kepada pihak terkait”, tambahnya.

Sementara terkait sampah, menurut Anggota DPRD Ngada yang satu ini, masalah sampah harus benar-benar diurus dengan sigap.

Menurut dia, dari hasil koordinasi yang dibangun, dinas terkait sudah mendistribusikan sarana pengangkut sampah walaupun jumlahnya masih sangat terbatas, namun ada permasalahan lain sebab dinas terkait mengatakan ketiadaan dana atau anggaran untuk sewa muat sampah menuju tempat pembuangan sampah milik daerah.

“Dinas terkait mengeluhkan ketiadaan anggaran untuk sewa muat antar sampah menuju tempat pembuangan sampah. Mereka bertanya bagaimana bapak terhadap kesulitan tersebut. Saya katakan bahwa oke lah biar saya tanggung dari kantong pribadi saya jika harus demikian. Ya untuk beberapa kali saya mungkin bisa menanggungnya tetapi saya memiliki keterbatasan untuk itu.  Selain itu saya juga berpikir Golewa ini sebenarnya perlu satu lokasi tersendiri untuk tempat pembuangan sampah. Untuk hal ini saya kira bisa kita diskusikan bersama multi stake holder termasuk dengan masyarakat”, tutup Anggota DPRD Ngada, Benediktus Lagho, Sabtu (15/2/2025).

Menanggapi sejumlah catatan hasil peninjauan bersama di Pasar Malanuza pada Sabtu 15 Februari 2025, Camat Golewa, Moses Janga mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan sejumlah instansi terkait dan seluruh wakil rakyat dari wilayah Golewa Raya.

“Ya, kita melihat langsung kondisi di lapangan, mendengar langsung secara bersama-sama, dan kita mendapatkan deretan catatan yang sifatnya serius dan membutuhkan langkah-langkah selanjutnya. Sebagai Camat saya akan menyampaikan semua ini kepada sejumlah instansi terkait, serta tentunya juga dengan seluruh wakil rakyat dari wilayah Golewa Raya”, ujar Camat Golewa, Moses Janga, Sabtu (15/2/2025).

 

Secuil Catatan Sosial dari Imam Gereja Katolik

 

Kondisi tata kelola Pasar Rakyat Malanuza Ngada yang disebut masih memprihatinkan, juga tidak luput dari kaca mata sosial Imam Gereja Katolik, Vikep Bajawa RD Gabriel Idrus yang kebetulan ikut mengisi waktu luang, berjalan-jalan meninjau dan berinteraksi langsung dengan para pedagang di Pasar Malanuza, bersama Kepala Desa Malanuza, Gregorius Suwa, Camat Golewa Moses Janga serta Anggota DPRD Ngada, Benediktus Lagho, pada Sabtu (15/2/2025).

“Saya ikut mengisi waktu luang, berjalan-jalan ke Pasar Malanuza dan melihat interaksi yang ada. Ya, kita tahu dalam benak banyak orang tentang pasar tradisional, misalnya tentang kondisi pasarnya pasti kumuh, dan macam-macam lainnya tentang pasar tradisional. Ketika saya melihatnya secara langsung di Pasar Malanuza, ternyata sebagian besarnya benar. Dalam konteks itu bisa kita katakan bahwa banyak yang masih memprihatinkan. Diantaranya terkait penanganan dan pengelolaan yang harus diletakkan dengan baik, agar kita bisa bersama-sama mengubah anggapan dan juga realitas, bahwa pasar tradisional tidak harus seperti itu”, kata Vikep Bajawa, RD Gabriel Idrus, Sabtu (15/2/2025).

RD Idrus sedikit menyentil pelaku pasar warga lokal, dalam harapan agar dapat terus berkembang maju serta mampu memenangkan persaingan di Pasar Malanuza.

“Dalam kaitan dengan mereka sebagai pelaku pasar, orang-orang kita ada dimana. Kalau kita petakan disini, kalau berjualan sayuran, buah-buahan, siri pinang, parang, hewan dan sejumlah jenis dagangan lainnya, itu ada pada orang-orang kita. Sedangkan yang selebihnya, itu datang dari para saudara kita yang datang dari tempat-tempat lain. Memang kita akui secara rata-rata di pasar ini, pelaku orang-orang kita baru pada taraf sebagaimana terlihat, belum bisa ke yang lebih tinggi lainnya. Nah, saya pikir ini merupakan satu pekerjaan rumah besar yang perlu kita pikirkan bersama, baik dari pihak pemerintah maupun gereja. Bagaimana membuat semacam satu perlompatan orang-orang kita mampu bersaing dan naik level. Bagaimana lokasi pasar ini juga ditata dengan lebih baik, agar orang-orang kita bisa berkembang secara lebih meyakinkan. Dan yang terakhir saya kira kita mendukung keberadaan pasar ini pun harus ramah lingkungan, peduli ekologi. Mengkondisikan lingkungan yang bersih dan lingkungan yang menyelamatkan, termasuk dalam konteks yang lebih luas, lebih besar di Golewa ini”, tutup Vikep Bajawa,  RD Gabriel Idrus, Sabtu (15/2/2025).

WBN News

Share It.....