Sementara itu, Gayatri tertarik pada kontras melalui gaya Gothic Putih, memadukan blus putih frills yang ramai dengan celana hitam bertekstur. Inspirasinya datang dari ranah seni murni. “Aku inspirasinya dari mangaka (komikus Jepang) dan patokan dari karakter yang aku baca,” ungkapnya, menegaskan bahwa seni adalah patokan gayanya.
Tidak semua memilih warna mencolok. Dinda Aprilianti dari Penyiaran lebih memilih gaya yang ia
sebut Korporat Biasa atau boyish dengan nuansa monokrom (kemeja garis dan celana lebar hitam). “Saya tipe yang monoton, tidak suka warna yang nyentrik. Yang penting nyaman aja,” kata Dinda, membuktikan bahwa gaya minimalis tetap menjadi pilihan yang kuat.
Berburu Item Unik: Menguasai Seni Mix and Match dan Thrifting
Bagaimana mahasiswa kampus kreatif ini bisa memiliki lemari pakaian yang kaya akan item unik tanpa merogoh kocek terlalu dalam? Jawabannya adalah thrifting.
Tren berburu pakaian bekas berkualitas (thrifting) melalui Instagram, TikTok, hingga pasar tradisional seperti Pasar Senen menjadi strategi utama.
“Aku biasanya ngethrift di IG, TikTok. Aku juga sering ke Detos (Depok Town Square) atau Pasar Senen,” kata Dinda (Desain Mode).
Putri (Desain Grafis) juga memilih jalur thrifting. “Sering thrifting supaya lebih vintage dan beda dari orang,” ujarnya, menekankan bahwa item bekas sering kali menawarkan keunikan yang tidak bisa didapatkan di toko konvensional.
Strategi mix and match para mahasiswa ini juga didasarkan pada kenyamanan. Dina (Teknologi Rekayasa Multimedia) yang konsisten dengan gaya tertutup, memberikan tips praktis: “Tipsnya penyesuaian dengan tone kulit, dan warna yang sesuai dengan bajunya, misal cokelat bersama dengan cream dan putih.” Sementara Sulis menekankan pentingnya celana dibanding rok agar tidak merasa gerah saat aktif di kampus.
Inspirasi Harian dan Pesan Pede (Percaya Diri)
Inspirasi gaya datang dari berbagai penjuru, membuktikan bahwa mahasiswa Polimedia adalah konsumen budaya yang aktif. Sumber inspirasi didominasi oleh Pinterest, influencer luar negeri (seperti dari Cina dan K-Pop), hingga karakter-karakter manga.
Bagi mereka, momen untuk dress well bisa terjadi kapan saja. Dinda (Penyiaran) mengatakan, “Enggak berpacu pada waktu, beberapa saat saya merasa ingin tampil bagus,” sementara Dinda (Desain Mode) bahkan mengaku dress well setiap hari.
Pesan universal dari semua mahasiswa yang diwawancarai adalah kepercayaan diri.
“Tips buat pakai outfit lebih perbanyak inspirasi dari Pinterest dan brand-brand luar, tapi akhirnya senyamannya aja untuk mengekspresikan diri,” tutup Dinda (Desain Mode).
OOTD mahasiswa Polimedia adalah cerminan langsung dari dunia industri kreatif: dinamis, berani bereksperimen, dan menghargai keunikan individual. Di tengah tuntutan akademik yang tinggi, pakaian menjadi semacam ritual harian yang menguatkan identitas dan semangat untuk berkarya. Mereka membuktikan bahwa gaya terbaik di kampus kreatif adalah gaya yang paling jujur merepresentasikan diri sendiri.
Note: Ini adalah artikel Kiriman Pembaca Sahabat WBN, Redaksi memberi ruang bagi pembaca untuk menyampaikan gagasan dan pengalamannya, baik Artikel Berita atau Opini.
