
warisanbudayanusantara.com |Masyarakat Pidie, Aceh, kebiasaan menyemarakkan lebaran Idul Fitri dengan mengadakan festival tet bude trieng dan tet karbet (perang meriam bambu).
Tradisi tersebut sudah berlangsung sejak puluhan tahun yang lalu, terutama di sejumlah gampong dalam Kecamatan Indrajaya dan Kecamatan Delima.
Ketika festival ini dimulai, suasana berubah menjadi seperti perang. Terdengar suara seperti ledakan bom, yang menggetarkan tanah dan kaca rumah. Suara itu berasal dari lokasi festival yang memanfaatkan bantaran sungai Krueng Baro sebagai arena perang.
Kedua belah pihak saling adu meriam bambu dan karbit secara berhadap-hadapan dari kedua sisi bantaran sungai.
Pemuda-pemuda setempat menyulap cincin sumur, drum minyak, dan batang bambu, menjadi meriam. Selain itu, mereka juga ‘perang kembang api’. Tak tanggung-tanggung, donasi yang diperoleh dari masyarakat dan pemuda-pemuda desa yang merantau ke luar untuk membuat festival tersebut bisa mencapai puluhan juta rupiah setiap tahunnya.
Sepanjang ruas jalan Sigli-Garot dipadati kendaraan masyarakat yang berdatangan melihat festival tersebut, bahkan sampai membuat kemacetan panjang.
Sumber Fakta.Indo | redpel ndra.