Mewarisi Darah Kepemimpinan Sudah Takdir Yang Harus Dijalani

warisan budaya nusantara

Cirebon- Jawa Barat, Menjadi pemimpin memang sudah menjadi takdir yang harus dijalani P.R.A. Arief Natadiningrat, S.E. Sebagai sultan sepuh  Keraton Kasepuhan Cirebon, Arief adalah penerus tradisi dan budaya Kesultanan Kasepuhan, beliau mendapat anugerah bergengsi Adiputra Budaya.

Sebagai anak keturunan Prabu Siliwangi dan Syekh Syarif Hidayatullah atau lebih dikenal dengan Sunan Gunung Jati, Arief mewarisi darah kepemimpinan dari keduanya. Berdasarkan sejarahnya, pada abad XV Pangeran Cakrabuana putra mahkota Pajajaran membangun Keraton Pakungwati dan memproklamasikan kemerdekaanya dari kerajaan Pajajaran. Putrinya yang bernama Ratu Ayu Pakungwati kemudian menikah dengan sepupunya bernama Syekh Syarif Hidayatullah putra Ratu Mas Larasantang (adik Pangeran Cakrabuana).

Foto Bersama Keluarga Sultan Sepuh XIV Pra. Arief Natadiningrat, S.E

Sejak kecil, Arief yang sudah dipersiapkan sebagai penerus Kesultanan Kasepuhan sudah dibiasakan dengan tradisi keraton. Akibatnya, tidak saja waktu bermainnya jadi tersita karenanya, tetapi juga lingkungan pergaulannya sangat terbatas.

Namun, ada saat Arief diberi kebebasan untuk melihat-lihat sekeliling keraton dan keliling kota, tentu dengan pengawalan kerabatnya.

“Pada saat-saat itulah, saya merasakan kebahagian tersendiri bisa melihat sekeliling keraton dan melihat-lihat kota,” ujar Arief mengenang masa kecilnya.

Menjadi Sultan Sepuh

Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat dinobatkan sebagai Sultan Sepuh XIV menggantikan Sultan Sepuh XIII pada tanggal 9 Juni 2010,  40 hari setelah ayahandanya wafat. Penobatannya dilakukan dalam rangkaian acara “jumenengan” di Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat.

“Jumenengan” tersebut ditandai dengan penyematan keris Sunan Gunung Jati oleh PRA Arief Natadiningrat sendiri , melepas 14 ekor burung merpati putih, mananam pohon langka “Dewan Daru” sebanyak 14 batang dan menyunat 14 anak yatim.

Jumenengan Sultan Sepuh PRA Arief Natadiningrat

Hadir dalan “jumenengan” tersebut antara lain sejumlah sultan di Nusantara, Wakil Gubernur Jabar Dede Yusuf, Ketua DPD Irman Gusman.

PRA Arif Natadiningrat dalam pidato “jumenengan” tersebut antara lain menyebutkan, 9 Juni 2010 tepat 40 hari wafatnya Gusti Sultan Sepuh XIII.

“Berbagai laku lampah (prilaku), pemikiran, wejangan, ajaran agama, nilai-nilai luhur budaya dan tradisi yang turun temurun tidak bisa kami lupakan. Semua itu, insyallah bersemayam di hati dan pemikiran serta tercermin dalam laku lampah kami semuanya yang ditinggalkan,” katanya.

Aktivitas Keseharian

Seabrek jabatan di organisasi profesi dan kemasyarakatan selalu menunggu waktunya. Selain sebagai Ketua Yayasan Keraton Kasepuhan, ia juga sebagai Direktur PT Cirebon Raya Internasional, PT Nurjati Mas Internasional.

Arief juga aktif di 30 Organisasi, di antaranya sebagai Ketua Asosiasi Pengusaha Pengadaan Barang dan Jasa Indonesia (Aspanji) Jabar juga Ketua Ardin Jabar. Beliau juga aktif bersosialisasi di media sosial untuk menginformasikan apa saja baik mengenai keraton, acara wisata, maupun berbagai aktivitas di lingkungan keraton Kasepuhan. Sejauh ini, PRA Arief Natadiningrat memang paling aktif di dunia medsos diantara para sultan Nusantara.

Bapak tiga putra dan satu putri ini pun menjabat sebagai Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Kota Cirebon dan Ketua Badan Pengembangan Kawasan Andalan Ciayumajakuning (Cirebon-Indramayu-Majalengka-Kuningan).

Jadwal kerjanya tidak hanya di Kota Cirebon dan sekitarnya. Arief juga mengemban kewajiban sebagai duta Keraton Kasepuhan sekaligus “duta budaya” Cirebon.

Sebagai sultan sepuh, Arief harus bisa meleburkan diri dalam citra keraton. Meski demikian, bukan berarti Arief bersikap dan berperilaku feodal. Sebagai keturunan ulama dan umaro, Sunan Gunung Jati yang juga salah seorang dari sembilan wali penyebar Islam di tanah Jawa, Arief memiliki tanggung jawab juga untuk mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai hidup dan kebaikan yang diajarkan leluhurnya.

PRA Ariet Natadinigrat santai bersama sobat SMA dalam suatu acara Halal Bihalal alumni SMANDA 84

Meski Arief sadar betul tingkatannya tidak sejajar dengan Sunan Gunung Jati, setidaknya ia berupaya menerapkan semua ajaran Islam yang mengajarkan humanisme, toleransi, kebaikan, keikhlasan, ketulusan, dan memberi tanpa pamrih.

Sebagai Pemimpin dalam Keluarganya

Sebagai pemimpin, baik di rumah maupun di organisasi kemasyarakatan, profesi, dan lainnya, Arief berusaha menerapkan betul sikap demokratis yang menjadi ciri khas ajaran Sunan Gunung Jati. Sikap demokratis itu bahkan tampak nyata dan diwujudkan dalam bentuk arsitektur campuran antara Islam, Hindu-Budha, dan Eropa.

Bangunan keraton sekarang ini langsung berada dalam pengelolaannya sebagai sultan sepuh Kasepuhan. Begitu memasuki halaman kompleks keraton, kita akan langsung melihat pintu gerbang Keraton Kasepuhan dengan gaya Eropa dan berhiaskan motif pinggir awan di bagian atas serta motif karang di bagian bawahnya.

Dalam suatu acara 17 Agustusan di depan Keraton kasepuhan, sumber Facebook PRA Ariefnatadiningrat

Sementara itu, pas di depan gerbang bergaya Eropa tersebut, tampak patung dua macan putih yang melambangkan Cirebon sebagai penerus Kerajaan Pajajaran. Keberadaan patung ini dengan sangat jelas memperlihatkan pengaruh budaya Hindu-Sunda sebagai agama resmi Kerajaan Pajajaran.

“Beliau (Sunan Gunung Jati) memang sangat demokratis dan toleran dan itu tercermin dalam arsitektur keraton yang merupakan akulturasi dari berbagai budaya,” katanya.

Dari pernikahannya dengan Syarifa Isye, Arief mendapatkan tiga putra dan satu putri, yakni si sulung Elang Raja (E.R.) Ari Rahmanudin, E.R. Lukman Zulkaedin, Ratu Raja (R.R.) S. Fatimah Nurhayani, dan si bungsu E.R. Muhammad Nusantara.

Satu putra (E.R. Lukman Zulkaedin ) dan putrinya R.R. S. Fatimah Nurhayani sudah menikah di tahun 2013 dan 2014.

Kepada putra-putrinya, Arief selalu memberikan kebebasan baik dalam pendidikan maupun aktivitasnya. Hanya satu hal yang menjadi patokan Arief dalam mendidik anak-anaknya, yakni ia selalu menekankan anaknya agar menjadi anak yang saleh.

Dengan menjadi anak yang saleh, selain anak tidak lupa dengan perintah dan ajaran agama, tetapi dengan sendirinya menjadi orang yang berbakti dan hormat kepada orang tua, mendoakan orang tua, dan tidak akan mengecewakan orang tua.

Didikan mulia yang diajarkan secara turun temurun oleh orang tuanya tidak hanya diterapkan dalam keluarga, tetapi juga di luar lingkungan keraton sehingga menjadikan Arief figur yang patut diteladani. Sifatnya yang ramah tidak pernah memandang asal-usul lawan bicaranya dan sikapnya yang tegas terkadang membuatnya seperti sosok yang lebih tua dari umur sebenarnya.

Sikap rendah hati senantiasa diperlihatkan Arief dalam segala kesempatan. Termasuk ketika dirinya mendapat desakan dari arus bawah untuk mencalonkan diri dalam suksesi pucuk pimpinan di Kota Cirebon. Bapak tiga putra dan satu putri ini malah memilih jalan sebaliknya, dengan alasan dirinya masih banyak memiliki kekurangan.

Silsilah

(sumber Wikipedia Indonesia).

Pada masa kesultanan Cirebon :

  • Sunan Gunung Jati (Syarief Hidayatullah) (bertahta dari 1479 – 1568)
  • Adipati Pasarean (P. Muhammad Arifin) (hidup dari 1495 – 1552)
  • Dipati Carbon (P. Sedang Kamuning) (hidup 1521 – 1565)
  • Panembahan Ratu Pakungwati I (P. Emas Zainul Arifin) (bertahta dari 1568 – 1649)
  • Dipati Carbon II (P. Sedang Gayam) (-)
  • Panembahan Ratu Pakungwati II (Panembahan Girilaya) (bertahta dari 1649 – 1666)

Setelah pembagian kesultanan Cirebon, Kasepuhan dipimpin oleh anak pertama Pangeran Girilaya yang bernama Pangeran Syamsudin Martawidjaja yang kemudian dinobatkan sebagai Sultan Sepuh I.

  • Sultan Sepuh I Sultan Raja Syamsudin Martawidjaja (bertahta dari 1679 – 1697)
  • Sultan Sepuh II Sultan Raja Tajularipin Djamaludin (bertahta dari 1697 – 1723)
  • Sultan Sepuh III Sultan Raja Djaenudin (bertahta dari 1723 – 1753)
  • Sultan Sepuh IV Sultan Raja Amir Sena Muhammad Jaenuddin (bertahta dari 1753 – 1773)
  • Sultan Sepuh V Sultan Sepuh Sjafiudin Matangaji (bertahta dari 1773 – 1786)
  • Sultan Sepuh VI Sultan Sepuh Hasanuddin (bertahta dari 1786 – 1791) bertahta menggantikan saudaranya Sultan Sepuh V Sultan Sjafiudin Matangaji
  • Sultan Sepuh VII Sultan Sepuh Djoharudin (bertahta dari 1791 – 1815)
  • Sultan Sepuh VIII Sultan Sepuh Radja Udaka (Sultan Sepuh Raja Syamsudin I)(bertahta dari 1815 – 1845) menggantikan saudaranya Sultan Sepuh VII Sultan Djoharuddin
  • Sultan Sepuh IX Sultan Radja Sulaeman (Sultan Sepuh Raja Syamsudin II)(bertahta dari 1845 – 1853)
  • Perwalian oleh Pangeran Adiwijaya bergelar (Pangeran Syamsudin IV)(menjadi wali bagi Pangeran Raja Satria dari 1853 – 1871)
  • Pangeran Raja Satria (memerintah dari 1872 – 1875) mewarisi tahta ayahnya Sultan Sepuh IX Sultan Radja Sulaeman sebagai putera tertuaSultan Sepuh IX yang sah, setelah meninggalnya walinya yaitu Pangeran Adiwijaya sesuai dengan penegasan Residen Belanda untuk Cirebon tahun 1867
  • Pangeran Raja Jayawikarta (memerintah dari 1875 – 1880) menggantikan saudaranya Pangeran Raja Satria
  • Sultan Sepuh X Sultan Radja Atmadja Rajaningrat (bertahta dari 1880 – 1885) diangkat sebagai Sultan untuk menggantikan saudaranya yaitu Pangeran Raja Jayawikarta
  • Perwalian oleh Raden Ayu (Permaisuri Raja) menjadi wali bagi Pangeran Raja Adipati Jamaludin Aluda Tajularifin dari 1885 – 1899
  • Sultan Sepuh XI Sultan Sepuh Radja Jamaludin Aluda Tajularifin (bertahta dari 1899 – 1942)
  • Sultan Sepuh XII Sultan Sepuh Radja Radjaningrat (bertahta dari 1942 – 1969)
  • Sultan Sepuh XIII Pangeran Raja Adipati DR.H. Maulana Pakuningrat. SH (bertahta dari 1969 – 2010)
  • Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat. SE (bertahta dari 2010 – sekarang).

Biodata

Nama : PRA ARIEF NATADININGRAT, SE.
Tempat tanggal lahir : Cirebon, 5 September 1965
Agama : Islam
Pendidikan :
1.SDN Pengampon III Cirebon (1971-1977)
2.SMP Negeri 1 Cirebon (1978-1981)
3.SMA Negeri 2 Cirebon (1981-1984)
4.Universitas Islam Nusantara Bandung (1984-1990)

Posisi & Jabatan

  • Pembina Yayasan Sunan Gunung Jati
  • Pembina Yayasan Pesantren Amparan Jati
  • Pembina Yayasan Pendidikan Swadaya Gunung Jati
  • Pembina Yayasan Keraton Kasepuhan
  • Pembina Yayasan Festival Islam Internasional
  • Pembina Yayasan Raja Sultan Senusantara
  • Dewan Pendiri FKIKN (Forum Komunikasi dan Informasi Keraton se Nusantara)
  • Ketua Umum FSKN (Forum Silaturahmi Keraton se Nusantara)
  • Dewan Penasehat BP Silatnas Raja Sultan Senusantara
  • Presidium ICKN (Ikatan Cendikiawan Keraton se Nusantara)
  • Dewan Pendiri MARSI (Majelis Raja Sultan Indonesia)
  • Komisaris PT Royal Kasepuhan Indonesia
  • Komisaris PT Keraton Kasepuhan Cirebon
  • Komisaris PT Caruban Nagari Indonesia
  • Wakil Ketua Dewan Kebudayaan Jabar
  • Pembina HIPMI Jabar
  • Pembina Kadin Jabar
  • Dewan Pengaping Paguyuban Pasundan
  • Dewan Penasehat ICMI

sumber Keraton kesepuhan Cirebon, Red-WBN NN

 

Share It.....