WBN l BANDUNG – Ini bukannya mau melawak atau membadut jika kata kelakar menjadi bagian judul diatas, pun bukannnya mau menyamai Nabi jika tugas kemanusiaan menyertai pula. Sepenggal puisi ” Kenapa Ada Air Mata: karya Dede Farhan Aulawi menggambarkan nurani yang pasrah dan berserah diri atas perjalanan dimasanya.

Tak bisa dipungkiri, Puisi adalah bentuk karya sastra Bahasanya yang indah dan penuh makna menjadi salah satu alasan puisi selalu menarik perhatian. Selain itu, tak jarang seseorang menggunakan media puisi untuk menyatakan kasih sayang kepada orang tua atau kerinduan dengan seorang sahabat.

Kalau kita telisik puisi memiliki berbagai macam jenis aliran, seperti puisi lama, puisi baru, dan puisi kontemporer. Semua jenis puisi tersebut masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan sebuah perasaan atau suatu pikiran dari penyair secara imajinatif. Penyair merupakan seseorang yang membuat atau menciptakan sebuah puisi, Jumat  (26/21).

Dalam proses pembuatan puisi, seorang penyair menggunakan bahasa yang penuh makna dan sistematis.

Puisi adalah suatu jenis karya sastra berupa ungkapan isi hati penyair atau penulis yang di dalamnya terdapat irama, ritme dan lirik.

Puisi dapat diumpamakan sebagai duta perasaan dan pikiran penyair. Lewat puisi yang ditulis, penyair selalu berusaha agar apa yang ada dalam perasaan dan pikiran dapat terwakili.

Aspek ekspresi sastra yang mencakup beberapa subaspek dipadatkan menjadi tiga kompetensi, yaitu apresiasi puisi, membaca puisi, dan menulis puisi. “Dalam pelaksanaannya, ekspresi puisi (membaca dan menulis) harus didahului oleh apresiasi,” kata Dede Farhan Aulawi seorang Penyair Kontemporer yang juga dosen Universitas di Bandung dan Jakarta ini.

Menurut Dede sampai saat ini masih banyak orang yang menganggap pengajaran sastra belum sesuai yang diharapkan. Banyak pihak yang menyudutkan guru sebagai penyebab kekurangberhasilan pengajaran sastra, dalam hal ini puisi. Padahal, banyak faktor yang penyebabnya mulai dari perkembangan sastra itu sendiri, lingkungan, model pengajaran, model penilaian, kompetensi guru, materi ajar, buku pelajaran hingga kurikulum.

Dede mengatakan, bahwa puisi memberi kebebasan mengungkapkan apa yang dipikirkan dan rasakan dalam beragam bentuk bahkan dalam bentuk yang paling imajinatif. Isunya dapat berasal dari kejadian yang sederhana sampai dengan hal-hal luar biasa, seperti pandemi ini. “Menyikapi situasi pandemi kita butuh ruang untuk mengungkapkan beragam pemaknaan atau rasa yang dimiliki. Puisi memberi ruang itu, halnya puisi yang saya buat kenapa ada air mata,” ungkapnya.

kenapa ada kelakar ? disini saya tuangkan isi hati melalui candaan hati, adapun tugas kemanusiaannya adalah penjabaran hati yang dituangkan lewat puisi dan dinikmati, diresapi. Karenanya tugas kemanusiaan bisa saja diruangkan melalui karya sastra (puisi).

Kemanusiaan adalah ilmu yang berkaitan dengan pemahaman dan konstruksi sosial-kebudayaan sebagai sebuah proses dinamis di atas platform sains, teknologi, seni dan ilmu sosial humaniora melalui pendekatan transdisiplin. Tujuannya adalah untuk melihat kesalingberkaitan antara sains, teknologi, seni, masyarakat dan kebudayaan serta manifestasinya dalam dinamika kehidupan sosial, ekonomi, politik dan seni untuk menghasilkan gagasan inovatif tentang masyarakat dan kebudayaan. Pengembangan model kajian atau keilmuan.

Peran ilmu kemanusiaan merupakan bentuk implementasi dari “Engineer’s Hipprocatic Oath” yang menyatakan bahwa profesi sains, teknologi dan seni harus memanusiakan pengguna hasil profesi ini. Ilmu Kemanusiaan membuat manusia lebih manusiawi, lebih berbudaya, arif dan santun. Ilmu Kemanusiaan terdiri atas banyak ilmu seperti bahasa, komunikasi, sosiologi, agama, psikologi, dan kewarganegaraan memiliki peran yang tidak kalah penting dibandingkan dengan sains, teknologi, dan seni. Ilmu Kemanusiaan masih sering tidak ditempatkan sebagai mitra dialog ataupun mitra riset oleh disiplin ilmu eksak, teknologi, dan seni, sehingga pemahaman atau kasus yang menyangkut manusia cenderung bersifat parsialistik,” jelas Dede Farhan Aulawi mengakhiri. Rept l Anton K l

 

Share It.....