Pers WBN NTT │ Warga Desa Baopaat bersama para Guru dan Tetua Adat wilayah setempat (20/32020), dikutip media ini menyampaikan keinginan mereka, agar SDK Wololora yang ada di kampung mereka, wilayah Kecamatan Lela, Kabupaten Sikka, Flores Provinsi NTT bisa dialihkan ke Sekolah Negeri.

Rangkuman wartawan media ini tanggal 20 Maret 2020 melalui wawancara langsung lapangan, menurut warga setempat, para Guru dan Tetua Adat, keinginan mereka untuk alih status ke Sekokah Negeri berdasarkan berbagai alasan dan pertimbangan, diantaranya menyangkut ekonomi Masyarakat Desa setempat yang sangat memprihatinkan.

“Kami mengharapkan kepada berbagai elemen terkait untuk mendengarkan aspirasi kami, warga Baopaat. SDK Wololora mempunyai 93 Siswa yang diperkuat oleh 6 Guru PNS termasuk Kepala Sekolah, 3 orang Guru Kelas, 2 orang Guru Mapel, 2 orang Guru Agama dan PJOK. Jumlah Guru Honor 6 orang digaji dari BOS 3 orang sesuai ketentuan yang layak , Desa dan Komite 4 orang dan juga dapat Insentif tambahan dari Pemda Sikka untuk 2 orang guru. Namun menjadi kendala utama yaitu Uang Komite sangat kecil”, ungkap Kepala Sekolah Agustina Ewaldina ,S.Pd.SD.

Menurut Kepala Sekolah, dari aspek daya dukung ekonomi, sangat susah untuk pembayaran. Begitu juga terkait kondisi sarana prasarana yang tidak mendukung.

“Oleh karena itu kami sangat mengharapakn agar Sanpukat bisa mengindahkan permintaan kami dan masyarakat’, tambah Kepsek SDK Wololora Kabupaten Sikka, Agustina Ewaldina ,S.Pd.SD.

Polemik Status Lahan Sekolah

Dihimpun wartawan media ini, luas lahan SDK Wololora di Kabupaten Sikka Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah 3116 meter persegi. Namun sampai saat ini belum tersertifikat, sebab ada kendala yang di hadapi oleh lembaga pendidikan tersebut yakni menyangkut lahan yang di komplain oleh keturunan atau generasi tuan tanah.

“Makanya tidak bisa di sertifikatkan. Padahal kita dari pihak sekolah bersama Masyarakat sudah mengambil langkah dan membangun komunikasi dengan pihak generasi keluarga pemilik lahan dengan menggunakan berbagai prosedur dan tahapan yang di ambil, tetapi selalu tidak ada jalan”, tandas Kepsek SDK Wololora Kabupaten Sikka, Agustina Ewaldina ,S.Pd.SD.

Diuraikan, bahwa pihak Sekolah bersama Masyarakat sudah menempuh berbagai langkah, termasuk jawaban ungkapan terimahkasih dalam bentuk kapur siri pinang yang dalam bahasa adat setempat disebut Bako Wua Ta’a dengan disaksikan oleh beberapa keluarga dari turunan kuasa lahan, dalam hal ini keturunan pemilik lahan Opa Dede Kota, yang mana telah melakukan perjanjian bermeterai untuk tidak terjadi lagi penghalangan terhadap aktifitas Kegiatan Belajar Mengajar di Sekolah, termasuk menyangkut dengan keberadaan tanah SDK Wololora.

Terhadap polemik status lahan SDK Wololora, warga setempat, para Guru dan sejumlah Tokoh Adat mengungkapkan, sesungguhnya sudah ada persetujuan sejak tempo dulu oleh leluhur dari keturunan memberikan laha guna pembangunan Sekolah Dasar di Kampung setempat.

Berikutnya, pada masa generasi keturunan kembali digelar persetujuan antara para pihak yang disaksikan oleh berbagai elemen masyarakan, oleh Kepolsek Lela, oleh Aparat Keamanan dan juga turut menjadi saksi dari pihak Pemeritah melalui Camat Lela.

Kilas Pendirian SDK Wololora Kabupaten Sikka

SDK Wololora Kecamatan Lela Kabupaten Sikka Flores, NTT didirikan pada tanggal 24 Oktober 1959. SDK Wololora di dirikan oleh Almarhum Bernadus Baga yang diketahui juga sebagai Kepala Sekolah Pertama SDK Wololora.

Kepala Sekolah saat ini dijabat oleh generasi nya atau anak kandungnya sendiri yakni Agustina Ewaldina.

“Perlu diakui, lahan ini di hibahkan dari keluarga besar alm Opa Moat Dede Kota dengan niat dan semangat luhur pada zaman dahulu yakni hibah murni, tanpa pungutan sepeser pun. Bahwa begitu mulia hati leluhur pada zaman mereka, dalam hal ini almarhum Opa Dede yang memiliki andil begitu besar, demi kemajuan putra-putri kesayangannya dan juga agar bisa berguna bagi bangsa dan negara, lebih khususnya bagi generasi Desa Baopaat. Opa Dede selaku Tuan Tanah Sah telah menyerahkan lahan dengan tanpa syarat, dengan harapan agar namanya selalu di kenang bila sudah tiada”, urai Kepala SDK Wololora, Kabupaten Sikka, Agustina Ewaldina ,S.Pd.SD.

Cikal Bakal Aspirasi Menjadi Sekolah Negeri

Wacana beralih menjadi Sekolah Negeri, menurut warga, Tetua Adat dan pihak Pengajar Sekolah setempat, di mulai dari masa Kepemimpinan Desa sebelumnya, atau Kepala Desa lama, Kades Agustalis Dosi.

Wawancara terpisah media ini di Kabupaten Sikka, mantan Kepala Desa, Agustalis Dosi, menyampaikan harapan nya yang sangat beasar agar dapat terealisasi menjadi Sekolah Dasar negeri.

 

Menurut dia, aspirasi untuk beralih status menjadi Sekolah Dasar negeri merupakan harapan besar dari berbagai kalangan di wilayah setempat.

Sementara itu Kepala Desa menjabat, Kades Baopaat, Hendrikus Hengki S.E dalam keterangan media saat dikutip wartawan media ini, tanggal 18 Maret 2020, memastikan Desa setempat sangat mendukung apa yang menjadi harapan besar dari Masyarakat dan para pihak agar SDK Wololora menjadi SDNegeri.

Menurut Pejabat Kades yang biasa disapa Hengki atau Ceking, Pemerintah Desa selalu mendukung apa yang menjadi kepentingan bersama, dalam hal ini perjuangan dan cita-cita menjadi Sekolah Dasar Negeri.

Dukungan Tokoh Masyarakat

Dukungan Tokoh Masyarakat untuk alih status menjadi Sekolah Dasar Negeri, juga datang dari sejumlah tokoh warga Desa Baopaat Kabupaten Sikka.

“Saya selalu berharap agar kedepan kita bisa duduk berdiskusi dan membedah bersama dengan pihak Yayasan Sanpukat serta Dinas terkait, agar bisa mencari solusi serta bagaimana kandalah yang perihal sekolah ini”, ungkap Tokoh Masyarakat Romanus Djona.

Romanus Djona adalah tokoh tertua warga Desa Baopaat, kelahiran tahun 1934 yang sejak perna menjabat sebagai Mandor Sekolah pada saat awal mula SDK Wololora Kabupaten Sikka didirikan.

Tokoh Tua, Romanus Djona mengisahkan, bahwa pada zaman pemberian awal, lahan SDK Wololora adalah murni hibah dari Opa Dede Kota selaku Tuan Tanah.

 

Diuraikan, Opa Dede menyerahkan tanah tersebut secara iklas, tanpa memungut biaya sepeser pun, sebagai buah tangan untuk generasi dan anak cucu cece berikutnya serta guna namanya dikenang.

Riwayat Pembangunan SDK Wololora

Tokoh tua yang masih hidup, Romanus Djona yang juga sebagai salah satu tokoh yang turut membangun pendidikan SDK Wololora, mengatakan, demi berjalannya sebuah pembangunan, walaupun kondisi saat itu serba kekurangan, jalan kendaraan pun belum, riwayat pembangunan awal mula SDK Wololora pada masa lampau adalah perjuangan seluruh masyarakat setempat dengan penuh susah payah.

“Kondisi pada zaman dahulu disaat kemi membangun SDK Wololora, semua tokoh dan warga bergerak bersama-sama mengambil material seperti memikuli batu-batu kali dan juga pasir yang dipikul dari kali dan dari daerah lain dengan jarak tempuh yang cukup Jauh. SDK Wololora adalah buah tangan peninggalan terbaik pada bidang pendidikan bagi warga Desa ini. Itu semua harus dikenang dan harus dilestarikan”, tutur pensiunan Mandor SDK Wololora saat awal mula sekolah didirikan, tokoh tua Romanus Djona.

Selain didukung oleh Kepala Sekolah SDK Wololora, Agustina Ewaldina ,S.Pd.SD, tokoh masyarakat, mantan Kepala Desa, Kepala Desa manjabat, warga masyarakat, dukungan dan cita-cita yang sama, juga diutarakan oleh kaum perempuan di Desa salah satu tooh peremp  Tokoh Perempuan Desa Baopaat, Ursula Rusmini.

Ditambahkan Ursula, cita-cita menjadi Sekolah Dasar Negeri sudah menjadi cita-cita bersama. Oleh karena itu, warga berharap aspirasi SDK Wololora dapat beralih menjadi Sekolah Dasar Negeri dapat menjadi para pihak terkait, mulai dari tingkat Daerah, Provinsi maupun Pemerintah Pusat.

Pers WBN NTT│Liputan Noven│Aurel Do’o│Redpel-Indra

Share It.....