WBN, INDRAMAYU – Di Desa Cemara Wetan Kecamatan Cantigi Kabupaten Indramayu
sangatlah unik dimana penduduknya beragam adat budaya dan profesinya mayoritas yaitu nelayan dan petani tambak. Desa Cemara ini sangat terpencil jauh dari perkotaan atau desa yang terisolir. Namun konon dahulu kala banyak pendatang yang kemudian menetap disana karena disana ada muara -muara sungai yang ramai yang kita kenal dengan nama Muara Kali Kombaya, Kedung Cowet dan sebagainya dengan dibuktikan adanya Komplek Pemakaman China atau Bong China. Penduduk China ini juga akhirnya menyebar keselatan sampai wilayah Krimun, Jangga, Cikedung sampai Desa Tugu Lelea.
Sebuah bukti sejarah bahwasanya konon di tempat ini pernah menjadi komplek mukim orang cina kuno, Dalam batu nisan terukir tahun 1935 berarti jauh kebelakang dari tahun sebelumnya pernah ada peradaban yg sangat lama dengan di temukanya bukti lain seperti mercusuar berbahan kayu, Ada juga penemuan lainya seperti Mangkok, Gelas, Piring yang berbahan dasar keramik. penemuan lainya yaitu sebuah kompleks rumah mukim yang kini tinggal puing batu bata saja yang sekarang lokasi tersebut sudah menjadi empang tambak
Menurut cerita masyarakat bahwa Desa Cemara berasal dari sebuah pohon cemara, pohon tersebut istimewa karena dahulu banyak orang melihat cahaya terang dari belahan batang pohon tersebut dan sangat angker kemudian Pohon Cemara ini dijadikan simbol untuk nama desa serta sebagai petunjuk atau semacam mercusuar bagi para nelayan untuk bersandar di pelabuhan Desa Cemara pada saat itu. Desa Cemara Wetan juga pernah menjadi persembunyian pasukan Setan Pimpinan Sentot dalam perang kemerdekaan Republik Indonesia.
Jauh sebelum itu Konon menurut sejarah cerita dari Masyarakat di sana dulunya telah terjadi sebuah pertarungan antara dua prajurit kerajaan yang cukup digjaya sehingga terbentuklah sebuah kubangan berbentuk Cowet yang cukup besar, Pertarungan tersebut antara Ki Gede Tapa Suropati dari Majapahit yang diutus oleh Parbu Brawijaya untuk mengabdi di Kesultanan Cirebon dengan Siluman Ula Lempe.
Dalam perjalanannya Ki Gede Tapa Suropati dihadang oleh Siluman Ular Lempe, Setelah kalah perang Siluman Ular tersebut menjadi sebuah Pusaka yaitu Keris Lemping Geni. Kemudian Siluman Keris Lemping Geni diminta untuk menjaga kedua anak Ki Gede Tapa yaitu Arya Geni dan Pringgabaya karena lupa tidak diurus, Kedua putranya pergi dari Keraton Cirebon lalu datang di Muara Sungai ini ( Kedung Cowet ) lalu Ki Gede Tapa Suropati marah dan mengutuk Kedua Putranya menjadi Buaya Buntung setelah kejadian tersebut terjadilah peperangan antara Siluman Keris Lemping Geni yang diutus oleh Ki Gede Tapa dan Siluman Buaya Buntung ( Kedua Putra Ki Gede Tapa ) dan saling melingkar seperti Cowet.
Menurut cerita masyarakat juga bila kita memancing di sana sebagai Ritualnya harus melemparkan Singkong Bakar ke sungai, Hal ini dilakukan agar penghuni di sana tidak mengganggu dan memberikan ikan sebagai tangkapannya, Konon menurut cerita orang di sana penghuni kedung Cowet adalah seekor Buaya Buntung yang kadang mengganggu para pemancing juga terdapat kerajaan atau keraton gaib serta terdapat peninggalan bekas sumur yang dulu airnya sering di jadikan obat.
Selain cerita mistis terdapat Eksotis Wisata yang sangat indah serta menawarkan kesejukan, Kedung Cowet Desa Cemara menyuguhkan suasana yang asri berupa hamparan hutan Mangrove berbagai jenis tumbuhan seperti Pohon Bakau, Kapidada, Api – api dan lain sebagainya, Luas Hutan Mangrove ± 1.721Ha yang tumbuh di kanan kiri sungai, Pengunjung bisa menyusuri alam sampai menuju muara sungai yang berada di pinggiran laut dengan menaiki Perahu motor yang bisa di sewa hingga sampai dimana tempat Ikan –ikan bersarang dan memberikan pemandangan laut yang cukup indah.
Masyarakat Indramayu biasa menyebut Kedung Cowet dengan istilah Amazone Indramayu
( Cp.Enjoy)