Pendiri Pengelola Desa Wisata Penglipuran Bali Sebut Nagekeo Paket Komplit Wisata

WBN| Usai toreh prestasi sebagai runer up brand wisata the heart of flores tingkat nasional, Pemerintah Kabupaten Nagekeo terus melakukan pengembangan potensi wisata seluruh desa di Nagekeo, sebagai bentuk perubahan dari desa menuju kota.

Desa Ululoga Kampung Pajojera di Kecamatan Mauponggo misalnya, menjadi tuan rumah kegiatan Badan Pengembangan Otoritas Labuan Bajo Flores (BPOBLF) yang mengusung tema ‘menuju desa wisata mandiri berdaya saing dan berkelanjutan.

Sedikitnya 30 desa wisata yang tergabung dalam Floratama (Flores, Lembata, Alor dan Bima) mengikuti kegiatan Badan Pengembangan Otoritas Labuan Bajo Flores.

Bupati Nagekeo, Yohanes Don Bosco Do dalam kata sambutannya memaparkan secara garis besar tentang pemimpin Desa Ululoga sebelumnya, yang menjadi contoh petani cengkeh, petani fanili dan petani pala, dan sekarang menjadi keindahan serta sarang rempah-rempah bernilai tinggi dan pala menjadi rising star.

Bupati Don menghimbau agar menggandeng pengusaha untuk meningkatkan mutu produk sirup pala yang dapat dipasarkan di hotel-hotel bintang lima Labuan Bajo, NTT.

“Kepada peserta seminar, selamat berkumpul, berdiskusi, belajar, menikmati semua yang ada disini memperoleh kenangan dan yang lebih penting pangalaman yang kita serap bersama disni“, ungkap Bupati Don.

Dalam kesempatan yang sama, Pendiri Pengelola Desa Wisata Penglipuran Bali, Inengah Moneng menceritakan tantangan awal saat berdirinya Desa Wisata Palipura hingga dikenal sampai tingkat nasional maupun internasional dengan rekor pemasukan desa wisata per bulan mencapai ± Rp. 1,5 miliar.

Inengah Moneng juga mengapresiasi potensi alam dan budaya yang cukup komplit di Nagekeo Flores. Dia juga memberi apresiasi untuk Bupati Nagekeo yang luar biasa memberi dukungan dan pendampingan.

“Nagekeo ini begitu istimewa, kampung adat Nunungongo yang begitu sakral, Desa Ululoga yang diapiti gunung berapi serta lautan yang dihiasi pemandangan begitu indah. Tidak kalah hebatnya adalah Bupati yang luar biasa. Selama saya berkeliling baru kali ini saya menemukan Bupati yang luar biasa“, ujarnya.

“Apakah arti alam yang indah, budaya yang kuat nan sakaral, bila tidak ada komitmen dan dukungan bersama, baik dari masyarakat maupun pemimpinya. Komitmen yang pertama adalah mampu melestarikan budaya. Berikutnya, melestarikan alam sesuai planing, dan terakhir bagaimana menjaga keharmonisan. Faktor pendukung lainya adalah pemerintah daerah, akademisi dan rekan-rekan media untuk publikasi“, tutupnya.

Hadir pada kesempatan tersebut Kepala Bidang Kelembagaan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada Dinas Pariwisata dan Ekonomi kreaktif Provinsi NTT Thobias Arnoldus Mesakh, Dosen Universitas Binus dan Co-Founder Autorin Reza Permadi, dan Pendiri Serta Pengelolaan Desa Wisata Penglipuran ketua jejaring Pokdaris kabupaten Bangli Inengah Moneng, anggota DPRD kabupaten Nagekeo, beberapa Pimpinan OPD kab. Nagekeo dan keanggotaan Forkopimca Mauponggo.

Desa Wisata Penglipuran terletak di Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali dengan luas wilayah 112 Ha dengan penggunaan wilayah berupa pertanian 50 Ha untuk lahan pertanian, hutan bambu 45 Ha, hutan kayu 4 Ha, pemukiman 9 Ha, tempat suci 4 Ha dan  fasilitas umum.

Desa Wisata Penglipuran terletak cukup strategis, berjarak 60 km dengan jarak tempuh  1 jam 30 menit dari Bandara Internasional Ngurah Rai. Secara georafis terletak pada ketinggian 600- 650 m dari permukaan air laut, sehingga memiliki suhu yang cukup sejuk.

Jumlah penduduk Desa Wisata Penglipuran per Januari 2021 adalah 1.111 orang dengan jumlah KK 277, dengan mata pencaharian : perajin ,pedagang souvenir, kuliner, pertanian , pengelola home stay , kariawan, PNS , pemandu wisata dan pelaku pariwisata lainnya. Masyarakat Desa Wisata Penglipuran menganut agama Hindu, menjunjung tinggi adat istiadat, nilai gotong royong ,kekeluargaan, kearifan lokal yang berlandaskan konsep Tri Hitha Karana.

Wil │ Red – WBN

 

Share It.....