Maros,WBN-Pada Pemilihan Bupati (Pilbup) Maros 2024, pasangan tunggal Chaidir Syam-Muetazim Mansyur menghadapi tantangan tak terduga. Muncul gerakan dari kelompok relawan kotak kosong yang bertekad mengajak masyarakat untuk memilih kotak kosong dalam pemilihan ini.
Salah satu penggerak utama gerakan ini adalah Syafar HT. Ia mengungkapkan bahwa pada awalnya ia mengira dialah yang pertama kali menginisiasi gerakan kotak kosong. Namun, ternyata ada beberapa kelompok relawan lain yang memiliki misi serupa.
“Mereka bergerak secara mandiri. Ada yang melakukannya secara diam-diam, ada pula yang lebih terbuka. Gerakan ini terbentuk secara alami dan tidak tersusun secara sistematis,” ujar Syafar pada Rabu (2/10/2024).
Menurutnya, simpul-simpul relawan ini tidak berafiliasi dengan partai politik manapun. Mereka mengajak masyarakat untuk tetap berpartisipasi dalam pemilu dengan datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada 27 November 2024, namun memilih kotak kosong sebagai bentuk protes.
Di surat suara Pilbup Maros, terdapat dua pilihan: nomor urut 1 untuk kotak kosong dan nomor urut 2 untuk pasangan calon Chaidir Syam-Muetazim Mansyur. Hingga kini, Syafar mengklaim bahwa sebanyak 182 orang telah bergabung dengan gerakannya.
Gerakan kotak kosong ini bukan tanpa alasan. Syafar menekankan bahwa salah satu motivasi utama gerakan ini adalah untuk mendorong pendidikan politik yang lebih baik dari partai politik. Menurutnya, partai seharusnya berperan aktif dalam memberikan pendidikan politik kepada masyarakat, bukan hanya berfokus pada satu pasangan calon.
“Gerakan ini muncul dari kesadaran. Tidak ada unsur kebencian terhadap pasangan calon. Kami ingin menunjukkan bahwa masyarakat menginginkan pilihan yang lebih beragam, dan partai harus lebih bertanggung jawab dalam mendidik masyarakat politik,” tegasnya
Syafar bersama para relawan kotak kosong terus memperluas gerakan mereka, terutama melalui media sosial.
Tujuan utamanya adalah memenangkan kotak kosong sehingga Pilkada bisa diulang pada tahun 2025, dengan harapan akan muncul lebih banyak calon pemimpin dari berbagai partai politik.
“Gerakan ini adalah upaya untuk membangkitkan kesadaran partai politik agar mereka memunculkan lebih banyak pemimpin potensial di masa mendatang. Ini bukan tentang kebencian, melainkan tentang pendidikan politik yang seharusnya diberikan oleh partai kepada masyarakat,” tutup Syafar.