WBN, Indramayu, JABAR – Keluarga seniman yang sudah puluhan tahun, merintis dan mempertahankan kesenian tradisional ini berada di Desa Gadingan, Kec. Sliyeg, Kab. Indramayu,
Di rintis oleh Alm. Narpan mulai di rintis sejak tahun 1940an mengalami masa-masa emas di Tahun 1950an, dengan nama kelompok seni Murti Budaya.
Dan di teruskan oleh anaknya Murido yang akrab di panggil Rido
Dan meneruskan kejayaanya sampai di tahun 1972. Dan Rido memutuskan untuk berhenti melakukan pagelaran, di karenakan kondisi fisik yang tidak memungkinkan.(28/01).

Saat itu pula nama besar Murti Budaya mengalami kemunduran di karenakan kebutuhan masyarakat sudah bergeser meninggalkan seni tradisi.
Darah seni yang mengalir dalam darah Rido (71) Sehingga rasa ini, tidak rela akan di tinggalkan warisan sang Ayah, Alm. Narpan Begitu saja, apa lagi harus mati atau hilang. Betapa sulitnya merintis, membangun hingga terbentuknya sebuah kelompok seni yang pernah jaya pada masa itu.
Rido pun hanya melakukan kegiatan pelatihan-pelatihan kepada masyarakat agar dapat meneruskan dan melestarikan kesenian gamelan ini. Rido harus rela berbagi rezeki, antara tanggung jawab menghidupi keluarga dan tanggung jawab mempertahankan kesenian leluhurnya. Jatuh bangun dalam perekonomian sudah menjadi situasi yang tidak asing baginya.
Dengan kondisi itulah keluarga Rido (71) selalu memberikan nasihat kepada anak laki-lakinya Sewaka biasa di panggil Waka (34) untuk selalu ikhlas dan ridho.
Ridho meneruskan apa yang di Sampaikan Alm. Narpan Untuk berbagi dengan ihklas tanpa embel-embel biaya, karena melestarikan adalah bagian dari tanggung jawab kita sebagai seniman.
Tidak ada perjuangan yang
sia-sia, itulah yang di katakan Rido Walaupun tidak di rasakan langsung oleh keluarga, akan tetapi minimal anak didiknya sudah bisa mendapatkan hasil untuk keluarganya dari keahlian bermain gamelan.
Sehingga ayahnya pada masa itu gadingan sempat di kenal sebagai desa Panjak (pemain gamlan untuk kesenian Wayang dan Sandiwara) banyak musisi musisi gamelan yang sudah di ciptakan nya.
Hanya berbekal niat tulus dan tanggung jawab akan pesan Ayah Untuk menjaga dan melestarikan kesenian sebagai kekayaan budaya indramayu.
Dukungan penuh dari Kepala desa Gadingan Narman.
Di temui di sanggar Murti Budaya.
Narman “sudah menjadi kewajiban saya selaku kepala desa untuk melestarikan seluruh potensi-potensi yang ada di desa kami ini, salah satunya adalah kelompok seni yang sudah berkarya sejak puluhan tahun, dan sudah menghasilkan musisi musisi gamelan handal yang sekarang sudah banyak di gunakan oleh kesenian kesenian besar di indramayu, dan kami berusaha mengambalikan desa kami ini sebagai desa Panjak, seperti yang pernah melekat nama itu buat desa kami, Karena Itu Kelompok Seni Murti Budaya membuka untuk siapa saja baik dari desa gadingan sendiri maupun dari luar desa untuk belajar gamelan secara gratis, karena kami sudah anggarkan secara khusus untuk pelestarian kesenian ini.
Papar Narman penuh Semangat.
Ada peninggalan Alm.Narpan yang jarang di ketahui masyarakat luas.
Murti budaya juga punya Gong sakral yang punya cerita menarik, Gong yang terbuat dari Perunggu, peninggalan Alm.Narpan pendiri Murti Budaya Yang dirintisnya pada tahun 1940.
Di ceritakan Oleh Rido “pada tahun 1957 dimana Murti Budaya Merupakan kelompok seni wayang kulit kenamaan indramayu, sedang mengadakan pagelaran di Balai desa Sliyeg, indramayu, diserang dan dibakar oleh DI, (Kelompok separatis) pada saat itu semua pemain gamela berlarian pergi, pada saat itu, Alm. Narpan Berucap kalo saya harus mati terbakar, maka saya akan mati bersama gamelan sembari mendekap Gong, tidak di duga ketika api sudah membakar habis sekeliling area tersebut, seketika api padam tepat di area gamelan. Tidak ada sedikitpun gamelan yang terbakar.
Sejak saat itu Narpan Berpesan ke anak anaknya, “Suatu saat nanti, kalo kalian kurang makan, silahkan jual saja gamelan gamelan ini, tapi tolong Gong Ini jangan pernah Di jual, dan Alhamdulillah, tidak ada satupun alat gamelan yang terjual, semua masih komplit, dan selalu di gunakan sebagai alat latihan anak anak,
Cuma Gong Saja yang di Simpan tidak di gunakan.
Walaupun sebenarnya sayang, benda bersejarah ini di gunakan untuk latihan.
Papar Rido dengan ekspresi Datar.
Team WBN.(B.Ay, ccp.enjoy, ncx.Dr, Roby, Sukron, Ug.) |™red ndra.