Hari Minggu 7 NoVember 2021 siang jam 14:10 Wita saya bersama Istri dan Kakak Ipar bertemu Mama Suster Eustochia, SSpS bersama dua orang suster yang menemani Mama Suster Eustochia, SSpS dalam acara sambut baru keponakan Mama Suster.
Kami memanggil Suster Eustochia, SSpS dengan sapaan Mama Suster Esto.
Seperti biasa terjadi saling menyapa dan senda gurau. Usai makan saya dipanggil oleh Suster Eustochia, SSpS agar bergabung dengan Romo Anis Sato, para Suster dan beberapa orang dari Nggela Kabupaten Ende.
Mama Suster Esto, SSpS mencoba bercanda, bahwa mau minum bir. Saya langsung mengingatkan, “mama suster jangan aneh-aneh, nanti ada apa-apa kami yang repot’, kata ku menanggapi guyonan Mama Suster Esto.
Mendengar itu, Mama Suster Esto, SSpS tersenyum lalu tertawa sambil berkata ‘Siflan, saya tidak minum. Saya sengaja saja. Siflan minum bir dan makan daging rw”, kata mama Suster Eustochia, SSpS. (red ; rw adalah olahan lokal daging khusus dalam kebiasaan warga NTT).
Selanjutnya, saya bersama Romo Anis, bapak dari Nggela mulai meneguk bir. Romo Anis dan bapak tidak makan daging rw. Saya menikmati bir dan daging rw sembari ngobrol dengan Mama Suster Eustochia, SSpS. Jam 3:37 saya bersama Istri pamit untuk berkeliling guna memenuhi sejumlah undangan lainnya mengikuti acara syukuran sambut baru hingga malam jam 19:45.
Setelah itu saya kembali ke rumah dan beristrahat. Saya bangun pagi jam 4.00 wita subuh. Setelah mandi dan berdoa untuk perjalanan keluar kota tujuan Bajawa Kabupaten Ngada, pada saat saya mengambil kunci mobil, Istri dengan nada sedih dan linangan air mata menyampaikan kabar bahwa Mama Suster Eustochia, SSpS telah pergi untuk selamanya, atau telah meninggal dunia. Saya tertegun, tidak terasa air mata membasahi pipi. Sungguh sedih. Kaki dan tangan terasa lemas.
Saya dan Istri berdoa untuk jiwa Mama Suster Esto. Keputusan berangkat menuju Bajawa tetap jalan. Mohon maaf karena saya tidak sempat melayat Mama Suster. Bahkan tidak sempat ikut mengantar Mama Suster Esto ke tempat istrahat terakir.
Dalam perjalanan menuju Bajawa (Flores) sampai di Nangapenda mobil macet. Saya bingung sebab saya awam soal mesin mobil. Saya telepon ipar di Bajawa. Om Johni datang ke Nangapenda dan perbaiki, lalu selesai sekitar jam 6.00 sore. Saya lanjutkan perjalanan menuju Bajawa.
Dengan rasa letih dan sedih ditinggal sosok Mama Suster Esto yang selalu membayangi, jujur perasaan saya tergugah dan sedikit protes. Tuhan….. Terlalu cepat kau panggil Mama Suster Esto.
Tanggal 21 Desember (bulan depan 2021) Mama Suster Esto genap usia 80 tahun. Mama Suster Esto sosok pejuang kemanusiaan yang universal. Tidak pandang ras, suku dan agama. Sosok yang sederhana dan rendah hati. Sosok yang penuh cinta dan kasih terhadap semuanya anak manusia di muka bumi. Tuhan…. Kau panggil sosok yang jujur, lugu dan bijaksana. Mengerti apa yang tersirat dalam jiwa semua anak manusia. Hujan air mata dari pelosok negeri, saat melepas Mama Suster Esto pergi. Berjuta kepala tertunduk haru, terlintas nama Mama Suster Esto, yang selalu terkenang, nama mu Suster Esto.
Baca berita terkait : http://https://warisanbudayanusantara.com/2021/11/09/selamat-jalan-pejuang-nilai-dan-keadilan-suster-eustochia-ssps/
Terbayang baktimu,…terbayang jasamu.. Terbayang jelas jiwa jiwa sederhanamu.. Bernisan kafan,, bersujud doa…. Dari kami kami, yang merindukan orang seperti mu…
Mohon maaf atas sikap, kata dan kalimat dari saya selama ini yang tidak berkenan di hati Mama Suster. Saya sadar selama ini Mama Suster selalu tegur dan ingatkan saya untuk kasih terhadap sesama.
Kasih itu sabar, kasih itu lemah lembut… Selamat Jalan Mama Suster Estho. Kita saling mendoakan. Saya yakin dan percaya jiwa Mama Suster Estho bersama para kudus di surga. Tuhan memberkati.
Bajawa, Flores, 9 November 2021, jam 9:15 wita.. Siflan Angi.