WBN, Bangka Belitung – Geopark Pelangas bisa menjadi salah satu destinasi wisata yang cocok bagi Anda yang gemar berpetualang. Geopark yang berlokasi di area Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit I Rambat Menduyung Desa Pelangas Kecamatan Simpang Teritip Kabupaten Bangka Barat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Banyak destinasi wisata yang ditawarkan tak terlepas dari luas Geopark Pelangas yang mencapai 100 hektare. Bukit yang pada Peta Belanda bernama Penyabong Hill dengan ketinggian 100mdpl adalah destinasi yang bisa kamu kunjungi saat berada di Geopark Pelangas. Saat berada di tempat ini, kamu dapat melihat flora dan fauna yang langka, arung yang menantang, dan lobang batu yang menyeramkan. Tak hanya itu, Geopark Pelangas juga memiliki batu yang tertua di dunia. Umur bebatuan granit di Penyabong Hill diperkirakan mencapai 65-200 juta tahun yang lalu. Batuan ini merupakan hasil pembekuan magma yang bersifat asam. Dengan suguhan keindahan alam Penyabong Hill, kamu bisa mengabadikan momenmu dengan berfoto di spot-spot selfie yang ada di sana, yang menawarkan latar belakang yang indah, seperti jembatan di atas arung, rumah di atas pohon, tilar pondok rebiak dan lainnya. Kamu juga dapat melihat betapa indahnya pemandangan Geopark Pelangas dari puncak Penyabong Hill. Kamu juga bisa melihat Laut Tara atau Laut Cina Selatan yang luas di satu sisi, dan hutan serta arung di sisi lainnya. Perpaduan arung dan hutan yang hijau, serta pemandangan lautan lepas membuat siapa saja yang melihatnya terpesona akan keindahan alam Penyabong Hill. Selain itu, Puncak Penyabong Hill dikenal sebagai salah satu spot terbaik di Geopark Pelangas untuk melihat sunrise dan sunset.
Secara Biodiversity, masih banyak ditemukan pepohonan berukuran besar dengan kerapatan yang tinggi dimana Jenis Jenis pohon tersebut sudah hampir punah keterdapatannya di pulau Bangka seperti Berang (chest nut), Kepayang, Tampoi, Malik, Bernai, Kulan, Ara, Puren dan jenis lainnya, masih banyak dijumpai Tarsius Bancanus salah satu hewan nokturnal jenis primata terkecil di dunia, kukang, binturong, trenggiling, tupai terbang, tupai belang tiga bahkan tupai terkecil yang hanya seukuran ibu jari, burung Hijau daun, termasuk burung puar yang setiap tahunnya Penyabong Hill dijadikan jalur migrasi jika pohon pohon tersebut sedang berbuah.
Sebelum memasuki area Penyabong Hill, Anda bisa singgah di Setana Jerieng Amantubillah yang merupakan Pusat Edukasi Kebudayaan Jeriieng. Disana Anda dapat memperoleh informasi tentang sejarah Suku Jerieng, Bendera besar pemberian Bung Karno, sejarah asal mula Penyabong Hill, cerita tempat pemandian Peri Triwulan di Penyabong Hill, menyaksikan musik Dambus, Tari Taboh, serta kuliner yang ekstrim.
Geopark Pelangas memenuhi tiga unsur untuk bisa diakui sebagai geopark lokal, yaitu unsur ‘Geodiversity’ atau keanekaragaman batuan, ‘Biodiversity’ atau keaneragaman flora dan fauna, serta ‘Culturaldiversity’ atau cakupan budaya masyarakat setempat.
Ketiga unsure ini ada di Pelangas, Insya Allah jika ada yang kesini pasti puaslah, demikian dikatakan Imam Setana Jerieng Amantubillah, Dato Raden Sardi, kepada media, beberapa hari lalu. Dikatakan, selain memiliki keindahan yang luar biasa Penyabong Hill memiliki cerita yang menarik. Disamping istilah Penyabong yang berarti tukang sabung, di kaki bukit ini pula terdapat sebuah aliran air yang dingin dengan legenda sebagai tempat Pri Triwulan mandi dan tempat dimana Radendo Aso mengambil air susu yang dijadikan obat kesembuhan Raja Asal Jerieng. Selain itu di puncak bukit ini pula terdapat satu hamparan tempat Pemujaan terhadap pri penunggu Penyabong Hill.
Yah di bukit sana banyak ceritalah. Baik cerita yang mistis dan cerita yang biasa, jelas pria yang dianugerahi Darjah Paduka Mahkota Palembang dari Kesultanan Palembang Darussalam ini.
Ditempat terpisah, Sekdes Pelangas Amir Ibnu Husin Ali mengatakan potensi Penyabong Hill Pelangas sangat luar biasa untuk dijadikan tempat wisata, karena kondisi hutan yang masih terjaga dengan baik dimana tiga unsur dari syarat Geopark ada didalam bukit tersebut. Di dalam hutan desa tersebut pula, masyarakat diberi kesempatan untuk mengembangkan budi daya Madu Pelawan guna meningkatkan kesejahteraan petani hutan sekaligus memberi contoh pola pengelolaan hutan yang baik dan bermanfaat.
“Kelompok tani hutan yang ada di sekitar kawasan bukit yang menjadi pelaku utama, mereka yang merasakan manfaatnya,” kata Amir serta mengatakan selain usaha budi daya Madu Pelawan di dalam kawasan hutan, di desa itu juga berhasil dikembangkan budi daya madu manis dan madu kelulut yang saat ini sudah cukup produktif dan menjadi salah satu mata pencaharian anggota kelompok tani hutan.
semoga upaya ini akan berdampak langsung kepada masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan, harap Amir. Dikatakan pengelolaan Hutan Produksi Rambat Menduyung yang berlokasi di Penyabong Hill tersebut telah mempunyai Izin Hutan Tanam Rakyat (HTR) dari Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan (KLHK) selama 35 tahun yang diserahkan kepada Koperasi Penyabung Permai Desa Pelangas untuk dikelola. Untuk saat ini siapa saja yang ingin berkunjung ke sini masih gratis. Pihak pengelola belum menyiapkan tiket masuk, ujar Amir. (sardi alpalangasi) | redpel ndra