
“Peran pers sebagai mitra pengawas pemilu tentu saja harus ditingkatkan, tidak hanya dengan memberitakan hal-hal yang bersifat cermonial, tetapi juga mengedepankan pemberitaan yang menyajikan edukasi bagi masyarakat, guna membangun kesadaran pemilu berkualitas, jujur, adil, bersih dan damai”, ungkap Wartawan Wim de Rozari.
Waspada Pemilu Berubah Jadi Pasar Jual Beli Suara
Waspada Politik Uang menjadi salah satu topik yang cukup hangat diperbicangkan dalam diskusi media gathering Bawaslu Ngada dan para Jurnalis, 18 Oktober 2023.
Sejumlah awak media menyoroti masih minimnya tindakan bersama dalam menekan praktek-praktek politik uang dalam pemilu.
Menurut Jurnalis Media Warisan Budaya Nusantara, Aurelius Do’o, semua pihak sangat sepakat menciptakan pemilu bersih, anti politik uang atau pemilu bermartabat, namun jika diamati secara jujur, kesepakatan tersebut belum didukung dengan tindakan bersama secara lebih sistematis, masif dan lebih meyakinkan.
“Cita-cita menciptakan pemilu bersih, bermartabat, ataupun anti politik uang, merupakan cita-cita bangsa Indonesia. disepakati bersama, lalu digaungkan dari masa ke masa. Namun, sesungguhnya cita-cita besar itu belum didukung sepenuhnya oleh tindakan bersama yang di desain secara lebih sistematis, masif dan meyakinkan”, ungkap Jurnalis Media Warisan Budaya Nusantara, Aurelius Do’o.
Dia juga memberikan catatan, Pemilu 2024 sebagai pemilu dengan durasi masa kampanye yang cukup pendek, rawan tinggi politik uang.

“Pemilu selalu berhadapan dengan ancaman tidak bisa menjadi pemilu yang sangat bermartabat. Energy politik untuk merebut kekuasaan dengan menghalalkan segala cara, nampak semakin tinggi dipraktekan, dibanding politik membangun martabat pemilu berintegritas. Apalagi pemilu 2024 merupakan pemilu yang mempunyai masa kampanye pendek, maka kecenderungan politik uang untuk dipakai sebagai senjata mematikan, harus berani dikata bahwa praktek itu berpotensi cukup tinggi, rawan tinggi. Dengan demikian, membangun skema pengawasan bersama yang berkualitas, merupakan kebutuhan dan harus terus dikembangkan dengan lebih sistematis dan masif”, tambah Aurelius Do’o.
Terhadap waspada politik uang, salah satu Komisioner Bawaslu Ngada, Walterius Niku menawarkan strategy komunikasi membangun kesadaran masyarakat yang harus dikemas secara baik dan benar, agar mudah dimengerti oleh masyarakat, mudah diingat dan mudah pula disebarkan sebagai moto bersama.

“Mimpi buruk politik uang, patut semakin kita waspadai bersama. Untuk itu kita juga harus menemukan pola komunikasi yang baik melalui kemasan kata dan kalimat yang mudah dimengerti oleh masyarakat saat kita menggugah kesadaran tentang bahaya politik uang sebagai praktek merendahkan harga diri masyarakat, bangsa dan negara. Masyarakat perlu semakin didorong untuk menyadari bahwa politik uang menuju TPS, tidak perna akan melahirkan pemimpin ataupun kader yang sesuai dengan azas dari, oleh untuk rakyat. Tetapi sebaliknya hanya akan melahirkan pemimpin ataupun kader-kader berwatak dan berperilaku dari, oleh, untuk rupiah. Setelah pemilu berlalu, jangan repot-repot mengadu kemana-mana jika berbagai aspirasi dan harapan tidak lagi ditanggapi dengan berkobar-kobar seperti era sebelum pemilu, sebab pada saat itu hasil dari politik uang sudah sibuk mengumpulkan pundi-pundi untuk menutup utang pinjaman, uang kerjasama dengan para pihak lain yang sudah memberikan uang banyak guna membeli suara pada pemilu. Suara rakyat sudah lunas dibayar sebelumnya”, urai Komisioner Bawaslu Ngada, Walterius Niku.
Baca Lanjut ke halaman berikutnya …