WBN│Tidak hanya tentang tangisan orang-orang terzolimi di sekitaran bumi Nusa Tenggara Timur yang dibelanya dengan mempertaruhkan jiwa dan raga, namun dunia keadilan telah kehilangan salah satu sosok penjaga nilai-nilai keadilan di negeri ini, Suster Eustochia, SSpS.
Senin Tanggal 8 November 2021 dini hari, Rumah Sakit Santo Gabriel Kewapante, Kabupaten Sikka di Pulau Flores, Provinsi NTT menjadi saksi kepergian kekal seorang Suster Pejuang Nilai dan Keadilan, Suster Eustochia, SSpS, kelahiran Ende, tanggal 26 Desember 1943.
SSpS atau Servae Spiritus Sanctus adalah Suster Misi Abdi Roh Kudus. Misi Abdi Roh Kudus adalah salah satu tarekat atau kongregasi religius atau ordo keagamaan Katolik yang mempunyai nama resmi Servae Spiritus Sanctus, yang berarti Misi Abdi Roh Kudus. Kongregasi ini didirikan oleh Santo Arnoldus Janssen pada tanggal 08 Desember 1889 bersama dengan dua orang rekan biarawati yakni Beata Maria Helena Stollenwerk dan Beata Josefa Hendrina Stenmanns, di Steyl, suatu tempat di Negara Belanda wilayah perbatasan Negera Jerman. Anggota yang tergabung di dalam kongregasi ini menghayati hidup Misioner sebagai Biarawati atau lebih dikenal dengan sebutan Suster. Sebelumnya Santo Arnoldus Janssen juga mendirikan Kongregasi Societas Verbi Divini (SVD) atau yang dikenal dengan sebutan Serikat Sabda Allah, yakni suatu tarekat Misionaris Biarawan, yang terdiri dari Imam (atau calon imam, yaitu frater) dan Bruder.
Suster Eustochia, SSpS adalah seorang aktivis tulen, keadilan untuk manusia, yang gigih memperjuangkan hak-hak kaum perempuan dan anak di bumi Nusa Tenggara Timur. Suster Eustochia, SSpS adalah Koordinator Divisi Perempuan dalam Tim Relawan Untuk Kemanusiaan Flores, atau disingkat TRUK-F. Yang menjunjung tinggi misi perjuangan kemanusiaan bagi segenap sesama, dengan tanpa batas, tanpa memandang apapun latar belakang, asal muasal, keturunan, ras, agama, suku dan bangsa.
Suster Eustochia, SSpS menjunjung penghormatan yang sangat tinggi terhadap keadilan, agar keadilan tidak hanya sebatas ucapan manusia, namun harus berwujud nyata dalam peradaban umat manusia di muka bumi ini.
Tapak dan lakon perjuangannya dalam membela keadilan bagi sesama, Suster Eustochia, SSpS tidak jarang harus mempertaruhkan resiko ancaman nyawa, cacian, sindiran, olokan dan segala macam bentuk perlawanan pikiran maupun upaya nyata untuk dapat menghentikan suara-suara moral pergerakan nyata Suster Eustochia, SSpS bersama Truk-F sebagai organ gerakan nurani untuk keadilan manusia.
Dalam suatu kesempatan semasa hidupnya, Suster Eustochia, SSpS menoreh sebuah perjumpaan kemitraan Gereja dan Pers dengan salah satu redaktur Pers WBN cabang NTT. Suster Eustochia, SSpS membagi begitu banyak pengetahuan atau gagasan, refleksi, motivasi hingga riwayat tantangan yang pernah dialaminya dalam kisah perjuangan keberpihakan bagi para korban, sesama.
Jejak perjuangan membela keadilan dan kebenaran, berjuang bagi hak-hak kaum perempuan dan anak, tidak jarang Suster Eustochia, SSpS harus berhadapan dengan kaum-kaum cerdik pandai, elit politik atau kaum-kaum yang memiliki kuasa dan kewenangan dalam bernegara, tanpa kecuali unsur Polri, unsur TNI, unsur Kepala Dinas, unsur Kepala Daerah, hingga kalangan umum yang memiliki kuasa ekonomi dan jaringan cukup disegani dalam dunia dan levelnya masing-masing.
Suster Eustochia, SSpS juga sangat gigih menuntut keadilan terhadap perkara-perkara eksploitasi anak di Kabupaten Sikka Pulau Flores, Provinsi NTT. Suster Eustochia, SSpS mendesak negara melalui berbagai tingkatan dan tupoksinya untuk mengambil posisi dan langkah mengedepankan rasa keadilan bagi masyarakat dan secara khusus kaum-kaum tertindas, kaum yang dizolimi.
Gerakan perjuangan Suster Eustochia, SSpS tidak hanya tentang penanganan kasus, namun dia melangkah mulai dari membaca gejala, gerakan antisipasi, gerakan penanganan hingga gerakan rehabilitasi mental atau psikis orang-orang tertindas.
Pencegahan dan penanganan perkara kekerasan terhadap kaum perempuan dan anak adalah salah satu fokus dedikasi Suster Eustochia, SSpS.
Selamat Jalan Suster Eustochia, SSpS. Raga mu telah tiada, namun cinta dan jiwa mu selalu hidup untuk kehidupan dalam budaya keberpihakan kepada kaum tertindas di bumi NKRI ini.
Salam duka seluruh Managemen Pers Warisan Budaya Nusantara (WBN) NKRI. Rest In Peace (RIP) : Beristirahatlah Dalam Damai.
WBN│Editor-Aurel