
PARANG CURIGO (#1)
Parang Curigo berasal dari kata parang dan curigo. Kata curigo sendiri adalah nama lain dari bilah keris tanpa warangka. Filosofinya kecerdasan, kewibawaan, serta ketenangan.
PARANG RUSAK (#2)
Merupakan salah satu motif batik parang yang paling terkenal karena merupakan warisan dari Panembahan Senopati saat bertapa di pantai selatan. Terinspirasi dari deburan ombak yang terus menerus dan berkelanjutan. Filosofinya adalah melambangkan kekuasaan dan kekuatan.
PARANG CENTONG (#3)
Motif Parang Centong atau juga disebut Centung merupakan ragam hias Parang yang memiliki bentuk seperti centong (alat mengambil nasi). Ada juga yang berpendapat bahwa parang centong (centung) artinya “wis ceta macak” (sudah pandai merias diri).
PARANG PAMOR (#4)
Parang Pamor berasal dari kata Parang dan Pamor, Kata Pamor sendiri dalam bahasa jawa berarti aura atau energi yang terpancar dari diri seseorang. Dengan mengenakan batik ini, harapannya orang yang menggunakan motif batik Parang Pamor maka auranya akan keluar atau memancar (wis pecah pamore).
PARANG KLITHIK (#5)
Motif parang dgn ukuran yang lebih ringkas dan rapi, terlihat lebih kecil daripada motif parang lainnya.
PARANG KUSUMO (#6)
Motif ini berasal dari dua suku kata yakni Parang yang berarti lereng, dan kusumo yang berarti bunga atau kembang. Pada jaman dulu motif batik Parang Kusumo hanya boleh dikenakan oleh kalangan keturunan raja. Makna yang terkandung dalam motif ini adalah bahwasanya hidup harus dilandasi oleh perjuangan untuk mencari keharuman lahir dan batin sebagaimana wangi harumnya bunga.
PARANG TUDING (#7)
Motif parang yang satu ini menunjukkan lambang jari telunjuk yang berkesinambungan dan rapi berjajar. Memiliki makna bahwa pemakai batik ini diharapkan mampu menjadi pengarah, atau penunjuk untuk kehidupan yang lebih baik.
PARANG RUSAK BARONG (#8)
Merupakan pengembangan motif parang namun memiliki ukuran motif yang lebih besar daripada motif parang pada umumnya.Pada zaman dahulu hanya boleh dipakai oleh Raja, dan Parang Rusak Barong mempunyai makna bahwa Raja sebagai pemimpin harus selalu hati-hati, dapat mengendalikan diri (lahir dan batin).
Sumber : Indonesianbatik, IG @sejarahjogya | redpel ndra