Oleh : Joey Rihi Ga
Dalam Politik, tidak ada yang abadi. Yang abadi hanyalah kepentingan. Hanya integritas diri yang akan membuat seseorang patut dikenang. Bagi saya pribadi, Jeriko memiliki integritas itu.
Bahwa hari ini dia tak lagi menjadi Ketua Partai, bagi saya itu hanya kesempatan untuk bisa mendengar riuh rendah tepuk tangan para musuh. Sebab waktu itulah yang mereka nantikan. Mereka akan bergembira, Segembira-biranya. Nikmati saja karena semua itu akan berlalu.
Paling tidak kita lebih mampu melihat secara terang benderang siapa Pilatus dan siapa Petrus.Tak ada yang abadi. Mereka yang hari ini bertepuk tangan, toh pada akhirnya akan lunglai di ujung waktu. Sebagai tokoh politik dan Wali Kota, Jefri Riwu More tak akan mampu menyenangkan setiap orang. Tapi ingat tak sedikit juga yang senang padanya. Dalam politik selalu ada tahapan yaitu Minta meminta, paksa-memaksa hingga bunuh membunuh.
Jeriko sudah melewati itu dan dia kokoh berdiri pada prinsip tanpa tergoda hanya untuk sebuah jabatan. Jeriko adalah panglima perang yang tak akan membiarkan pasukannya berlari sendiri dalam bisingan peluru dan bau amis darah di medan laga. Sebab yang mampu membunuh banyak lawan hanyalah seorang prajurit tapi mereka yang mampu menyelamatkan satu nyawa pasukannya adalah pahlawan yang sejati. Bagi saya Jeriko telah memilih jalan seorang pahlawan.
Tak mau mengorbankan pasukan demi jabatan. Apa yang dialami Jeriko saat ini adalah pelajaran berharga untuk direnungi. Yang bermain pada ranah pragmatis akan hilang pada waktunya. 2024, masih jauh. Medan laga pertarungan kursi Wali Kota Kupang masih jauh. Jeriko masih memiliki waktu untuk mengambil nafas.
Diatas semua itu, sebagai Adik, Saya akan tetap berdiri kokoh di belakang Jeriko untuk maju ke medan laga tanpa harus memilih lawan. Dalam perang, medan tempur adalah salah satu kunci kemenangan dan 2024 itu medan kita. Kenali medan, kenali lawan. Kemenangan akan jadi milik kita. Sukses slalu pak Wali Kota dalam membangun Kota Kasih.
Penulis : Joey Rihi Ga