WBN, TASIKMALAYA – ” Berbicara masalah potensi pariwisata Indonesia merupakan pembahasan yang tiada habisnya karena keragaman jenis dan jumlah yang sangat banyak dan dimiliki hampir merata di seluruh tanah air, meskipun jenis potensi antar satu daerah dengan daerah lainnya mungkin saja berbeda. Hal inilah yang mendorong Prawita GENPPARI tidak pernah lelah dan tanpa pamrih terus berjuang memajukan pariwisata, seni budaya dan UMKM pendukung kepariwisataan lainnya. Termasuk memberikan berbagai jenis pelatihan yang terkait dengan kepariwisataan sebanyak 37 judul pelatihan “, ujar Ketum DPP Prawita GENPPARI Dede Farhan Aulawi sesaat setelah memberikan pelatihan “Tata Kelola Objek Wisata” di balai desa Lingga Mulya kecamatan Leuwisari kabupaten Tasikmalaya, Minggu (3/9).
Pada kesempatan tersebut Kang Rizal selaku Ketua DPD Prawita GENPPARI kabupaten Tasikmalaya terus mendampingi kegiatan dari awal hingga akhir rangkaian kegiatan.
Setelah melaksanaan kegiatan pelatihan, Tim DPP Prawita GENPPARI pun melakukan kunjungan dan eksplorasi potensi wisata kawah gunung Galunggung yang terkenal sangat eksotis dengan pemandangan alam yang santa indah. Bagi pengunjung yang menyukai wisata kuliner jangan khawatir bahwa di tempat parkir mobil banyak warung jajanan, dan begitupun di puncak kawah banyak warung yang berjejer.
Namun untuk bisa menikmati pemandangan yang indah tersebut, para pengunjung harus sedikit berolah raga dengan menaiki sebanyak 620 anak tangga. Jangan heran saat menaiki anak tangga ini juga kadang ditemani oleh puluhan monyet yang berahap sedikit berbagi keceriaan dan makanan. Bagi yang males olah raga, para pengunjung juga bisa naik ojek hingga ke puncak dengan bayaran Rp. 20.000,- saja. Dan bagi yang menukai camping, di bibir kawah juga bisa jadi kawasan untuk melakukan aktivitas camping agar bisa menikmati indahnya suasana malam menikmati keindahan kota Tasikmalaya disaksikan sang rembulan dan jutaan bintang.
Esok harinya Tim Elang “Emak – emak Petualang” Prawita GENPPARI juga melakukan senam pagi bersama dengan ibu – ibu penggerak PKK desa Lingga Mulya. Nampak sekali di pagi yang cerah tersebut, geliat dan semangat kebarsamaan untuk menjaga kesehatan dan menaikan sistem kekebalan tubuh. Setelah kegiatan senam, kegiatan dilanjutkan menelusuri hutan dan tebing, semak belukar dan sungai menuju Curug Panutuh yang menjadi salah satu magnet wisata di desa Lingga Mulya. Jalan yang dilalui memang penuh rintangan, namun bagi mereka yang berjiwa petuangan semua bisa dijalani dengan rasa senang. Nampak sekali binar – binar mata kebahagiaan dibawah guyuran air terjun yang jernih dan menawan.
Menurutnya pelatihan tata kelola objek wisata yang sering dibahas umumnya terkait dengan CHSE yaitu masalah kebersihan dan keselamatan saja, padahal hal tersebut hanya sebagian dari konsep manajemen operasional objek wisata. Tata kelola objek wisata itu menyangkut 4M, yaitu Manajemen SDM, Manajemen Keuangan, Manajemen Operasional dan Manajemen Pemasarannya. Jadi kalau mau membahas atau memberi pelatihan tata kelola objek wisata harus membahas keempat aspek tersebut agar pembahasannya lebih komprehensif. Oleh karenanya Prawita GENPPARI meskipun tidak dibantu pembiayaannya oleh Pemerintah, dan hanya mengandalkan keuangan sendiri tetap teguh secara konsisten mencetak SDM – SDM kepariwisataan yang mumpuni.
“ Kita bergerak dari satu daerah ke daerah lainnya, dari satu desa ke desa lainnya memberikan aneka pelatihan, konsultasi dan pendampingan desa wisata secara GRATIS meskipun tanpa bantuan dana dari Pemerintah. Namun demikian, kita merasa puas dan senang jika masyarakat yang dikunjungi juga bersikap positif dan proaktif. Apalagi dasar kunjungan Prawita GENPPARI itu bukan untuk jalan – jalan, melainkan berdasarkan pada undangan dari berbagai daerah untuk melakukan survei aneka potensi wisata yang ada di daerahnya, kemudian diberikan feedback hasil evaluasi dan survei tersebut dalam bentuk saresehan wisata “, ungkap Dede.
Apa yang dilakukan oleh Prawita GENPPARI ini memang luar biasa sekali. Kadangkala konsultan kepariwisataan umumnya mau bergerak, kalau angkanya sudah jelas karena kalkulasinya bisnis semata. Padahal kebanyakan konsultan itupun hanya teoritis semata karena belum tentu juga mereka mau keluar masuk hutan belantara, naik turun gunung yang terjal dan melelahkan hanya sekedar untuk survei objek wisata. Sementara Prawita GENPPARI melakukan semua itu dengan ikhlas. Bukan saja selaku akademisi, tapi mereka juga praktisi lapangan, sehingga apa yang disampaikan dalam aneka program pelatihan selalu membumi karena sesuai dengan kebutuhan objektif kepariwisataan. Mereka adalah master trainer – master trainer kepariwisataan sesungguhnya yang senantiasa mengabdi dan bekerja dengan ikhlas. Oleh karenanya kehadiran sering dinantikan oleh berbagai kalangan di daerah – daerah. Meskipun tidak digaji dan tidak diberikan anggaran sedikitpun dari pemerintah, mereka terus bergerak dan bekerja. Pelatihan – pelatihan begitu intensif dilakukan setiap minggu, bekerja melebihi panggilan tugas secara ikhlas.