
Media Warisan Budaya Nusantara
Sorak sorai, riuh gaduh, gegap gempita, pagelaran Pacuan Kuda Piala Bupati Nagekeo NTT 2025, diduga alpa antisipasi eksploitasi anak.
Perlombaan pacuan kuda piala Bupati Nagekeo NTT, tahun 2025 yang diselenggarakan selama sepekan, di Sirkuit Angin Laut Desa Tonggorambang Kecamatan Aesesa, mulai tanggal 15 sampai tanggal 21 Juni 2025, menghadirkan sorotan serius, diduga alpa antisipasi eksploitasi anak.
Rangkuman media, wacana pacuan kuda diawali dengan sejumlah perdebatan dan kontroversi, sebab diselenggarakan di tengah efisiensi anggaran yang dilakukan secara besar -besaran.
Promosi perhelatan yang begitu menggelegar melalui sejumlah platform media sosial, tak luput dihiasi silang sengketa pendapat di meja DPRD setempat, menyatu dalam rona pacuan kuda piala bupati Nagekeo tahun 2025.
Selain mendapat animo masyarakat yang luar biasa, termasuk dari warga luar kabupaten, seremonial pembukaan pun dihadiri langsung oleh Bupati Nagekeo, Simplisius Donatus dan Wakil Bupati, Gonzalo Gratianus Muga Sada, pada 15 Juni 2025 sore.
Ribuan orang datang dari berbagai penjuru, tumpah ruah memenuhi sirkuit yang berlokasi tepat di eks Bandara pendudukan Jepang, dalam perang dunia kedua tahun 1942 silam.
Di awal kegiatan langsung dikadoi dua peristiwa yang cukup menarik perhatian publik, yakni tenda utama jebol, menyusul joki cilik terpental dari atas punggung kuda ketika perlombaan berlangsung.
Hal itu bermula Ketika MC sedang membacakan nama-nama kuda yang akan diperlombakan, tiba-tiba saja tenda di podium utama tempat Bupati, Wakil Bupati, Ketua DPRD, Ketua Pordasi dan tamu penting lainya, jatuh ambruk.
Informasi yang diperoleh media, beberapa orang di atas podium berhamburan, melompat menyelamatkan diri. Meskipun begitu, tidak ada korban cedera serius, dan perlombaan tetap dilanjutkan.
Namun kemudian, ditengah riuh sorak sorai penonton menikmati serunya pacuan kuda, seorang joki cilik tertimpa musibah terpental dari punggung kuda yang ditungganginya.
Joky cilik yang meringis kesakitan itupun dibawa menuju Ambulance yang disediakan panitia.
Usia Joki cilik yang ikut perlombaan pacuan kuda diperkirakan antara 9-15 tahun. Fakta ini dinilai ironis oleh tidak sedikit warga netizen Nagekeo. “Sungguh situasi yang sangat menyedihkan”, kata mereka.
Perlombaan mempertontonkan anak-anak kecil sebagai joki kuda, dengan tanpa pengamanan serius dan memadai. Anak-anak kecil itu berjuang tidak hanya sekadar memacu kuda balap, tetapi mereka berjuang untuk lolos dari ancaman kehilangan nyawa.
Perlombaan pacuan kuda piala Bupati Nagekeo diketahui menggunakan joki cilik, dengan minim pengamanan.
Tidaklah keliru jika sejumlah penilaian menyebut alpa antisipasi eksploitasi anak. Demikian tulis sejumlah netizen dan suara suara kritis terhadap kejadian.
Balapan kuda terus berlangsung, demikian juga balapan perdebatan cukup sengit di jagat maya. Fenomena anak dengan minus pengamanan pada ajang pacuan kuda, dianggap biasa saja bahkan suatu kebanggan. Namun tidak sedikit pula para pihak mengoreksi tajam keadaan yang diduga dibiarkan terjadi.
Tidak sedikit warga hanya dibekali dengan cerita-cerita masa silam, tentang kejayaan joki yang menggunakan seorang anak. Tetapi alpa mengoreksi, bahwa hal eksploitasi anak adalah perhatian serius yang selalu diutamakan dan sebenarnya cukup menjadi perhatian bangsa ini.
Tidak sedikit orang bablas menerjemahkan, antara kesenangan dan eksploitasi anak.
Permasalahan bisa saja akan semakin kompleks, tatkala para joki anak menjadi korban. Tentunya otomatis para penggagas, saksi, dan pelaku pasti ikutan terseret hukum.
Dikutip dari Resiprokal, pada Oktober 2019, seorang joki cilik bernama sabila, dilaporkan meninggal dalam arena pacuan kuda manggemaci NTB.
Sudah menjadi rahasia umum, pacuan kuda adalah gaya hidup dan hiburan kaum elit. Kegiatan pacuan kuda merangkum keterlibatan beberapa hal, yaitu Joki cilik itu sendiri, orang tua, tradisi, promosi budaya, kebutuhan ekonomi, kepentingan pemerintah, dan jangan lupa, tidak luput praktik perjudian.
Ketua KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) saat dikonfirmasi media WBN via whatsapp, menuturkan akan menjadi perhatian KPAI.
Nagekeo, Media Warisan Budaya Nusantara, Wilibrodus.