Tembang Macapat, Hipnotis Penonton diacara Peresmian Makam Keramat Magede Taswi

WBN, INDRAMAYU – Tembang Macapat dalam cerita Putri Andayasari berhasil menghipnotis masyarakat desa Tawangsari dan sekitarnya saat didendangkan dalam acara Peresmian Cagar Budaya makam keramat buyut kegeden magede Taswi didesa Tawangsari Kecamatan Arahan Kabupaten Indramayu Jawa Barat, pada Selasa malam (26/7/2022).

Seni Musik Tembang Macapat (Pujangga) khas dermayonan itu dimainkan seniman asal rombongan Desa Tambi, Kec. Sliyeg, Kab. Indramayu, Bambang Harwito Saat didendangkan mendapat sambutan meriah penonton yang memenuhi aula pelataran makam.

Dalang Bambang Harwito mengatakan kegiatan ini penampilan Macapat sebagai salah satu warisan orisinil dan tradisional nusantara.

Kehadiran seni budaya ini akan terus ditingkatkan untuk mendorong pemahaman masyarakat di Indramayu Sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kemauan penerus seni mendatang sebagai warisan leluhur.

” Saya selalu mencari cara agar anak-anak muda di desa ini mau belajar macapat.” ucap Bambang.

Ia menggambarkan kegetiran dan sulitnya merawat budaya macapat.

Dikatakannya bahwa perkembangan teknologi informasi di satu sisi memudahkan manusia untuk menambah ilmu dan memenuhi segala kebutuhannya.

Namun di sisi lain perangkat cerdas itu justru menjauhkan masyarakat dari jati dirinya yang memiliki tanggung jawab untuk memelihara warisan leluhur. Anak-anak muda kini justru terlena dengan perangkat modern yang serba tahu segala sesuatu itu.

Macapat, seni tembang atau membaca cerita dengan cara dilagukan, adalah warisan mulia yang tidak boleh punah ditelan zaman.

Seni tembang yang diciptakan oleh Wali Sanga, penyebar Islam di Nusantara nantinya hanya akan menjadi cerita sejarah masa lalu jika anak muda tidak ada lagi yang mau belajar.

Mengapa macapat harus dilestarikan? Karena di macapat ada nilai-nilai luhur yang efektif untuk membentuk karakter generasi muda di masa mendatang.

Seni Macapat, bagi Bambang dan generasi tua lain yang peduli, merupakan seni yang mengandung nilai-nilai tinggi terkait agama, adat dan sopan santun.

Indramayu yang identik dengan masyarakat Islam, membuat macapat memiliki peran tidak kecil dalam syiar ajaran agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW itu.

Sejarah macapat itu, menurut Bambag bermula saat Wali Sanga bermusyawarah bagaimana agar Islam juga menjadi agama yang dianut oleh masyarakat Indonesia kuno kala itu.

“Kita ikuti budaya masyarakat dulu, kemudian nilai Islam pelan-pelan masuk,” begitu pendapat Sunan Kalijaga, sebagaimana dikutip oleh Bambang.

Karena itu, menurut Bambang, macapat bisa digolongkan sebagai sarana dakwah bagi masyarakat.

Menurut dia, macapat itu adalah sarana untuk memperkuat iman Islam. Saya hanya bisa meneruskan tradisi ini sambil berharap ada anak muda yang tertarik ikut,” katanya.

Tidak hanya berisi pendidikan agama yang terkait ritual serta kewajiban ibadah langsung kepada Allah. Bagaimana relasi suami dengan istri juga diajarkan dalam tembang macapat itu.(Anton K)

Share It.....