Ketegangan China Dan Taiwan Diperkirakan Potensial Meningkat

WBN│Ketegangan yang dimulai dengan perang saudara antara China dan Taiwan pada tahun 1949, Komunis Mao Zedong mengambil alih kekuasaan di Beijing usai mengalahkan komando Chiang Kai-shek, selanjutnya Taiwan ingin berdiri sendiri secara demokratis dan China bersumpah akan merebut paksa kembali, diperkirakan kewaspadaan kedua negara meningkat seiring Rusia melancarkan Invasi ke Ukraina.

Direktur CIA, William Burns melalui sebuah konferensi dikutip Rusia Today, (7/5) menyebut, Presiden China Xi Jinping sangat berhati-hati atas reaksi Barat atas operasi militer Rusia di Ukraina. Presiden China Xi Jinping sedang mempelajari langkah potensial yang harus dilakukan untuk invasi ke Taiwan. William Burns juga mengatakan hal ini dalam acara Financial Times, Washington, (RT,7/5).

Menurut dia, kemajuan invasi Rusia ke Ukraina Timur serta meningkatnya skala tanggapan Barat, dapat mempengaruhi rencana Beijing untuk Taiwan. Selanjutnya, apa yang telah dilakukan oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin, membuat orang Eropa dan Amerika lebih dekat dan secara bersama mempelajari dengan hati-hati mengambil langkah apa yang harus dilakukan untuk Taiwan.

Sebelumnya, meski belum terbukti, diketahui sejumlah pemimpin di Taipei dan kawasan Asia Timur berulang kali memperingatkan bahwa serangan Rusia terhadap Ukraina dapat memicu China melakukan tindakan di Taiwan.

Dikabarkan sejumlah televisi dan media barat, bahwa dalam beberapa bulan terakhir Militer Taiwan telah mengadakan latihan militer, sementara Amerika Serikat pasalnya menekan Taipei untuk memesan senjata yang dirancang untuk mengusir invasi laut oleh China.

Media manca negara juga menyebut, Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan mengatakan, beberapa kali Beijing telah menembus zona pertahanan udara, yang melibatkan pembom berkemampuan nuklir.

Sebelumnya, China merupakan salah satu Negara yang secara tegas menolak seruan Barat untuk mengecam dan memberikan sanksi kepada Rusia atas perang di Ukraina.

Sebaliknya, Beijing mengutuk Amerika Serikat yang membangun aliansi Anti-China dengan melibatkan sejumlah negara aliansi.

Pada Maret 2022, saat didesak mengutuk Rusia atas serangan ke Ukraina, Kementerian Luar Negeri China menjawab NATO, bahwa China tidak akan mendengarkan ceramah keadilan dari para pelaku hukum internasional.

WBN │Rangkuman Aktualita Manca Negara

Share It.....