WBN│Titik terang pembangunan waduk atas program strategis nasional, Nawacita untuk Kabupaten Nagekeo, NTT, nampak semakin terbuka atau hanya tinggal beberapa langkah lagi yang perlu dilakukan dalam semangat keadilan, keterbukaan, saling meluruskan ataupun saling mengoreksi secara bersama-sama.
Demikian petikan liputan khusus media ini atas sejumlah langkah kerja dan komunikasi yang terjadi di Kabupaten Nagekeo, Pulau Flores, NTT, (15/03/2022).
Sebelumnya dikabarkan, Kapolres Nagekeo AKBP Yudha Pranata, S.I.K.,SH tempuh sejumlah langkah pendekatan budaya terhadap Masyarakat Adat Labo khususnya Suku Ebudai dan Masyarakat Adat Kawa, hingga menghasilkan sejumlah kesepahaman bersama, diantaranya mendukung pembangunan waduk.
Selain itu, kepada Kapolres Nagekeo AKBP Yudha Pranata, S.I.K.,SH, warga adat kedua suku juga menyampaikan aspirasi mereka untuk segera dilakukan pengukuran ulang tanah mereka yang mau dipakai untuk membangun waduk.
Dalam kesaksian mereka kepada Kapolres Nagekeo, AKBP Yudha Pranata, S.I.K.,SH, mereka menjelaskan alasan mengapa pengukuran ulang harus dilakukan, karena saat pengukuran tanah sebelumnya tidak melibatkan mereka selaku pemiik ulayat atau pemilik tanah adat, sebaliknya hanya melibatkan pihak-pihak tertentu saja.
“Kami keberatan terhadap data hasil pengukuran awal, sebab saat awal pengukuran tidak melibatkan kami selaku ulayat pemilik tanah adat, tetapi hanya melibatkan pihak-pihak tertentu saja. Kami juga meminta nama waduk diganti dengan nama Waduk Kawa Lambo, sebab mewakili roh adat kita dimana waduk berpijak, penyatuan waduk dengan tanah dan batu budaya, dan kita mengakui bahwa sebagian besar lokasi pembangunan waduk atau pijakannya berada di atas tanah ulayat adat Kawa dan Labo”, ungkap Urbanus Papu, Vinsensius Penga, Klemens Lae kepada tim media ini, Senin (14/03).
Dikutip WBN, menurut mereka, hingga memasuki pertengahan Bulan Maret tahun 2022, mereka tidak mengetahui secara akurat, berapa hektar tanah adat mereka yang mau digunakan untuk membangun waduk.
“Kami hanya tahu bahwa tanah adat kami dipakai untuk dibangun waduk, tetapi kami tidak mengetahui secara pasti berapa hektar tanah adat kami yang mereka ukur untuk membangun waduk. Kalau benar-benar mau membangun waduk, mengapa hal-hal yang seperti ini, dijadikan perdebatan dimana-mana di saat kami selaku pemilik ulayat mendesak pengukuran ulang di seluruh tanah kami yang mau dipakai untuk membangun waduk”, tambah mereka.
Mereka juga mengungkap, jika pengukuran ulang hanya mau dilakukan pada empat titik, maka kegiatan pengukuran ulang tidak mencerminkan azas keterbukaan dan niat baik yang mengedepankan semangat waduk harus dibangun di Kabupaten Nagekeo.
“Kami minta ukur ulang dilakukan pada semua tanah adat kami Kawa yang mau dipakai untuk membangun waduk. Kami dukung pembangunan waduk mulai dari awal dan sampai saat ini pun kami nyatakan mendukung pembangunan waduk. Jika menggunakan data lama dan hanya mau mengukur ulang tetapi hanya pada empat titik lokasi di tanah adat kami, pertanyaannya, benar kah hanya empat titik tanah ulayat masyarakat adat Kawa yang mau dipakai untuk membangun waduk?. Lalu, jika di lapangan kami temukan bahwa tidak hanya empat titik di lokasi tanah adat kami yang mau dibangun waduk, nah itu mau di klaim sebagai tanah milik siapa?. Jangan lupa, kami juga menemukan data bahwa ada suku palsu dalam proses ini dan sampai saat ini tidak pernah menjadi perhatian semua pihak. Suku palsu bernama Suku Wawo Lobo Toro misalnya, itu tertuang dalam administrasi negara, namun seolah-olah tidak merupakan masalah dan kejahatan. Sebaliknya, kami masyarakat adat Kawa yang benar-benar nyata dan memiliki tanah, lalu tanah kami mau dipakai untuk membangun waduk, malah nama kami tidak dimunculkan sebagai pemilik tanah adat. Maka, jika pengukuran nanti hanya pada empat titik itu, kami terpaksa menilai ada sesuatu yang tidak beres namun dibiarkan begitu saja. Mari kita selesaikan semua ini dengan arif, jujur, terbuka, adil dan bijaksana”, ungkap mereka.
Menutup ungkapan mereka, Masyarakat Adat Kawa melalui para Tokoh Adat lagi-lagi menyampaikan terimakasih kepada Kapolres Nagekeo, AKBP Yudha Pranata, S.I.K.,SH yang sangat terbuka menyerap seluruh aspirasi mereka dengan segala kearifan budaya dalam pola pendekatan yang sangat bersahabat.
“Kami mau sampaikan juga terimakasih banyak kepada Bapak Kapolres Nagekeo, AKBP Yudha Pranata, S.I.K.,SH, atas segala kebaikan, kearifan dan kebijaksanaan, datang menemui kami, mendengarkan keluh kesah kami dan saling berbagi pandangan dengan kami dalam proses ini, Tuhan Yesus memberkati Bapak Kapolres AKBP Yudha Pranata, S.I.K.,SH dalam tugas dan karya kebaikan untuk kami masyarakat”, tutup mereka.
WBN│Tim│Editor-Aurel