Pers Warisan Budaya Nusantara
Proses penanganan laporan dugaan perbuatan menghina seorang Wakil Rakyat DPRD Ngada inisial PN, daerah pemilihan Golewa raya di Kabupaten Ngada, NTT yang dilayangkan ke meja Polsek Golewa, menuai tanggapan publik dan tidak sedikit menanggapi agar tidak perlu diperpanjang.
Sebelumnya dikabarkan media ini, (21/01/2024), Wakil Rakyat Ngada Daerah Pemilihan Golewa Raya, PN atau Pelapor melaporkan dugaan tindak pidana penghinaan terhadap dirinya, yang dilakukan oleh Terlapor VW, Warga Desa Were II, Kecamatan Golewa Selatan Ngada, melalui perbuatan menyebar informasi tidak benar, bahwa PN telah menerima uang bantuan pembangunan Kapela senilai Rp.250.000.000 (Dua Ratus Lima Puluh Juta Rupiah), namun uang yang diserahkan oleh PN hanya sebesar Rp. 100 juta, sedangkan sisahnya tidak diketahui entah kemana.
PN saat dengar keterangan di Polsek Golewa Ngada, pada Minggu (21/01/2024) menjelaskan bahwa nilai bantuan keuangan yang dimaksud, untuk pembangunan Kapela Stasi Were II, sesungguhnya bukan senilai Rp.250 juta, melainkan sebesar Rp. 110 juta.
Dari jumlah tersebut, jelas PN, diberikan dalam tiga tahap, yakni pertama Rp 10 juta, tahap kedua Rp 50 juta dan tahap ketiga Rp 50 juta. Sumbangan ditransfer ke rekening Panitia Pembangunan Kapela Stasi Were II Ngada.
Wawancara Koresponden media ini, bertempat di Golewa Ngada, (22/01/2024) Terlapor VW menjelaskan sejumlah keterangan atas dugaan dirinya disebut telah menghina PN.
Berikut petikan wawancara Koresponden WBN dengan Telapor VW, (22/01/2024).
WBN : Benarkah anda adalah Terlapor yang diduga melakukan penghinaan terhadap PN yang juga diketahui sebagai Wakil Rakyat Ngada Dapil Golewa Raya ?
VW : Iya benar, saya dilaporkan dan sudah dipanggil untuk berikan keterangan.
WBN : Mohon dijawab jujur, apakah anda menyebarkan informasi tidak benar tentang jumlah uang bantuan pembangunan Kapela Stasi Were II. Jika anda melakukan penyebaran informasi tidak benar, kira-kira kepada siapa saja anda menyampaikan informasi tersebut dan dimana ?.
VW : Permisi saya ceriterakan saja yang sebenarnya terjadi. Begini, saya tidak pernah pergi menceriterakan kemana-mana, tidak pernah pergi dari satu rumah warga ke rumah warga yang lain untuk menceriterakan bahwa jumlah uang bantuan adalah Rp.250juta, atau seperti yang dilaporkan bahwa saya menghina PN.
WBN : Jika anda tidak melakukan hal tersebut, lalu bagaimana ceriteranya sampai nama anda diduga menghina PN, dan dilaporkan bahwa anda sudah menyebar informasi yang tidak benar tentang jumlah uang bantuan pembangunan Kapela?.
VW : Yang mereka laporkan saya menghina itu karena mereka mendengar sebuah ceritera. Begini kejadian sebenarnya, yaitu saat saya bekerja buruh tukang di Kampung Ngedume’e Golewa. Saat itu saya dengan beberapa orang bekerja disitu, dan saat istirahat kecapaian, kami berceritera tetapi sambil lalu saja, bukan ceritera serius. Ya namanya mengobrol seadanya saat jedah kerja. Ya bahan ceriteranya pun kesana kemari tidak jelas waktu itu. Saat itu saya sempat bicara dengan maksud mau bertanya juga, mungkin ada yang lebih tahu. Saya bilang “musim politik banyak sekali informasi yang tidak pasti, ada juga isu tidak jelas yang katanya uang bantuan untuk pembangunan Kapela Stasi Were II itu (red ; dari seorang Anggota DPR RI) nilainya katanya Rp.250juta, tetapi yang diserahkan hanya Rp.100juta, sisahnya tidak tahu kemana. Namanya isyu, jadi hal-hal seperti ini seharusnya dijelaskan terbuka kepada kita masyarakat”. Inilah yang saya katakan pada saat itu. Pembicaraan waktu itu hanya seperti ini saja, tidak ada yang namanya saya menuduh, apalagi menyebarkan informasi kemana-mana.
WBN : Jika demikian penjelasan kejadiannya, kira-kira menurut anda siapa yang membawa informasi ke PN yang mengatakan anda menghina PN.
VW : Saya tidak tahu siapa yang membawa informasi kesana, mungkin sudah terlalu banyak tambah bumbu saat informasinya dibawa ke PN, sehingga PN sampai mengatakan saya ini menghina dia dan lain-lain.
WBN : Jadi anda mengira ada pembawa informasi yang menambahkan bumbu-bumbu ke telinga PN, sehingga ujung kejadiannya anda dilaporkan ke Polisi?.
VW : Iya saya mengira sudah ditambah bumbu-bumbu, karena yang saya bicara waktu itu hanya mengatakan bahwa ada isu yang berkembang seperti itu. Saya juga bermaksud bertanya akan isu seperti itu. Tetapi saya heran kalau akhirnya saya dituduh yang bukan-bukan dan dituduh menghina PN.
VW : Saya ini hanya seorang rakyat kecil, yang jujur sejak awal PN maju jadi Anggota DPRD Ngada, saya ini juga adalah pendukungnya yang memberikan suara di TPS. Saya hanya rakyat kecil yang bilang bahwa ada isu berkembang seperti itu tentang dana sumbangan pembangunan Kapela. Bukan saya yang menuduh PN dan saya pun tidak menyampaikan kemana-mana. Malah sebenarnya saya juga bertanya benarkah isu-isu liar seperti itu. Jika benar maka kemana sisah uangnya. Jika tidak benar, isu-isu seperti itu harusnya dijelaskan kepada kami masyarakat, yang mana yang sebenarnya.
WBN : Anda sudah dipanggil Polisi untuk memberikan keterangan, apakah anda mengatakan juga bahwa yang anda bicara waktu itu adalah tentang isu yang berkembang liar ?.
VW : Iya saat Polisi tanya,saya juga bilang bahwa yang saya bilang saat itu adalah tentang isu yang berkembang seperti itu, dan bukan saya yang membuat isu itu. Saya ini masyarakat kecil, jadi tidak ada gunanya bagi saya untuk membuat isu. Yang kami perlukan yaitu isu-isu seperti itu bisa dijelaskan agar kami ini mengerti bagaimana yang sesungguhnya.
WBN : Jika boleh tahu, kira-kira isu tersebut menurut anda asalnya dari mana dan siapa yang mengatakan kepada anda?.
VW : Saya ini masyarakat biasa, masyarakat kecil, tidak seperti orang-orang yang sangat mengerti, kalau dengar orang bicara isu, lalu saya bisa langsung mencatat siapa yang buat isu itu, siapa nama orang yang sebar isu itu dan dimana lokasinya. Kami tiap hari hanya urus kebun, urus kerja buruh, jadi tidak mungkin bisa mengingat dan mencatat semuanya itu. Yang saya tahu hanya saya pernah dengar ada isu seperti itu, tetapi saya sudah lupa itu siapa yang omong. Makanya saya bilang bahwa yang saya omong di Ngedume’e waktu itu bukan menuduh PN, tetapi ada isu yang kami masyarakat pernah dengar. Jadi, bukan saya bilang PN itu makan uang dan lain-lain. Jangan sembarang.
WBN : Informasinya bahwa sudah dilakukan penjelasan yang benar melalui pengumuman di Kapela wilayah anda, tentang berapa jumlah uang yang disumbangkan, yakni bukan Rp.250juta. Apakah sebelum pengumuman tersebut, anda pernah dihubungi PN ataupun keluarga?.
VW : Kalau tentang itu, ya benar, sudah diumumkan informasi yang sebenarnya di Kapela bahwa jumlah uang yang disumbangkan bukan Rp.250juta. Sebagai masyarakat, ya kami legah karena isu yang tidak benar akhirnya dijelaskan dengan baik di Kapela melalui pengumuman. Sebelum pengumuman di Kapela, Pa’ PN sempat mengutus anggota keluarganya bertanya kepada saya secara langsung, lalu saya jelaskan bahwa yang saya katakan itu sebenarnya tentang adanya isu yang berkembang bahwa uang yang disumbangkan nilainya Rp.250juta. Itu yang saya katakan. Jujur, saya tidak sangka kalau akhirnya saya dituduh menghina PN.
WBN : Apa harapan anda terhadap penyelesaian permasalahan ini ?.
VW : Di Kantor Polisi sudah saya sampaikan permintaan maaf saya kepada Pa PN. Jujur, saya tidak menghina Pa PN. Harapan saya yaitu ini semua menjadi pelajaran bagi saya sebagai masyarakat, kalau ada isu yang tidak jelas kesana kemari, kami tidak usah menyampaikan lagi bahwa ada isu yang berkembang. Karena kalau kami bilang ada isu, bisa-bisa kami dihukum. Saya juga minta kepada Pa PN, tolong kalau terima laporan informasi dari pihak lain, jangan langsung memutuskan, sebab belum tentu informasi yang dibawa masuk itu sudah sempurna. Kami hanyalah masyarakat kecil, kalau bisa terimalah sebuah laporan informasi sebagai bapak yang sebelumnya kami masyarakat lihat sebagai ciri Pa PN. Ya, ini saja harapan dari saya yang saat ini sudah dilaporkan ke Kantor Polisi.
WBN : Terima kasih atas kesediaanya memberikan ceritera kepada kami media.
Sebelumnya diberitakan media ini, (21/01/2024), silang sengketa perseteruan ini berpotensi diselesaikan secara kekeluargaan, PN sebagai Pelapor di hadapan Polisi mengatakan pintu rumahnya terbuka untuk duduk bicara secara kekeluargaan.
WBN News