Catatan Budaya : KP Norman Hadinegoro.
Didalam istana Karaton Surakarta Hadiningrat dalam tingalan Jumenengan secara periodik diadakan sebuah tarian sakral yang bernama tarian bedoyo ketawang atau di sebut juga tarian langit,
Tari sakral Bedoyo Ketawang yaitu suatu suguhan ritual upacara tingalan jumenengan yang berupa tarian klasik yang sudah menjadi tradisi setiap tahun sekali yang hanya bisa dinikmati dalam Karaton Surakarta hanya pada acara tingalan jumenengan, tarian langit ini dengan tujuan pemujaan dan persembahan kepadaSang Pencipta Allah SWT.
Alunan gending semang berbunyi, para penari bedoyo ketawang maju kedepan yang melihat tari bedoyo ketawang ini semua terhanyut melihat gemulainya tarian sakral menawan hati , suasana hening, khusuk tidak boleh ada yang bersuara semua yang menyaksikan semedi atau berdoa menurut keyakinan masing masing berlangsung pegelaran 2 jam lamanya.
SATU DARI 9 PENARINYA ADALAH KANJENG RATU KIDUL ?
Penari Bedhaya Ketawang dari kesembilan penari tersebut 8 penari diperankan oleh putri-putri yang masih ada hubungan darah dan kekerabatan dari keraton dan seorang penari gaib yag dipercaya sebagai sosok Kanjeng Ratu Kidul.
Tari sakral Bedoyo Ketawang misalnya menurut Sinuhun Paku Buwono X menggambarkan lambang cinta birahi Kanjeng Ratu Kidul pada Panembahan Senopati, segala gerak melambangkan bujuk rayu dan cumbu birahi, walaupun dapat dielakkan Sinuhun,
Kanjeng Ratu Kidul tetap memohon agar Sinuhun ikut bersamanya menetap di dasar samodera dan bersinggasana di Sakadhomas Bale Kencana ( Singgasana yang dititipkan oleh Prabu Rama Wijaya di dasar lautan) dan terjadilah Perjanjian/Sumpah Sakral antara Kanjeng Ratu Kidul dan Raja Pertama tanah Jawa, yang tidak dapat dilanggar oleh Raja-Raja Jawa yang Turun Temurun atau Raja-Raja Penerus.
Satu sumber menyebutkan bahwa tari ini diciptakan oleh Penembahan Sanapati-Raja Mataram pertama-sewaktu bersemadi di Pantai Selatan. Ceritanya, dalam semadinya Penembahan Senapati bertemu dengan Kanjeng Ratu Kencanasari (Ratu Kidul) yang sedang menari.
Selanjutnya, penguasa laut Selatan ini mengajarkannya pada penguasa Mataram ini.
Sumber lainnya menyebutkan bahwa tari Bedhaya Ketawang ini diciptakan oleh Sultan Agung Anyakrakusuma (cucu Panembahan Senapati). Menurut Kitab Wedhapradangga yang dianggap pencipta tarian ini adalah Sultan Agung (1613-1645), raja terbesar dari kerajaan Mataram bersama Kanjeng Ratu Kencanasari, penguasa laut Selatan. Ceritanya, ketika Sultan Agung sedang bersemadi, tiba-tiba mendengar alunan sebuah gending. Kemudian Sultan Agung berinisatif menciptakan gerakan-gerakan tari yang disesuaikan dengan alunan gending yang pernah didengar dalam alam semadinya itu. Akhirnya, gerakan-gerakan tari itu bisa dihasilkan dengan sempurna dan kemudian dinamakan tari Bedhaya Ketawang.
sebelum dilaksanakan tarian sakral ini ada beberapa laku atau aturan atu yang disebut juga upacara ritus yang harus dipenuhi oleh karaton dan para penari tersebut yaitu:
Untuk Keraton harus melakukan upacara atau ritus Labuhan atau Larungan (persembahan korban) yang berupa sesaji di 4 titik ujung/titik mata angin disekitar keraton. Disini keraton diibaratkan sebagai pusat dari Kosmis dari dunia dan keempat titik penjuru melambangkan alam semesta,letak geografis dan mitologis keempat titik tersebut adalah:
1. Di Bagian Utara terdapat Gunung Merapi dengan penguasa Kanjeng ratu Sekar
2. Di Daerah Selatan terdapat Segoro Kidul atau laut kidul dengan penguasa Nyi Rara Kidul
3. Bagian Barat terdapat Tawang Sari kahyangan ndlpih dengan penguasa Sang Hyang Pramori (Durga di hutan Krendowahono)
4. Dibagian Timur terdapat Taawang Mangu dengan Argodalem Tirtomoyo sebagai penguasa dan Gunung Lawu dengan Kyai Sunan lawu sebagai penguasanya.
selain itu putri-putri yang ikut menari bedoyo ketawang diwajibkan menjalankan puasa tertentu sebelum melakukan tarian.
Pada malam setiap latihan hanya pada hari anggara kasih yaitu ke 9 penari termasuk Kanjeng Ratu kidul diyakini memasuki sitihinggil dengan arah Pradaksina disekitar raja,mereka itu perlambang cakrawala dan membuat formasi nawagraha, perbintangan kartika : 2 + 5 + 2. atas irama gamelan para penari melambangkan peredaran tata tertip kosmis azali yang teratur :