Menelusuri Jejak Warisan Sejarah Islam di Bima

WBN | Kota Bima – Suku Mbojo atau masyarakat Bima memiliki warisan peninggalan sejarah yang bernilai agama. Hal tersebut dapat ditemui dari jejak-jejak peninggalan sejarah Islam di Bima. Menilik dari aspek sosio budaya, melambangkan hierarki status, kekayaan dan turut digunakan dalam adat tradisi masyarakat Suku Bima.



Secara turun-temurun masyarakat Bima menjunjung tinggi serta menghormati warisan adat dan tradisi para leluhurnya, dengan serta merta menjaga dan melestarikan keberadaannya. Hal itu, sebagai bukti masyarakat suku Bima memegang erat nilai-nilai luhur kepercayaannya terhadap ajaran Islam sebagai tonggak dalam kehidupan sehari-hari.

Bukti dan jejak-jejak peninggalan sejarah Islam di Bima, dapat dijumpai hingga saat ini, di antaranya :

1. Perkuburan Tolobali terletak di Bima, yakni berupa dua buah kuburan yang kijingnya berbentuk kubah. Kubah kuburan ini memiliki kesamaan bentuk dengan kuburan Sultan Goa di Sulawesi Selatan. Dua kuburan ini merupakan kuburan ulama besar yang berjasa dalam mengajarkan agama Islam di Bima, yaitu Syeikh Umar dan Syeikh Banta.

Pada saat itu, Sultan sangat menghormati dan mencintai ulama sehingga didatangkanlah Syeikh Umar dari Banten, untuk mengajarkan ajaran Islam di Bima. Kedatangan Syeikh Umar dan Syeikh Banta terjadi setelah dua ulama dari Makassar, yaitu Datuk Dibandang dan Datuk Ditiro pulang kembali ke daerahnya.

2. Kuburan Dana Traha terletak di atas bukit bagian Selatan kota Bima, yang merupakan kompleks perkuburan raja-raja Bima beserta keturunannya. Sultan Abdul Kahir yang merupakan sultan pertama di Bima juga dimakamkan di tempat ini.

3. Kuburan Bata yang terletak di Rasana’e Bima, merupakan kuburan para bangsawan Bima pada masa lalu.

4. Kuburan Kecil di pulau Kambing, merupakan makam wakil sultan Bima di Manggarai yang meninggal tahun 1223 H.

5. Masjid lama Bima yang dibangun oleh Sultan Abdul Hamid Muhammad Syah yang hidup sekitar tahun 1762 sampai 1819 Masehi.

6. Kuburan Wazir, merupakan kuburan perdana menteri Abdul Samad Ompu La Muni yang terletak di bukit Dana Traha, yang terletak di sebelah Selatan Kota Bima.
Untuk memperingati masuknya Islam di Kota Bima, maka pada Bulan Maulid, yakni Bulan Rabi’ul Awal selama 5 hingga 15 hari diadakan acara adat yang bernama Sirih Puan. Selain untuk memperingati masuknya Islam di Bima, acara ini tentu untuk memperingati sejarah Nabi Muhammad saw (Maulid Nabi), memperingati berdirinya kesultanan Bima serta mengenang jasa-jasa para alim ulama yang ikut serta dalam mengembangkan ajaran Islam di daerah Bima.



Adanya acara Sirih Puan ini dapat meningkatkan pengetahuan umat akan sejarah serta meningkatkan rasa cinta umat Islam di Bima kepada Nabi Muhammad saw, para alim ulama, serta mampu pula meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan umat. Hal ini membuat tentara Portugis dan Belanda pada saat itu kesulitan untuk menguasai daerah Bima. (GUNTUR)

Share It.....