
Media Warisan Budaya Nusantara
Bank Pembangunan Jerman Kreditanstalt für Wiederaufbau (KFW) bertemu terbatas dengan Tim Aliansi Terlibat Bersama Korban Geothermal Flores serta sejumlah Imam Gereja Katolik JPIC Keuskupan Agung Ende Flores, bertempat di Kemah Tabor Mataloko Ngada, Minggu (25/5/2025).
Pertemuan tersebut berkaitan langsung dengan paparan data, presentasi kondisi real maupun kajian multi aspek terkait sikap Gereja yang sebelumnya menyatakan menolak Proyek Geothermal di wilayah Flores Lembata Nusa Tenggara Timur.
Kreditanstalt für Wiederaufbau, merupakan bank promosi terkemuka di dunia yang berfokus pada pembiayaan dan promosi pembangunan berkelanjutan. Bank ini merupakan lembaga publik yang sebagian besar dimiliki oleh Pemerintah Federal Jerman dan negara-negara bagian Jerman. Kreditanstalt für Wiederaufbau memiliki peran penting dalam meningkatkan kondisi ekonomi, sosial, dan lingkungan, baik di Jerman maupun di seluruh dunia.
Kreditanstalt für Wiederaufbau, adalah bank pembangunan Jerman yang juga berperan dalam mendukung pembangunan di Indonesia melalui pembiayaan proyek-proyek infrastruktur, energi terbarukan, dan berbagai sektor lainnya.
Bank Pembangunan ini juga aktif dalam konversi hutang dan memberikan pinjaman konsesi untuk mendukung pembangunan berkelanjutan, khususnya dalam bidang kesehatan dan lingkungan. Kreditanstalt für Wiederaufbau sudah lama membangun banyak Project di Indonesia termasuk Project Listrik Panas Bumi atau Geothermal.
“Alam ini penuh mistery, Flores pulau gunung berapi, dinamis sekali perut bumi kita. Ini hendaknya menjadi perhatian. Saya pikir masyarakat berhak cemas. Kalau soal Amdal, kita tahu tidak sedikit Amdal coppy pasti. Rekomendasi kami adalah membatalkan”, ujar salah satu cendikiawan Gereja Katolik Keuskupan Agung Ende, Justin Copertino, (25/5).
Sementara Ketua Aliansi Terlibat Bersama Korban Geothermal Flores, Pastor Felix Baghi SVD kepada wartawan menyampaikan sejumlah catatan dari hasil pertemuan.
“Misi mereka sebenarnya mau menggunakan kode etik standar internasional PBB, mengikuti hukum-hukum internasional, mereka pakai standar itu untuk.bangsa kita Indonesia dalam urusan Geothermal ini. Mereka juga berada dibalik Geothermal Pocoleok, Geothermal Mataloko. Mereka juga bicara isu ekologis, kesehatan, air yang tidak boleh tercemar, sosial, budaya, lahan pertanian dan lain-lain dengan standar keberpihakan yang harus dijamin oleh semua pihak”, ungkap Pastor Felix Baghi, SVD.
WBN